Selasa, 21 April 2015
bermain dan perkembangan anak
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar
belakang
Bermain
adalah sebuah kegiatan yang dilakukan seseorang untuk memperoleh kesenangan dan
biasanya lebih sering dijumpai pada anak-anak. Bahkan bisa dibilang bahwa
aktivitas satu-satunya bagi anak-anak adalah bermain. Dengan bermain anak-anak
akan dapat mengenal dunianya, juga belajar serta bersosialisasi dengan
lingkungannya. Lebih jauh lagi, bermain bagi anak-anak juga berarti
mengakomodasikan dirinya keluar, ke lingkungan sekitarnya, ke teman-temannya,
ke benda-benda di sekelilingnya serta pada aturan-aturan yang kadang-kadang
ditemui dalam sebuah permainan.
1.2.Rumusan
masalah
1. Apa yang dimaksud dengan bermain?
2. Apa yang dimaksud dengan perkembangan anak?
3. Apa pengaruh bermain bagi perkembangan anak?
1.3.Tujuan
masalah
1. Menjelaskan tentang bermain.
2. Menjelaskan tentang perkembangan anak.
3. Menjelaskan tentang pengaruh bermain bagi
perkembangan anak.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Bermain dan Perkembangan anak
A. Bermain
Menurut
Hurlock (1978: 320), bermain ialah setiap kegiatan yang dilakukan untuk
kesenangan yang ditimbulkannya, tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Bermain
juga merupakan prilaku manusia untuk mengeksplorasi dan belajar di lingkungan.
Secara
garis besar, bermain dapat dibagi ke dalam dua kategori yaitu bermain aktif dan
bermain pasif (hiburan).
1.
Bermain aktif
Dalam bermain aktif,
kesenangan timbul dari apa yang dilakukan individu, apakah dalam bentuk
kesenangan berlari atau membuat sesuatu dengan lilin atau cat. Anak-anak kurang
melakukan kegiatan bermain secara aktif ketika mendekati masa remaja dan
mempunyai tanggung jawab lebih besar di rumah dan di sekolah serta kurang
bertenaga karena pertumbuhan pesat dan perubahan tubuh.
2.
Bermain pasif (hiburan)
Dalam bermain pasif,
kesenangan diperoleh dari kegiatan orang lain. Pemain menghabiskan sedikit
energi. Anak yang menikmati temannya bermain, memandang orang atau hewan
ditelevisi, menonton adegan lucu atau membaca buku adalah bermain tanpa
mengeluarkan banyak tenaga, tetapi kesenangannya hampir seimbang dengan anak yang
menghabiskan sejumlah besar tenaganya di tempat olahraga atau tempat bermain.
Bermain
mengembangkan sejumlah keterampilan seperti: (1) keterampilan motorik kasar dan
halus, (2) sensori; penglihatan, pendengaran, rasa, sentuhan, eksplorasi ruang,
(3) pengembangan keterampilan sosial, kognitif, pemecahan masalah dan
keterampilan berpikir, serta bahasa.
·
Tahapan perkembangan bermain anak
Mildred Parten adalah ahli yang mempopulerkan teori perilaku
bermain sosial. Dalam studinya, Parten mengidentifikasikan 6 tahapan
perkembangan bermain anak atau yang lebih dikenal sebagai Parten’s Classic
Study of Play, yaitu :
1. Unoccupied play
Pada
tahapan ini, anak terlihat tidak bermain seperti yang umumnya dipahami
sebagai kegiatan bermain. Anak hanya mengamati kejadian di sekitarnya
yang menarik perhatiannya. Apabila tidak ada hal yang menarik, maka anak
akan menyibukkan dirinya sendiri.Ia mungkin hanya berdiri di suatu sudut,
melihat ke sekeliling ruangan, atau melakukan beberapa gerakan tanpa tujuan
tertentu. Jenis bermain semacam ini hanya dilakukan oleh bayi. Jenis bermain
ini belum menunjukkan minat anak pada aktivitas atau objek
lainnya. Tahapan bermain ini biasanya hanya dilakukan oleh bayi.
2. Solitary play (Bermain
Sendiri)
Pada
tahapan ini, anak bermain sendiri dan tidak berhubungan dengan permainan
teman-temannya. Anak asyik sendiri dan menikmati aktivitasnya. Ia tidak memperhatikan hal
lain yang terjadi. Untuk anak-anak, bermain tidak selalu seperti aktivitas
bermain yang dipahami oleh orang dewasa. Ketika ia merasa antusias dan
tertarik akan sesuatu, saat itulah anak disebut bermain, walaupun mungkin
anak hanya sekedar menggoyangkan badan, menggerakkan jari-jarinya,
dll. Pada tahapan ini, anak belum menunjukkan antusiasmenya kepada
lingkungan sekitar, khususnya orang lain. Tahapan bermain ini biasanya
dilakukan oleh anak usia bayi sampai umur 2 tahun dan menurun di masa-masa
selanjutnya.
3. Onlooker
play (Pengamat)
Pada tahapan ini, anak melihat atau memperhatikan anak lain yang
sedang bermain. Anak-anak mulai memperhatikan lingkungannya. Di sinilah
anak mulai mengembangkan kemampuannya untuk memahami bahwa
dirinya adalah bagian dari lingkungan. Walaupun anak sudah mulai
tertarik dengan aktivitas lain yang diamatinya, anak belum
memutuskan untuk bergabung. Dalam tahapan ini anakbiasanya cenderung
mempertimbangkan apakah Ia akan bergabung atau tidak.
4. Parrarel play (Bermain
Paralel)
Pada
tahapan ini, anak bermain terpisah dengan teman-temannya namun
menggunakan jenis mainan yang sama ataupun melakukan perilaku
yang sama dengan temannya. Anak bahkan sudah berada dalam suatu
kelompok walaupun memang tidak ada interaksi di antara
mereka. Biasanya mereka mulai tertarik satu sama lain, namun belum merasa
nyaman untuk bermain bersama sehingga belum ada satu tujuan yang ingin dicapai
bersama. Tahapan bermain ini biasanya dilakukan oleh anak-anak
di masa awal sekolah.
5. Associative
play (Bermain Asosiatif)
Pada
tahapan ini, anak terlibat dalam interaksi sosial dengan sedikit
ataubahkan tanpa peraturan. Anak sudah mulai melakukan interaksi
yang intens dan bekerja sama. Sudah ada kesamaan tujuan yang ingin dicapai
bersama namun biasanya belum ada peraturan. Misalnya melakukan anak
melakukan permainan kejar-kejaran, namun seringkali tidak tampak jelas siapa
yang mengejar siapa.Tahapan bermain ini biasanya dilakukan
oleh sebagian besar masa anak-anak prasekolah.
6. Cooperative
play (Bermain Bersama)
Pada
tahapan ini, anak memiliki interaksi sosial yang teratur.
Kerja sama atau pembagian tugas/peran dalam permainan sudah
mulai diterapkan untuk mencapai satu tujuan tertentu.
Misalnya, bermain sekolah-sekolahan, membangun rumah-rumahan,
dll. Tipe permainan ini yang mendorong timbulnya kompetisi dan
kerja sama anak. Tahapan bermain ini biasanya dilakukan
oleh anak-anak pada masa sekolah dasar, namun dalam sudah dapat dimainkan
oleh anak-anak taman kanak-kanak bentuk sederhana.
·
Fungsi
bermain bagi anak
1. Mengembangkan kemampuan kontrol diri
2. Mengembangkan kreativitas
3. Mengembangan kesadaran diri dan orang
lain
4. Kesadaran akan aturan
5. Mengembangkan sosialisasi
6. Mengembangkan kekuatan dan
kesehatan fisik
7. Mengembangkan emosional
8. Pengembangan intelektual
Selain itu adapun manfaat bermain:
·
Manfaat
bermain
1. Memampukan anak menjelajahi dunianya
2. Mengembangkan pengertian social dan cultural
3. Membantu anak mengungkapkan pikiran dan
perasaan mereka
4. Memberikan kesempatan mengalami serta
memecahkan masalah
5. Mengembangkan keterampilan berbahasa, dan melek
huruf, serta mengembangkan pengertian atau konsep
6. Memicu kreativitas anak
7. Mencerdaskan otak anak
8. Menanggulangi konflik yang anak alami
9. Mengasah panca indranya
10. Melatih empati anak
11. Sebagai Terapi bagi anak
12. Melakukan penemuan-penemuan baru
·
Nilai
bermain bagi aspek perkembangan anak
1.
Nilai bermain bagi pertumbuhan dan
perkembangan fisik
Setiap kegiatan yang dilakukan
anak menghasilkan gerakan menggunakan fisiknya,baik bergerak bebas
dengan menggunakan anggota-anggota tubuhnya.Contohnya saja berjalan , berlari,
melompat, merangkak, melempar, mendorong, berayun, meluncur dan meniti. Terampilnya
anak dalam menggunakan gerakan-gerakan tubuhnya akan berkembang dan menambah
rasa percaya diri anak.Dengan bermain energy anak tersalurkan, serta peredaran
darah, kerja pencernaan makanan dan pernapasan anak menjadai teratur.
2.
Nilai bermain bagi perkembangan kognitif
Vygotsky (1976)adanya hubungan erat
antara bermain dan perkembangan kognitif. Bermain merupakan kesempatan bagi
anak untuk bereksplorasi, mengadakan penelitaian-penelitian, mengadakan
percobaan untuk memperoleh pengetahuan. Melalui bermain anak memperoleh
pemenuhan dari rasa ingin tahunya. Saat bermain anak mendapat banyak latihan
untuk mengamati sendiri, membandingkan serta menyimpulkan apa yang diamatinya
sendiri dan berpikir sendiri serta berbuat sendiri sehingga anak dapat
menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya.
3.
Nilai bermain bagi perkembangan social
Bermain bersama bersama temannya
merupakan kesempatan yang baik bagi anak untuk belajar menyesuaikan diri dengan
lingkungan serta melatih anak untuk pandai bergaul dengan teman sebayanya.
4.
Nilai bermain bagi perkembangan emosional
Kegiatan bermain memberikan banyak
kesempatan kepada anak mengekspresikan perasaannya secara bebas, baik perasaan
senang, takut , kecewa, sedih marah dll.Dengan begitu perasaan yang dirasakan
anak akan tersalurkan dengan sendirinya sehingga anak dapat belajar mengontrol
dan menyeimbangkan emosionalnya dengan keadaan lingkungan disekitarnya.
·
Ciri bermain
1. Bermain dilakukan secara sukarela atau
dimotivasi secara instrinsik
2. Bermain adalah simbolik, berarti dan
berguna
3. Bermain mendorong anak aktif
4. Bermain didasari atau diikat aturan
5. Menyenangkan atau menggembirakan
B. Perkembangan Anak
Perkembangan
dapat diartikan sebagai perubahan yang progresif dan kontinyu
(berkesinambungan) dalam diri individu dari mulai lahir sampai mati atau
perubahan-perubahan yang dialami individu atau organisme menuju tingkat
kedewasaan atau kematangan yan berlangsung secara sistematis, progresif, dan
berkesinambungan, baik menyangkut fisik maupun psikis (Syamsu Yusuf, 2004: 15).
Menurut
Endang Rini Sukamti (2007: 2), perkembangan adalah proses perubahan kapasitas
fungsional atau kemampuan kerja organ-organ tubuh ke arah keadaan yang makin terorganisasi
dan terspesialisasi. Makin terorganisasi artinya organ-organ tubuh makin bisa
dikendalikan sesuai dengan kemauan, dan makin terspesialisasi artinya
organ-organ tubuh semakin bisa berfungsi sesuai dengan fungsinya masing-masing.
Perkembangan
berkaitan dengan perubahan kualitatif dan kuantitatif. Perkembangan bisa
terjadi dalam bentuk perubahan kuantitatif, perubahan kualitatif, atau
kedua-duanya secara serempak. Perubahan kuantitatif adalah perubahan yang bisa
diukur atau dihitung. Sedangkan perubahan dalam bentuk semakin baik, semakin
teratur, semakin lancar, dan sebagainya yang pada dasarnya merupakan perubahan
yang tidak bisa atau sukar diatur.
Menurut
Syamsu Yusuf (2004: 17-20), prinsip-prinsip perkembangan antara lain sebagai
berikut:
1. Perkembangan merupakan proses yang tidak pernah
berhenti; manusia secara terus menerus berkembang atau berubah yang dipengaruhi
oleh pengalaman atau belajar sepanjang hidupnya yakni sejak masa konsepsi
sampai mencapai kematangan atau masa tua.
2. Semua aspek perkembangan saling berpengaruh; setiap
aspek perkembangan individu, baik fisik, emosi, intelegensi, maupun sosial
saling berpengaruh. Sebagai contoh, jika seorang anak mengalami gangguan dalam
pertumbuhan fisiknya (sakit-sakitan), maka anak akan mengalami kemandegan dalam
perkembangan apek lainnya, seperti kurang berkembangnya kecerdasan dan
kelabilan emosional.
3. Perkembangan mengikuti pola atau arah tertentu; setiap
tahap perkembangan merupakan hasil perkembangan dari tahap sebelumnya
yang merupakan prasyarat bagi perkembangan selanjutnya. Contohnya, untuk
dapat berjalan, seorang anak harus dapat berdiri terlebih dahulu dan berjalan
merupakan prasyarat bagi perkembangan selanjutnya, yakni berlari dan meloncat.
4. Perkembangan terjadi pada tempo yang berlainan; perkembangan
fisik dan mental mencapai kematangan pada waktu yang berbeda (ada cepat dan
lambat), misalnya otak mencapai bentuk ukuran yang sempurna pada usia 6-8
tahun.
5. Setiap fase perkembangan mempunyai ciri khas;
contohnya, (1) anak memusatkan untuk mengenal lingkungan, menguasai
gerak-gerik, dan belajar bicara sampai usia 2 tahun, (2) pada usia 3-6 tahun
perkembangan dipusatkan untuk menjadi manusia sosial (belajar bergaul dengan
orang lain).
6. Setiap individu yang normal akan mengalami
tahapan/fase perkembangan; artinya dalam menjalani hidup yang normal dan
berusia panjang, individu akan mengalami fase-fase perkembangan: bayi,
kanak-kanak, anak, remaja, dewasa, dan tua.
Alasan memahami perkembangan anak adalah hal yang
penting yaitu:
1. Masa anak merupakan periode perkembangan yang cepat
dan terjadinya perubahan dalam banyak aspek perkembangan.
2. Pengalaman masa kecil mempunyai pengaruh yang kuat
terhadap perkembangan berikutnya.
3. Pengetahuan tentang perkembangan anak dapat membantu
anak mengembangkan diri, dan memecahkan masalah yang dihadapi anak.
4. Melalui pemahaman tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan anak, dapat diantisipasi tentang berbagai upaya untuk
memfasilitasi perkembangan tersebut, baik di lingkungan keluarga, sekolah,
maupun masyarakat, serta dapat mengantisipasi berbagai kendala atau faktor yang
mungkin akan mengkontaminasi (meracuni) perkembangan anak.
Aspek-aspek
perkembangan anak dapat dilihat dari perkembangan fisik, perkembangan motorik,
perkembangan bicara, dan perkembangan emosi.
1.
Perkembangan fisik
Perkembangan fisik
penting untuk dipelajari karena baik secara langsung ataupun tidak langsung
akan mempengaruhi prilaku anak sehari-hari. Secara langsung, perkembangan fisik
anak akan menentukan keterampilan anak dalam bergerak, misalnya anak usia 6
tahun yang mengalami hambatan atau cacat tertentu maka jelas tidak mungkin
mengikuti permainan yang dilakukan teman sebayanya. Secara tidak langsung,
pertumbuhan dan perkembanga fisik anak akan mempengaruhi bagaimana anak
memandang dirinya sendiri dan bagaimana dia memandang orang lain. Misalnya,
anak yang gemuk akan menyadari bahwa dia tidak bisa mengikuti permainan yang
dilakukan oleh teman sebayanya, dan dilain pihak teman-temannya akan menganggap
anak gemuk terlalu lamban dan tidak pernah diajak bermain lagi. Perasaan tidak
mampu dan merasa tertimpa nasib buruk ini akan memberikan warna tersendiri bagi
perkembangan kepribadian anak.
2.
Perkembangan motorik
Perkembangan
keterampilan motorik merupakan faktor yang sangat penting bagi perkembangan
pribadi secara keseluruhan (Syamsu Yusuf, 2004:104). Perkembangan motorik
adalah perkembangan pengendalian gerak jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf,
urat syaraf, dan otot yang terkoordinasi. Berikut beberapa perkembangan motorik
(kasar maupun halus) selama periode anak-anak:
a) Anak Usia
5 Tahun
·
Mampu melompat dan
menari
·
Menggambarkan orang
yang terdiri dari kepala, lengan dan badan
·
Dapat menghitung jari
– jarinya
·
Mendengar dan
mengulang hal– hal penting dan mampu bercerita
·
Mempunyai minat
terhadap kata-kata baru beserta artinya
·
Memprotes bila
dilarang apa yang menjadi keinginannya
·
Mampu membedakan
besar dan kecil
b) Anak Usia
6 Tahun
·
Ketangkasan meningkat
·
Melompat tali
·
Bermain sepeda
·
Mengetahui kanan dan
kiri
·
Mungkin bertindak menentang
dan tidak sopan
·
Mampu menguraikan
objek-objek dengan gambar
c) Anak Usia 7
Tahun
·
Mulai membaca dengan
lancar
·
Cemas terhadap
kegagalan
·
Peningkatan minat
pada bidang spiritual
·
Kadang Malu atau
sedih
d) Anak Usia 8 – 9 Tahun
·
Kecepatan dan
kehalusan aktivitas motorik meningkat
·
Mampu menggunakan
peralatan rumah tangga
·
Ketrampilan lebih
individual
·
Ingin terlibat dalam
sesuatu
·
Menyukai kelompok dan
mode
·
Mencari teman secara
aktif.
e) Anak Usia 10 –
12 Tahun
·
Perubahan sifat
berkaitan dengan berubahnya postur tubuh yang berhubungan dengan pubertas
mulai tampak
·
Mampu melakukan
aktivitas rumah tangga, seperti mencuci, menjemur pakaian sendiri , dll.
·
Adanya keinginan anak
unuk menyenangkan dan membantu orang lain
·
Mulai tertarik dengan
lawan jenis.
3. Perkembangan bicara
Kemampuan berbicara
memenuhi kebutuhan penting lainnya dalam kehidupan anak, yakni kebutuhan untuk
menjadi bagian dari kelompok sosial. Landasan untuk perkembangan bicara anak
diletakkan pada masa anak-anak. Bicara merupakan keterampilan mental-motorik.
Berbicara tidak hanya melibatkan koordinasi kumpulan otot mekanisme suara yang
berbeda, tetapi juga mempunyai aspek mental yakni kemampuan mengaitkan arti
dengan bunyi yang dihasilkan.
Selama tahun awal
masa kanak-kanak, tidak semua bicara digunakan untuk berkomunikasi. Pada waktu
sedang bermain, anak sering kali berbicara dengan dirinya sendiri atau dengan
mainannya. Tetapi, pada saat minat untuk menjadi bagian dari kelompok sosial
berkembang, anak sebagaian besar bicara untuk berkomunikasi dengan temannya dan
hanya sewaktu-waktu berbicara sendiri.
4.
Perkembangan emosi
Mempelajari emosi
anak-anak tergolong sulit karena informasi tentang aspek emosi yang subjektif
hanya dapat diperoleh dengan cara introspeksi, sedangkan anak-anak tidak dapat
menggunakan cara tersebut dengan baik karena anak-anak masih berusia sangat
muda. Emosi mempengaruhi penyesuaian pribadi dan sosial anak karena:
a. emosi menambah rasa nikmat bagi pengalaman sehari-hari
b. emosi menyiapkan tubuh untuk melakukan tindakan
c. ketegangan emosi mengganggu keterampilan motorik
d. emosi merupakan suatu bentuk komunikasi
e. emosi mengganggu aktivitas mental
f. emosi merupakan sumber penilaian diri dan sosial
g. emosi mewarnai pandangan anak terhadap kehidupan
h. emosi mempengaruhi interaksi sosial
i.
emosi memperlihatkan
kesannya pada ekspresi wajah
j.
emosi mempengaruhi
suasana psikologis
k. reaksi emosional apabila diulang-ulang akan berkembang
menjadi kebiasaan.
Berikut metode
belajar yang menunjang perkembangan emosi antara lain belajar coba dan ralat (trial
dan error), belajar dengan cara meniru (learning by imitation),
belajar dengan cara mempersamakan diri (learning by identification), belajar
melalui pengkondisian (conditioning), dan pelatihan (traning).
C. Pengaruh Bermain bagi
Perkembangan Anak
Adapun pengaruh
bermain bagi perkembangan anak menurut Gurlock (1978: 323) dapat dilihat
sebagai berikut:
1.
Perkembangan fisik
Bermain aktif penting
bagi anak-anak untuk mengembangkan otot dan melatih seluruh bagian tubuhnya.
Bermain juga berfungsi sebagai penyalur tenaga yang berlebihan yang bila
terpendam terus akan membuat anak tegang, gelisah, dan mudah tersinggung.
2.
Dorongan berkomunikasi
Agar dapat bermain
dengan baik bersama yang lain, anak harus belajar berkomunikasi dalam arti anak
dapat mengerti dan sebaliknya anak harus belajar mengerti apa yang
dikomunikasikan anak lain.
3.
Penyaluran bagi energi emosional yang terpendam
Bermain merupakan
sarana bagi anak untuk menyalurkan ketegangan yang disebabkan oleh pembatasan
lingkungan terhadap prilaku anak.
4.
Penyaluran bagi kebutuhan dan keinginan
Kebutuhan dan
keinginan yang tidak dapat dipenuhi dengan cara lain seringkali dapat dipenuhi
dengan bermain. Contohnya, anak yang tidak mampu mencapai peran pemimpin dalam
kehidupan nyata mungkin akan memperoleh pemenuhan keinginan itu dengan menjadi
pemimpin tentara mainan.
5.
Sumber belajar
Bermain memberikan
kesempatan untuk mempelajari berbagai hal yang tidak diperoleh anak dari
belajar di rumah atau di sekolah, misalnya melalui buku, televisi, atau
menjelajah lingkungan.
6.
Rangsangan bagi kreativitas
Melalui
eksperimentasi dalam bermain, anak-anak menemukan bahwa merancang sesuatu yang
abru dan berbeda dapat menimbulkan kepuasan. Selanjutnya anak dapat mengalihkan
minat kreatifnya ke situasi di luar dunia bermain.
7.
Perkembangan wawasan diri
Dengan bermain anak
mengetahui tingkat kemampuannya dibandingkan dengan temannya bermain. Ini
memungkinkan anak untuk mengembangkan konsep dirinya dengan lebih pasti dan
nyata.
8.
Belajar bermasyarakat
Dengan bermain
bersama anak lain, anak belajar bagaimana membentuk hubungan sosial dan
bagaimana menghadapi dan memecahkan masalah yang timbul dalam hubungan
tersebut.
9.
Standar moral
Walaupun anak belajar
di rumah dan di sekolah tentang apa saja yang dianggap baik atau buruk oleh
kelompok, tidak ada pemaksaan standar moral paling teguh selain dalam kelompok
bermain.
10. Belajar bermain
sesuai dengan peran jenis kelamin
Anak belajar di rumah
dan di sekolah mengenai apa saja peran jenis kelamin yang disetujui. Akan
tetapi, anak segera menyadari bahwa mereka juga harus menerimanya bila ingin
menjadi anggota kelompk bermain.
11. Perkembangan ciri
kepribadian yang diinginkan
Dari hubungan dengan
anggota kelompok teman sebaya dalam bermain, anak belajar bekerjasama,
murah hati, jujur, sportif, dan disukai orang.
D. Karakteristik Eksplorasi Dimasa
Kanak-Kanak
Menurut
Elizabeth B.Hurlock dalam bukunya karakteristik eksplorasi dimasa kanak-kanak
terbagi empat, yaitu :
1)
Perencanaan
dan Pengorganisasian
Tidak seperti bayi dan anak kecil yang secara
spontan mengeksplorasi segala sesuatu yang baru dan berbeda,anaak yang lebih besar merencanakan eksplorasi mereka
dan mengatur beberapa temannya kedalam kelompok untuk menyertai mereka. Sebelum
mulai, mereka tahu ke mana dan apa yang ingin mereka lakukan.
2)
Lingkungan
terpencil
Sesudah
mengeksplorasi lingkungan langsung ketika masih kecil,anak yang lebih besar
ingin pergi ke tempat-tempat jauh dari yang diperkenalkan.Sebagai contoh, anak
kota mungkin ingin mengeksploraasi daerah pedesaan sedangkan anak desa ingin
melihat “kota besar” yang pernah didengarnya.
3)
Perilaku
kelompok lawan perilaku sendiri
Banyak
kegembiraan yang diperoleh anak dari kegiatan eksplorasi berasal dari berbagai
pengalaman dengan teman seusianya.Tidak seperti bayi atau anak kecil, anak yang
lebih besar kurang mendapat kegembiraan dari kegiatan eksplorasi sendiri
ketimbang eksplorasi yang dilakukan bersama dengan orang lain. Eksplorasi
merupakan salah satu kegiatan yang disukai gang anak-anak.
4)
Bimbingan
dan pengarahan
Perilaku
eksplorasi bayi dan anak kecil jarang dibimbing dan diarahkan, berbeda dari
eksplorasi anak yang berusia “gang”. Sekolah, kelompok pramuka, dan perkumpulan
merencanakan perjalanan ke tempat yang baru, berbeda, dan menarik yang terlalu
jauh bagi anak untuk pergi sendiri atau dilarang melakukannya tanpa pengawasan
orang dewasa informasi tambahan yang diberikan pemimpin atau bimbingan menambah
ke gembiraan anak yang diperolehnya daari eksplorasi tersebut.
BAB
III
PENUTUP
3.3. Kesimpulan
Bermain adalah pekerjaan anak. Dalam bermain anak
mempraktekkan secara kontinu proses hidup yang rumit dan penuh stress, komunikasi,
dan mencapai hubungan yang memuaskan dengan orang lain. Di situlah mereka
belajar tentang diri mereka sendiri dan dunia mereka, misalnya bagaimana
menghadapi lingkungan objek, waktu, ruang, struktur, dan dan orang di dalamnya.
DAFTAR
ISI
DIAKSES TANGGAL 21-03-2015 http://aptamylsidayu.blogspot.com/2011/03/bermain-dan-perkembangan-anak.html ( Bermain dan perkembangan anak )
Diakses tanggal 21-03-2015 http://imeldaanggareni.blogspot.com/2013/05/tahapan-perkembangan-bermain-anak.html ( Fungsi, manfaat, dan Nilai bermain bagi
anak )
Diakses tanggal 21-03-2015 https://sriwahyunengsi.wordpress.com/2012/12/10/perkembangn-bermain-anak/ ( Tahapan perkembangan bermain anak )
Langganan:
Postingan (Atom)