Jumat, 03 Agustus 2018

Jurnal skripsi keterampilan membaca pemahaman siswa menggunakan teknik Scanning

Meningkatkan Keterampilan Membaca Pemahaman Siswa Kelas V SD Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Dengan Menggunakan Teknik Scanning di SDN Telaga Murni 02 Cikarang Barat
Leni Agustini*, Jaka Waluya dan Kori Sundari
Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), Fakultas Keguruan dan Ilmu Kependidikan (FKIP), Universitas Islam “45” Bekasi
Abstrak
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya kemampuan membaca pemahaman siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas V. Hal ini bisa dilihat dari rendahnya kemampuan siswa dalam menemukan gagasan pokok dalam sebuah wacana bacaan, sulitnya siswa menyimpulkan isi sebuah cerita hanya sebagian kecil siswa yang dapat menyimpulkan isi sebuah cerita, sulitnya siswa menentukan kalimat penjelas dalam sebuah wacana dan masih lamanya siswa dalam menjawab soal-soal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan membaca pemahaman siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan teknik scanning.
       Metode penelitian yang digunakan adalah metode PTK (Penelitian Tindakan Kelas). Penelitian ini dilakukan dalam tiga siklus. Setiap siklus meliputi tahap perencanaan, tindakan, penilaian, dan refleksi. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VA SDN Telaga Murni 02 Cikarang Barat yang berjumlah 34 siswa yang terdiri atas 16 siswa perempuan dan 18 siswa laki-laki. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi kinerja guru dan tes uraian. Analisis data dilakukan dengan pendekatan kuantitatif untuk mengolah angka hasil dari kemampuan membaca pemahaman siswa.
       Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan pemahaman konsep siswa disetiap siklusnya yaitu pda siklus I ketuntasan klasikal sebesar 61,76%, dengan nilai rata-rata 70,82, pada siklus II ketuntasan klasikal mencapai 73,52% dengan nilai rata-rata siswa 77,17 dan pada siklus III ketuntasan klasikal meningkat menjadi 88,23% dengan nilai rata-rata siswa 83,58 maka untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dapat dilakukan dengan menerapkan teknik pembelajaran scanning.

Kata Kunci           : Teknik pembelajaran scanning
Keterampilan membaca pemahaman siswa pada pembelajaran Bahasa Indonesia
 



I.  Pendahuluan
A.    Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan aspek kehidupan yang harus dan pasti dijalani oleh semua manusia sejak kelahiran, selama masa pertumbuhan dan perkembangannya. Pendidikan mempunyai tanggung jawab membentuk masyarakat yang berkualitas. Siswa menjadi subjek yang semakin berperan menampilkan keunggulan dirinya yang tangguh, kreatif, mandiri, dan profesional dibidangnya masing-masing. Hal ini diperlukan untuk mengantisipasi dan turut serta dalam persaingan di era globalisasi.
Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional khususnya pasal 3 menjelaskan bahwa :
      Pendidikan berfungsi untuk mengembangkan kemampuan membentuk        watak peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan    kehidupan bangsa serta bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik menjadi manusia beriman, bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa,           berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, menjadi warga       demokratis serta bertanggung jawab.
Untuk mencapai tujuan tersebut guru berperan penting dalam menentukan keberhasilan pendidikan. Sebagai pengajar guru sangat berharap dapat berhasil dalam proses pembelajaran dan  apa yang mereka ajarkan dapat dapat diterima dan dipahami dengan baik oleh siswa. Salah satunya adalah membantu siswa dalam keterampilan berbahasa salah satunya yaitu keterampilan membaca siswa.
Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen, yaitu keterampilan menyimak (listening skills), keterampilan berbicara (speaking skills), keterampilan membaca (reading skills), dan keterampilan menulis (writing skills). Keempat keterampilan tersebut pada dasarnya merupakan suatu kesatuan yang hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktik dan banyak pelatihan (Henry Guntur Tarigan, 2008 : 1).
Keterampilan membaca pada umumnya diperoleh dengan cara mempelajarinya di sekolah. Keterampilan berbahasa ini merupakan suatu keterampilan yang sangat unik serta berperan penting bagi pengembangan pengetahuan, dan sebagai alat komunikasi bagi kehidupan manusia. Dikatakan unik karena tidak semua manusia, walaupun telah memiliki keterampilan membaca, mampu mengembangkannya menjadi alat untuk memberdayakan dirinya atau bahkan menjadikannya budaya bagi dirinya sendiri. Dikatakan penting bagi pengembangan pengetahuan karena persentase transfer ilmu pengetahuan terbanyak dilakukan melalui membaca (Iskandarwassid dan dadang suhendar, 2013 : 245).
Salah satu keterampilan membaca yang harus dikuasai siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia adalah membaca pemahaman. Menurut Yunus (2012:59) membaca pemahaman merupakan istilah yang digunakan untuk kegiatan membaca yang bertujuan untuk beroleh informasi yang terkandung dalam teks bacaan. Membaca pemahaman dapat pula diartikan sebagai proses sungguh-sungguh yang dilakukan pembaca untuk memperoleh informasi, pesan, dan makna yang terkandung dalam sebuah bacaan. Adapun indikator kemampuan membaca pemahaman menurut Abdul Razak (dalam Skripsi Wulan Saparti, 2017) diantaranya : (1) Menemukan gagasan pokok dalam sebuah cerita, (2) Menentukankan kalimat penjelas dalam sebuah cerita, (3) Menyimpulkan teks bacaan dalam cerita, (4) Menyebutkan amanat atau pandangan yang terkandung dalam cerita.
Peneliti menemukan permasalahan pada siswa kelas V di SDN Telaga Murni 02 Cikarang Barat. Berdasarkan data yang diperoleh peneliti dari observasi dan wawancara yang dilakukan, pada saat kegiatan membaca pemahaman siswa kelas V di SDN Telaga Murni 02 Cikarang Barat masih banyak siswa yang belum bisa menemukan kalimat yang penting dalam sebuah cerita, sulitnya siswa dalam mengungkapkan informasi serta menyimpulkan informasi yang didapat dari kegiatan membaca, hal ini terlihat apabila diminta untuk mengungkapkan informasi dan menyimpulkan apa yang didapatkan dari teks bacaan yang mereka baca, hanya sebagian kecil siswa yang dapat menyimpulkan isi sebuah cerita. Siswa juga kurang mampu menjawab pertanyaan terkait isi bacaan, dan siswa kesulitan menggali informasi terkait bacaan. Belum mampunya siswa dalam menjawab soal-soal secara cepat, siswa cenderung lambat dalam menjawab soal-soal, hal ini terlihat dari waktu yang dibutuhkan siswa dalam menjawab soal-soal yang lumayan lama bisa memakan waktu sampai 1 jam pelajaran hanya untuk menjawab beberapa soal. Dan juga belum adanya teknik pembelajaran yang sesuai yang diterapkan guna mendukung siswa untuk mampu menjawab soal-soal dengan cepat dengan waktu yang singkat.
Permasalahan tersebut juga didukung dengan hasil belajar siswa. Permasalahan mengenai kualitas pembelajaran Bahasa Indonesia aspek kemampuan membaca pemahaman yang belum optimal merupakan masalah yang sangat penting dan mendesak, sehingga perlu dicari alternatif pemecahan masalah untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan membaca pemahaman di SDN Telaga Murni 02 Cikarang Barat.
Peneliti berinisiatif menetapkan alternatif tindakan dengan menerapkan teknik pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang meliputi keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil Belajar Bahasa Indonesia aspek kemampuan membaca pemahaman. Teknik pembelajaran yang dapat memecahkan masalah tersebut adalah dengan menerapkan Teknik Scanning. Diharapkan melalui penerapan Teknik Scanning dapat meningkatkan keterampilan membaca pemahaman siswa, melatih siswa belajar mandiri, aktif, kreatif dan menciptakan suasana belajar yang bermakna.
Teknik scanning  merupakan teknik menemukan informasi dari bacaan secara cepat, dengan cara menyapu halaman demi halaman secara merata, kemudian ketika sampai pada bagian yang dibutuhkan, gerakan mata berhenti. Mata bergerak cepat, meloncat-loncat, dan tidak melihat kata demi kata. Selanjutnya informasi yang dibutuhkan itu diangkat (Nurhadi dalam Subyantoro, 2011 : 81).
Albert (dalam samsu somadayo, 2011 : 43) menyatakan bahwa membaca scanning merupakan kegiatan membaca dengan tujuan (1) untuk memperoleh kesan umum dari suatu buku, artikel atau tulisan singkat, (2) untuk menemukan hal-hal tertentu dari suatu bahan bacaan, dan 3) untuk menemukan, menempatkan bahan yang diperlukan.
Adapun penelitian yang mendukung pemecahan masalah tersebut adalah:
Penelitian yang dilakukan oleh Lutviatus Sofah pada tahun 2013 dengan judul “Penerapan Teknik Scanning untuk Meningkatkan Keterampilan Membaca Pemahaman Siswa Kelas V SDN Sidoarjo”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa  keterlaksanaan aktivitas gurur selama pelaksanaan pembelajaran siklus I dan siklus II mendapatkan persentase keterlaksanaan 100%. Sementara itu, skor ketercapaian aktivitas guru pada siklus I adalah 76,42 dan 90,71 pada siklus II. Adapun hasil belajar membaca pemahaman siswa pada siklus I memperoleh persentase ketuntasan sebesa 72,72% dan 87,88% pada siklus II. Kendala yang muncul pada proses pembelajaran membaca pemahaman dengan menerapkan  teknik scanning dapat diatasi dengan memberikan contoh cara menemukan informasi khusus dengan langkah-langkah yang tepat. Jadi, dapat disimpulkan dengan menerapkan teknik scanning dapat meningkatkan keterampilan membaca pemahaman siswa kelas V SDN Sidoarjo.
Penelitian yang dilakukan oleh Samsu Somadayo pada tahun 2009 dengan judul “Penerapan Teknik Skimming dan Scanning untuk Meningkatkan Pembelajaran Membaca Pemahaman Siswa kelas V SD Negeri Selero 1 Teernate”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan teknik skimming dan scanning pada penelitian ini secara signifikan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca pemahaman. Peningkatan tersebut dapat dilihat pada siklus I dengan rata-rata nilai adalah 74,4% (baik), siklus II mencapai 79,5% (baik) dan siklus III adalah 85,5% (sangat baik). Untuk penerapan teknik Scanning pada siklus I nilai rata-ratanya adalah 75,25% (baik), siklus II 79,55% (baik), dan siklus III mencapai 88,25% (sangat baik). Tingkat kecepatan membaca siswa kelas V SD Negeri Salero 1 Ternate termasuk kategori memadai. Hal ini dapat ditunjukkan dari 35 sampel pada siklus I, 18 siswa (52,75%) termasuk kategori baik, 4 siswa (4,25%) termasuk kategori sangat baik. Siklus II, 2 siswa (2,22%) termasuk kategori baik, dan 25 siswa (76,25%) termasuk kategori sangat baik, sedangkan untuk siklus III, 1 siswa (1,25%) termasuk kategori kurang, 3 siswa (4,75%) termasuk kategori cukup, 3 siswa (4,74%) temasuk kategori baik dan 28 siswa (88,25%) termasuk kategori sangat baik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan teknik scanning pada pelajaran bahasa indonesia dapat meningkatkan pembelajaran membaca pemahaman siswa kelas V SD Negeri Selero 1 Ternate.
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti akan mengkaji penelitian tindakan kelas dengan judul “Meningkatkan Keterampilan Membaca Pemahaman Siswa Kelas V SD Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Dengan Menggunakan Teknik Scanning di SDN Telaga Murni 02 Cikarang Barat”

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan penguraian identifikasi masalah dan batasan masalah diatas, maka rumusan masalah yang akan dikaji oleh peneliti pada penelitian yaitu “Apakah penggunaan teknik scanning  dapat meningkatkan keterampilan membaca pemahaman siswa kelas V SDN Telaga Murni 02 Cikarang Barat?.”

C.    Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan membaca pemahaman siswa kelas V SD dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan teknik scanning di SDN Telaga Murni 02 Cikarang Barat.

II.     Tinjauan Pustaka
1.      Keterampilan Membaca Pemahaman
Henry Guntur Tarigan (2008:58) menjelaskan bahwa membaca pemahaman (reading for understanding) adalah sejenis membaca yang bertujuan untuk memahami standar-standar atau norma-norma kesastraan (literal standars), resensi kritis (critical review), drama tulis (printed drama) serta pola-pola fiksi (pattern officion). Sedangkan Samsu Somadayo 2011:10 mengemukakan bahwa membaca pemahaman merupakan suatu proses pemerolehan makna yang secara aktif melibatkan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki oleh pembaca serta dihubungkan dengan isi bacaan.
Yunus Abidin (2012:59) membaca pemahaman merupakan istilah yang digunakan untuk kegiatan membaca yang bertujuan untuk beroleh informasi yang terkandung dalam teks bacaan. Membaca pemahaman dapat pula diartikan sebagai proses sungguh-sungguh yang dilakukan pembaca untuk memperoleh informasi, pesan, dan makna yang terkandung dalam sebuah bacaan.
Dalman (2014:87) mengungkapkan membaca pemahaman merupakan keterampilan membaca yang berada pada urutan yang lebih tinggi. Membaca pemahaman adalah membaca secara kognitif (membaca untuk memahami). Dalam membaca pemahaman, pembaca dituntut mampu memahami isi bacaan. Oleh sebab itu, setelah membaca teks, si pembaca dapat menyampaikan hasil pemahaman membacanya dengan cara membuat rangkuman isi bacaan dengan menggunakan bahasa sendiri dan menyampaikannya baik secara lisan maupun tulisan.
Rubin (melalui Samsu Somadayo, 2011:7) membaca pemahaman adalah proses intelektual yang kompleks yang mencakup dua kemampuan utama, yaitu kemampuan penguasaan makna dan kemampuan berpikir tentang konsep verbal. Turner (melalui Samsu Somadayo, 2011:10) mengungkapkan bahwa seorang  pembaca dikatakan memahami bacaan secara baik apabila pembaca dapat: (1) mengenal kata-kata atau kalimat yang ada dalam bacaan dan mengetahui maknanya, (2) menghubungkan makna dari pengalaman yang dimiliki dengan makna yang ada dalam bacaan, (3) memahami seluruh makna secara kontekstual, dan (4) membuat pertimbangan nilai isi bacaan berdasarkan pengalaman membaca. Pemahaman merupakan salah satu aspek yang penting dalam kegiatan membaca, sebab pada hakikatnya pemahaman suatu bahan bacaan dapat meningkatkan keterampilan membaca itu sendiri maupun untuk tujuan tertentu yang hendak dicapai. Jadi, kemampuan membaca dapat diartikan sebagai kemampuan dalam memahami bahan bacaan.

a.      Tujuan Membaca Pemahaman
Apabila kita melakukan suatu kegiatan, tentulah kita mempunyai tujuan tertentu yang hendak dicapai, begitu pula dalam kegiatan membaca pemahaman. Tujuan membaca pemahaman adalah untuk memperoleh sukses dalam pemahaman penuh terhadap argument-argumen yang logis, urutan-urutan retoris atau pola-pola teks, pola-pola simbolisnya, nada-nada tambahan yang bersifat emosional dan juga sarana-sarana linguistic yang dipergunakan untuk mencapai tujuan (Henry Guntur Tarigan, 2008:36). Anderson (melalui Samsu Somadayo, 2011:12) menyatakan bahwa membaca pemahaman memiliki tujuan untuk memahami isi bacaan dalam teks. Tujuan tersebut antara lain:
1)     Untuk memperoleh rincian-rincian dan fakta- fakta,
2)     Untuk mendapatkan ide pokok,
3)     Untuk mendapatkan urutan organisasi teks,
4)     Untuk mendapatkan kesimpulan,
5)     Untuk mendapatkan klasifikasi,
6)     Untuk membuat perbandingan atau pertentangan.

b.      Aspek-aspek membaca pemahaman
Dalam Dalman (2014 : 89) menjelaskan seorang pembaca perlu mengetahui aspek-aspek membaca pemahaman. Beberapa aspek membaca pemahaman adalah berikut ini.
a.       Memahami pengertian sederhana (leksikal, gramatikal).
b.      Memahami signifikan/makna (maksud dan tujuan pengarang).
c.       Evaluasi/penilaian (isi, bentuk).
d.      Kecepatan membaca yang fleksibel, yang mudah disesuaikan dengan keadaan.
Perlu diingat bahwa hal yang terpenting dalam mengajar membaca pemahaman adalah bagaimana cara siswa mampu memahami isi bacaan yang dibacanya.
Dari beberapa pendapat yang telah  dikemukakan oleh para ahli mengenai teori keterampilan  membaca pemahaman, maka dapat disimpulkan bahwa keterampilan membaca pemahaman adalah kegiatan membaca yang bertujuan untuk beroleh informasi yang terkandung dalam teks bacaan. Dalam membaca pemahaman, pembaca dituntut mampu memahami isi bacaan. Oleh sebab itu, setelah membaca teks, si pembaca dapat menyampaikan hasil pemahaman  membacanya dengan cara membuat rangkuman isi bacaan dengan menggunakan bahasa sendiri dan menyampaikannya baik secara lisan maupun tulisan, dengan tujuan mampu menangkap pesan, informasi, fakta, atau ide pokok bacaan dengan baik. Dengan demikian indikator untuk menunjukan kemampuan membaca pemahaman dalam penelitian ini antara lain adalah :
a.       Menemukan gagasan pokok atau ide pokok dalam sebuah bacaan/cerita,
b.      Menentukan kalimat atau gagasan penjelas,                                      
c.       Menyimpulkan teks dalam sebuah bacaan, dan
d.      Menyebutkan amanat atau pandangan pengarang dalam sebuah bacaan.

2.      Teknik scanning
Albert (dalam samsu somadayo, 2011 : 43) menyatakan bahwa membaca scanning merupakan kegiatan membaca dengan tujuan (1) untuk memperoleh kesan umum dari suatu buku, artikel atau tulisan singkat, (2) untuk menemukan hal-hal tertentu dari suatu bahan bacaan, dan 3) untuk menemukan, menempatkan bahan yang diperlukan.
Soedarso (dalam samsu somadayo, 2011 : 43) menyatakan bahwa scanning adalah suatu teknik pengajaran membaca dengan cara melompati (skiping) untuk langsung ke sasaran yang dicari dalam bahan bacaan.
Menurut Haras (dalam samsu somadayo, 2011 : 43) teknik scanning  merupakan teknik membaca cepat untuk mendapatkan suatu informasi tanpa mengabaikan pemahaman.
Mintowati (dalam samsu somadayo, 2011 : 44) menyatakan membaca scanning  merupakan teknik pembelajaran dan fakta-fakta khusus yang tersurat dalam bahan bacaan.
Dalvin (dalam samsu somadayo, 2011 : 45) menyatakan bahwa membaca scanning adalah suatu teknik pembelajaran membaca cepat dengan kecepatan tinggi untuk memdapatkan informasi
Dalam skripsi I Gede Danu Eka Setiawan (2014)  Langkah atau proses scanning yang lain yakni:
Scanning dilakukan dengan cara:
1.      Perhatikan penggunaan urutan seperti angka, huruf, langkah, pertama, kedua, dan selanjutnya.
2.      Carilah kata yang dicetak tebal, miring, atau yang dicetak berbeda dengan teks lainnya.
3.      Terkadang penulis menempatkan kata kunci dibatas paragraf.
4.      Menggerakkan mata seperti anak panah langsung meluncur kebawah menemukan informasi yang telah tepat.
5.      Setelah ditemukan kecepatan diperlambat untuk menemukan keterangan lengkap dan informasi yang dicari.
6.      Pembaca dituntut memiliki pemahaman yang baik berkaitan dengan karakteristik yang dibaca (misalnya, kamus disusun secara alfabetis dan ada keyword disetiap halaman bagian kanan atas, ensiklopedia disusun secara alfabetis dengan pembalikan untuk istilah yang terdiri dari dua kata, dan sebagainnya).
Nurhadi (dalam samsu somadayo, 2011 : 46) mengatakan bahwa penerapan kemampuan membaca scanning  harus di dasarkan pada tujuan membaca yang ingin dicapai. Hal ini biasanya dapat dikaitnya dengan tujuan membaca, keperluan membaca, dan bahan bacaan, untuk itu, seorang pembaca yang baik tidak menerapkan kecepatan membacanya secara konstran di berbagai eadaan membaca.
Pendapat yang sama dikemukakan oleh Anderson (dalam samsu somadayo, 2011 : 48), selain tujuan membaca dengan menggunakan teknik skimming, pembaca juga bisa menggunakan teknik scanning, untuk itu, ketika membaca dengan menggunakan teknik scanning, maka tujuan utamanya adalah (1) membaca untuk mendapat informasi tertentu atau informasi khusus yang diperlukan dari sebuah teks, dan (2) membaca untuk mendapatkan fakta khusus tanpa membaca yang lain, jadi langsung ke masalah yang dicari.
a.      Keunggulan dan Kelemahan Teknik Scanning
Dalam skripsi I Gede Danu Eka Setiawan (2014) dituliskan keunggulan dan kelemahan teknik membaca scanning. Adapun keunggulan dan kelemahan teknik membaca scanning adalah sebagai berikut.
Keunggulan Teknik Scanning
Keunggulan teknik scanning adalah sebagai berikut :
1.      Lebih cepat menyelesaikan suatu bacaan sehingga kita merasa antusias untuk membaca bacaan yang lain.
2.      Memudahkan kita untuk cepat menguasai informasi.
3.      Bisa diterapkan pada bacaan apapun (buku, surat kabar, buku pelajaran, majalah, dan lain-lain).
4.      Dapat membantu seseorang untuk membuat pertimbangan dan memutuskan sesuatu, misalnya yang berhubungan dalam membuat laporan suatu kegiatan.
5.      Sangat membantu siswa untuk mengetahui informasi dan fakta tertentu dari suatu bacaan.

Kelemahan Teknik Scanning
Kelemahan membaca scanning adalah sebagai berikut.
1.      Adanya rasa kebingungan atau kehilangan pemahaman dari apa yang telah dibaca karena kurang atau belum begitu menguasai keterampilan membaca dengan teknik scanning.
2.      Tidak bisa melihat kata demi kata karena langsung fokus pada informasi yang dicari.
3.      Teknik membaca scanning tidak asal digunakan, jika untuk keperluan membaca buku teks, puisi, surat penting dari ahli hukum dan sebagainya, perlu lebih detail atau lebih konsentrasi dalam membaca.

Berdasarkan penjelasan diatas peneliti menyimpulkan bahwa teknik scanning merupakan teknik pembelajaran membaca cepat baca-tatap untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan dan untuk menemukan hal-hal tertentu dari suatu bahan bacaan serta untuk mendapatkan fakta khusus didalam teks bacaan tanpa mengabaikan pemahamannya.


III.  Metode Penelitian
Metode penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas atau CAR (Classroom Action Research).  Menurut Ekawarna (2013:5) PTK adalah penelitian tindakan yan dilaksanakan oleh guru di dalam kelas. Yang dilakukan secara siklik dalam rangka memecahkan masalah, sampai masalah itu terpecahkan.
Dari pendapat yang telah dikemukakan diatas, maka ciri utama dari penelitian tindakan adalah adanya intervensi atau perlakuan tertentu untuk perbaikan kinerja dalam dunia nyata.Penelitian tindakan kelas ini merupakan suatu penelitian yang berhubungan dengan data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif berupa angka-angka tentang hasil belajar siswa yaitu keterampilan membaca pemahaman pada mata pelajaran Bahasa Indonesia sedangkan data kualitatif merupakan serangkaian kata yang berisi ungkapan mengenai hasil belajar siswa yaitu keterampilan membaca pemahaman. Penelitian ini bersifat partisipatif dalam arti bahwa peneliti terlibat dalam penelitian secara langsung. Dan bersifat kolaboratif dimana peneliti melibatkan pihak lain untuk bekerja sama, yaitu guru kelas.

IV.  Hasil Penelitian dan Pembahasan
Berdasarkan analisis hasil penelitian yang dilakukan pasa siklus I, II, dan siklus III dengan menerapkan teknik scanning untuk meningkatkan keterampilan membaca pemahaman siswa kelas V SDN Telaga Murni 02 Cikarang Barat, menunjukkan bahwa penelitian sudah sesuai dengan apa yang diharapkan peneliti. Sehingga penelitian dikatakan berhasil.
Hasil tes keterampilan membaca pemahaman siswa pada pembelajaran Bahasa Indonesia siklus I, siklus II dan siklus III mengalami peningkatan yang cukup memuaskan. Pada siklus I nilai rata-rata yang diperoleh siswa sebesar 70,82, dengan persentase ketuntasan klasikal sebesar 61,76%. Pada siklus II nilai rata-rata siswa yaitu 77,17 dengan persentase ketuntasan siswa meningkat 11,76% dari sebelumnya 61,76% menjadi 73,52% di siklus II. Pada siklus III nilai rata-rata siswa yaitu 83,58 dengan persentase ketuntasan klasikal meningkat sebesar 14,71% dari sebelumnya 73,52% menjadi sebesar 88,23% pada siklus III.
Peningkatan hasil diatas, membuktikan bahwa teknik Scanning dapat meningkatkan keterampilan membaca pemahaman siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia kelas V SDN Telaga Murni 02 Cikarang Barat. Dengan kata lain tujuan penelitian ini tercapai.
Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh  Haras (dalam samsu somadayo, 2011 : 43) teknik scanning  merupakan teknik membaca cepat untuk mendapatkan suatu informasi tanpa mengabaikan pemahaman.
Hal ini dikarenakan teknik Scanning meningkatkan cepatan siswa dalam mencari informasi dengan membaca memindai teks bacaan untuk menemukan jawaban dari informassi yang dicari tanpa mengabaikan pemahaman dari tek bacaan tersebut.

V.    Kesimpulan
Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dapat disimpulkan bahwa penelitian yang dilakukan di kelas V SDN Telaga Murni 02 Cikarang Barat menunjukkan bahwa penerapan teknik pembelajaran Scanning ini memberikan pengaruh yang positif. Hal ini dibuktikan oleh dapat meningkatnya keterampilan membaca pemahaman siswa pada pembelajaran Bahasa Indonesia. Bukan hanya keterampilan membaca pemahaman saja yang meningkat, hal-hal yang meningkat lainnya yaitu kinerja selama pembelajaran yang mencakup antusiasme, keaktifan, konsentrasi dan kecepatan siswa dalam menjawab soal-soal.
Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata yang diperoleh siswa yang mengalami peningkatan pada setiap siklusnya, pada siklus I nilai rata-rata yang didapat sebesar 70,58 dengan persentase ketuntasan belajar klasikal mencapai 61,76%. Kemudian, terjadi peningkatan pada siklus II nilai rata-rata yang didapat sebesar 77,17, dengan persentase ketuntasan belajar klasikal 73,52%. Setelah itu pada siklus III nilai rata-rata mencapai 83,58 dengan persentase ketuntasan belajar klasikal mencapai 88,23%. Kemudian siklus dihentikan karena hasil yang diperoleh siswa telah mencapi target melebihi 80%. Berdasarkan hasil penelitian, ada peningkatan keterampilan membaca pemahaman siswa setelah diterapkan teknik pembelajaran Scanning pada siswa kelas V SDN Telaga Murni 02 Cikarang Barat.
A.    Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah disimpulkan di atas, terbukti bahwa penerapan teknik pembelajaran scanning dapat meningkatkan keterampilan membaca pemahaman siswa pada pembelajaran Bahasa Indonesia, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut :
1.      Bagi Sekolah
Sekolah dapat mendukung penerapan teknik-teknik  pembelajaran khususnya teknik Scanning guna meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya untuk meningkatkan keterampilan membaca pemahaman siswa. Oleh karena itu, sekolah dapat memberikan dorongan dan memfasilitasi pengembangan dari penelitian ini untuk diterapkan pada mata pelajaran, waktu, situasi, dan kondisi sehingga mencapai hasil yang diinginkan.
2.      Bagi Guru
Guru hendaknya dapat membiasakan menerapkan teknik-teknik pembelajaran dalam proses belajar mengajar. Karena penerapan teknik pembelajaran yang bervariasi dapat menciptakan pembelajaran yang aktif, bermakna dan menyenangkan, salah satunya menerapkan teknik pembelajaran scanning  pada kegiatan pembelajaran dikelas. Karena teknik pembelajaran scanning dapat meningkatkan keterampilan membaca siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.
3.      Bagi Siswa
Penerapan teknik scanning dapat menjadi salah satu upaya untuk mengembangkan dan meningkatkan keterampilan membaca pemahaman siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.
4.      Bagi Peneliti Lainnya
Penelitian ini bisa dijadikan bahan kajian pengembangan penelitian selanjutnya agar lebih baik. Serta hendaknya lebih dikembangkan dengan menggunakan teknik pembelajaran lain agar tujuan penelitian dapat tercapai.

 


DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Hakim, 2014. “Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman Melalui Penggunaan Metode Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) Bagi Siswa Kelas V SD Negeri Temanggal Kalasan Tahun Pelajaran 2013/2014”. Skripsi Universitas Negeri Yogyakarta
Arikunto, Suharsimi.  2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Dalman, 2014. Keterampilan Membaca.Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Doyin dan Wagiran. 2012. Bahasa Indonesia. Semarang: Unnes Press.
Ekawarna. 2013. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Referensi.
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, Bandung:Angkasa.
I Gede Danu Eka Setiawan. 2014. “Peningkatan Kemampuan Memahami Isi Bacaan Melalui Teknik Membaca Scanning (membaca memindai) pada Siswa kelas V SD Negeri 4 Pekutatan Jembrana Tahun Pelajaran 2013/2014”. Sripsi Universitas Mahasaraswati Denpasar
Iskandarwassid. 2016. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: Remaja rosdakarya.
Sofah, Lutviatus. 2013. “Penerapan Teknik Scanning untuk Meningkatkan Keterampilan Membaca Pemahaman Siswa Kelas V SDN Sidoarjo”. Skripsi Universitas Surabaya
Somadayo, Samsu. “Penerapan Teknik Skimming dan Scanning untuk Meningkatkan Pembelajaran Membaca Pemahaman Siswa Kelas V SD Negeri Salero 1 Ternate”. Skripsi.
Nurhadi. 2010. Membaca Cepat dan Efektif. Bandung: Sinar Baru Algesindo
Rahim, Farida. 2011. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: PT.Bumi ‘                          Aksara
Sofah, Lutviatus. 2013. “Penerapan Teknik Scanning untuk Meningkatkan Keterampilan Membaca Pemahaman Siswa Kelas V SDN Sidoarjo”. Skripsi Universitas Surabaya
Somadayo, Samsu. “Penerapan Teknik Skimming dan Scanning untuk Meningkatkan Pembelajaran Membaca Pemahaman Siswa Kelas V SD Negeri Salero 1 Ternate”. Skripsi.
Somadayo, Samsu. 2011. Strategi dan Teknik Pembelajaran Membaca. Jakarta: Graha Ilmu
Sugiyono.2012. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,Kualitatif dan R & D.Bandung:Alfa Beta.
Susanto, Ahmad. 2015. Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:
                        Prenadamedia.
Tampubolon, Kemampuan Membaca Teknik Membaca Efektif dan Efisien, Bandung: Angkasa, 2008.
Saparti, Wulan. 2017. Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Melalui Strategi Know Want To Learn Di Kelas IV SD Negeri Bantargebang III”. Skripsi Universitas Islam 45 Bekasi
Zulela. 2013. Pembelajaran Bahasa Indonesia Apresiasi Sastra di Sekolah Dasar.
Bandung: Remaja Rosdakarya.          




Senin, 11 April 2016

MAKALAH STRATEGI KOGNITIF PEMROSESAN INFOR MASI DAN MEMORI JANGKA PANJANG



BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang
Fokus utama psikologi kognitif adalah mengkaji proses mental perilaku individu dalam memeroleh informasi dan pengetahuan yang bersumber dari lingkungan. Pendekatan teori dan model pemrosesan informasi dengan menggunakan metafora komputer sebagai alat yang berfungsi menerima, mengolah, menyimpan, dan menghasilkan informasi. Pada manusia dengan otak sebagai perangkat keras paling sentral dengan unsur fisik lainnya, manusia mampu menerima, mengolah, menyimpan, dan ,menghasilkan pengetahuan yang amat diperlukan untuk membangun perilaku dalam interaksi dengan lingkungan kehidupan. Ilmu pengetahuan telah menemukan bahwa otak dapat menyimpan informasi, setara dengan 2,5 juta megabita, cukup untuk menyimpan data digital tiga juta jam siaran televisi. 80% isi otak adalah air (dalam majalah Tempo edisi 14-29 januari 2013). Dengan kehebatan otak itulah manusia seolah-olah merupakan komputer yang super canggih sehingga mampu menerima dan mengolah informasi dan mampu mengembangkannya menjadi ilmu pengetahuan yang menjadi sumber bagi kesejahteraan hidup umat manusia.
1.2.Rumusan masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan pemrosesan informasi?
2.      Apa yang dimaksud dengan memori jangka pendek dan memori jangka panjang?
3.      Apa saja implikasi untuk pengajaran?
1.3.Tujuan masalah
1.      Menjelaskan tentang pemrosesan informasi,
2.      Menjelaskan tentang memori jangka pendek dan memori jangka panjang,
3.      Menjelaskan tentang impliksinya bagi pengajaran

BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Pemrosesan informasi

A.    Model dasar
Sebagaimana telah di kemukakan dalam pembahasan terdahulu bahwa psikologi kognitif berkembang sebagai reaksi terhadap psikologi behaviorisme yang terlalu menekankan aspek eksternal dan kurang memperhatikan aspek internal khususnya proses mental kognisi  dan perkembangannya. Fokus utama psikologi kognitif adalah mengkaji proses mental perilaku individu dalam memeroleh informasi dan pengetahuan yang bersumber dari lingkungan. Pendekatan teori dan model pemrosesan informasi dengan menggunakan metafora komputer sebagai alat yang berfungsi menerima, mengolah, menyimpan, dan menghasilkan informasi. Pada manusia dengan otak sebagai perangkat keras paling sentral dengan unsur fisik lainnya, manusia mampu menerima, mengolah, menyimpan, dan ,menghasilkan pengetahuan yang amat diperlukan untuk membangun perilaku dalam interaksi dengan lingkungan kehidupan. Ilmu pengetahuan telah menemukan bahwa otak dapat menyimpan informasi, setara dengan 2,5 juta megabita, cukup untuk menyimpan data digital tiga juta jam siaran televisi. 80% isi otak adalah air (dalam majalah Tempo edisi 14-29 januari 2013). Dengan kehebatan otak itulah manusia seolah-olah merupakan komputer yang super canggih sehingga mampu menerima dan mengolah informasi dan mampu mengembangkannya menjadi ilmu pengetahuan yang menjadi sumber bagi kesejahteraan hidup umat manusia.
            Para pengembang psikologi kognitif menggunakan model dasar teori pemrosesan informasi dengan komputer sebagai metafora. Model dasar teori pemrosesan informasi sebagaimana dikemukakan oleh Roger H. Brunning, Gregory J.Schraw, Monica M. Norby; (2011) dalam bukunya “Cognitive Psichology and Instruction”, digambarkan sebagai berikut.
Right Arrow: PENGUNGKAPAN 












Bagian tersebut memberikan gambaran mekanisme pemrosesan informasi yang berlangsung dalam aktivitas mental pada pusat kesadaran atau otak. Prosesnya berlangsung dengan tahapan berikut:
1.      Lingkungan dengan berbagai sifat-sifatnya memberikan stimulus (rangsangan) dalam berbagai variasi seperti: ukuran, bentuk, warna, suara, rasa, bau, suhu, tekanan, dsb. dengan variasi derajat dan intensitas tertentu.
2.      Rangsangan sesuai dengan bentuk dan sifatnya diterima oleh sensori atau alat indra sesuai dengan stimulus atau rangsangannya, misalnya kalau bentuk dan warna diterima oleh mata, suara atau bunyi diterima oleh telinga, bau diterima oleh hidung, rasa diterima oleh lidah, dsb.
3.      Hasil penginderaan itu kemudian disimpan sementara dalam bentuk sensory memory atau memory alat indra.
4.      Hasil penerimaan alat indera dalam memori sensori kemudian diberikan tafsiran atau makna yang disebut persepsi atau tanggapan sesuai dengan persepsi atau pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya.
5.      Persepsi kemudian disimpan dalam short term memory atau memori jangka pendek, yaitu penyimpanan sementara yang diperkuat dengan aktivitas rehearsal atau latihan atau pengulangan sehingga memperkuat memori.
6.      Melalui proses encoding atau penyandian, persepsi kemudian dikirim dan disimpan di memori jangka panjang dan bersifat permanen dalam bentuk pengetahuan untuk digunakan dlam jangka panjang.
7.      Tahapan selanjutnya adalah retrieval atau pengungkapan kembali persepsi yang tersimpan pada memori jangka panjang pada saat diperlukan sesuai dengan tuntutan atau tugas tertentu. Tahapan ini juga disebut sebagai proses mengingat.
Dalam perkembangan terkini pemrosesn informasi telah mengalami tambahan perubahan dengan tetap pada pola dasar model. Tambahan tersebut adalah pertama sebutan “short-term memory” atau memori jangka pendek diganti dengan “working memory” atau memory kerja. Kedua adalah adanya saluran penghubung antara memori jangka pendek dan memori jangka mpanjang. Ketiga adalah metakognisi yaitu pengetahuan tentang proses yang terjadi dalam diri sendiri yang berfungsi membimbing aliran informasi melalui tiga sistem memori yang lebih rendah.
Ada beberapa asumsi yang harus diperetimbangkan dalam teori pemrosesan informasi, yaitu sebagai berikut ini.
1.      Sistem-sistem memori terpisah secara fungsional tetapi memiliki keterkaitan fungsional.
2.      Perhatian itu terbatas sehingga tidak semua rangsangan dapat diterima secara optimal.
3.      Proses kognitif bersifat otomatis dan terkendali sehingga mampu mengatur penerimaan informasi dan penyimpanannya.
4.      Pemrosesan informasi bukan sekedar penerimaan rangsangan fisik tetapi lebih berupa pemaknaan  berdasarkan pengetahuan terdahulu dan konteksnya.

Penggunaan model sebagaimana dikemukakan diatas sangat berguna baik bagi peneliti maupun para pendidik dalam tiga hal yaitu:
1.      Dalam memberikan pemahaman terhadap peran-peran yang spesifik dari komponen-komponen memori
2.      Dapat digunakan untuk mengkaji teori dan hasil-hasil penelitian, dan
3.      Dalam hal membuat pemahaman mengenai struktur memori.
B.     Memori sensori dan persepsi
Model dasar sebagaimana dikemukakan di atas, merupakan gambaran sebagai satu koleksi sistem pemikiran. Memori sensori adalah suatu sistem yang secara ringkas menyimpan rangsangannya dalam register sensori (catatan alat indera) sehingga analisis perseptual dapat terjadi sebelum hilangnya informasi. Tahap awal dalam proses ini adalah persepsi yang membuat kita untuk mendeteksi rangsangan perseptual dengan memberikan perhatian kepada rangsangan perseptual dengan memberikan perhatian kepada rangsangan itu. Tahapan selanjutnya adalah “pattern recognition” atau pengenalan pola, yang membuiat kita untuk dikenal kemudian dikirimkan ke memori jangka pendek untuk pemrosesan selanjutnya. Proses ini menjawab tiga pertanyaan pokok yaitu: Bagaimanakah kita menerima rangsangan, bagaimanakah kita mengenal rangsangan itu dan bagaimanakah kita mengalokasikan perhatian selama proses persepsi? Selanjutnya, yang terjadi dalam persepsi adalah diawali dengan adanya sejumlah rangsangan pada lingkungan yang telah terdeteksi melalui pendengaran atau penglihatan atau penginderaan lainnya. Rangsangan ini kemudian dipindahkan dan dipegang dalam proses yang disebut “storage” atau penyimpanan. Kemudian dilanjutkan dengan proses “pattern recognition” atau pengenalan pola. Langkah kemudian adalah proses “assignment of meaning” atau tugas pemaknaan yaitu membuat keputusan tentang pemberian makna terhadap rangsangan menerpadukan sejumlah pengetahuan yang telah ada atau dimiliki.
            Sudah hal yang mengagumkan dalam sistem kognitif adalah bahwa sistem dapat menyimpan sementara informasi lingkungan setelah rangsangan lingkungan berlalu atau tidak tampak. Semua itu karena adanya apa yang disebut “ asensory register” atau pencatat sensori yaitu kemampuan alat indera untuk menyimpan sementara informasi lingkungan terutama pendengaran (audio) dan penglihatan (visual).

C.    Peran pengetahuan dan konteks dalam persepsi
Pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya akan memengaruhi proses persepsi, pengenalan pola, dan pemberian makna. Mengetahui apa yang kita amati melalui penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan, atau pengecapan tergantung pada pengetahuan yang telah dimiliki. Misalnya, orang yang sudah memiliki pengetahuan tentang permainan catur akan berbeda dalam persepsinya terhadap permainan catur, dibandingkan dengan orang yangb tidak memiliki pengetahuan tentang permainan catur. Contoh lain, persepsi terhadap pelaksanaan ibadah haji akan berbeda antara orang yang belum memiliki pengetahuan tentang ibadah haji, dibandingkan dengan orang yang telah mengalami ibadah haji. Persepsi seorang sarjana pertanian akan berbeda dengan yang bukan sarjana pertanian terhadap fenomena pertumbuhan tanaman. Selain itu, pengetahuan juga memengaruhi bagaimana kita mencarai sesuatu untuk diamati atau dipelajari. Misalnya, seorang yang memiliki pengetahuan yang luas tentang memasak akan lebih mengetahui alat-0alat atau bahan apa yang harus dicari untuk menyiapkan satu jenis makanan tertentu. Seorang mahasiswa yang telah memiliki pengetahuan yang cukup luas dalam bidang tertentu akan lebih mudah menetapkan sumber-sumber bacaan yang harus dicari. Dengan demikian, jelaslah bahwa pengetahuan yang telah dimiliki membuat terjadinya persepsi dan membuimbing proses mendapatkan persepsi informasi baru.
            Disamping pengetahuan yang telah dimiliki, persepsi juga dipengaruhi oleh konteks informasi itu. Misalnya, kata rumah belum memberikan persepsi yang jelas, tetapi ketika kata rumah dikaitkan dengan konteks lain akan terjadi persepsi yang berbeda. Misalnya, kata “rumah” dalam konteks rumah makan, rumah sakit, rumah tahanan, rumah jabatan, rumah tangga, dsb. agar lebih jelas, perhatikan persepsi terhadap kata “mata” dan “hati” dlam pernyataan berikut ini.
            “sejak matahari terbit di pagi hari hingga terbenam sore hari, pak Hari pergi ke tokonya yang menjual kacamata sebagai mata pencaharian utamanya. Hari senin yang lalu, seharian ia pergi menengok anak semata wayangnya yang sudah tiga hari dirawat di rumah sakit karena dioperasi mata kakinya yang mengalami patah tulang ketika terjatuh didekat mata air yang tidak jauh dari rumahnya. Dengan berlinangan air mata ia menemui anaknya dan kebetulan ia bertemu dengan kenalannya yang juga sebagai dokter mata.
            Kata “mata” dan “hari dipersepsikan dengan makna yang berbeda tergantung konteksnya. Perhatikan juga nomor mobil “B-10-LA” akan dibaca :BIOLA” kerena gka 1 dn 0 mempunyai konteks kesamaan dengan huiruf I dn O. Contoh lain misalnya kata “api” akan dipersepsiksn berbeda dalam konteks “kereta api”dan “korek api”. Masih banyak lagi contoh lain yang menunjukan bahwa suatu rangsangan akan dipersepsi tergantung konteksnya.

D.    Perhatian
Perhatian mempunyai keterkaitan yang erat dengan pengamatan. Keefektifan pengamatan akan banyak ditentukan oleh tinggi rendahnya perhatian individu terhadap rangsangan. Secara umum perhatian dapat diartikan sebagai peningkatan aktivitas mental terhadap suatu rangsangan tertentu. Perhatian dapat lebih memusatkan pengamatan individu kepada suatu rangsangan sehingga memberikan hasil yang lebih efektif. Setiap individu mempunyai cara memberikan perhatian yang berbeda. Ada individu yang memiliki perhatian terpancar, yaitu kemampuan memberikan perhatian kepada berbagai hal atau rangsangan sekaligus dalam waktu bersamaan. Akan tetapi ada pula individu yang memiliki perhatian terpusat, yaitu individu yang memiliki kemampuan memberikan perhatian secara khusus kepada hal atau rangsangan tertentu.

            Perhatian banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor pada rangsangan maupun faktor individu. Hal-hal yang mempengaruhi perhatian dari faktor rangsangan ialah sebagai berikut ini.
1.      Intensitas atau kekuatan rangsangan. Suatu rangsangan yang memiliki intensitas atau kekuatan yang lebih tinggi akan lebih menarik perhatian dibandingkan dengan rangsangan yang lebih rendah intensitasnys.
2.      Attractiveness, atau daya tarik, yaitu rangsangan yang sangat berbeda dengan rangsangan lain pada lingkungannya sehingga mempunyai kekuatan untuk menarik perhatian, misalnya orang yang berbaju merah sendirian berada ditengah bersama dengan orang-orang yang berbaju putih, akan lebih menarik perhatian.
3.      Perubahan atau pergantian, yaitu rangsangan yang selalu berubah atau berganti akan lebih menarik perhatian. Misalnya, suara guru yang berganti-ganti akan lebih menarik perhatian siswa
4.      Keteraturan, yaitu rangsangan yang datang berulang-ulang secara teratur, misalnya jadwal siaran radio, TV, dsb. menarik perhatian dibandingkan dengan yang tidak teratur
5.      Suara yang tinggi, yaitu suara yang memiliki getaran yang tinggi sehingga berbeda rangsangan di lingkungannya.
6.      Rangsangan yang terbiasa, yaitu rangsangan yang sudah terbiasa dihadapi sehari-hari seperti nama sendiri, nama ibu atau bapak, dsb. misalnya, kalau ada pengumuman yang menyebut nama seseorang, maka akan menarik perhatian yang bersangkutan.
7.      Isyarat atau tanda, yaitu suatu rangsangan yang merupakan tanda terhadap sesuatu rangsangan atau aktivitas. Misalnya, guru yang menengok jam, akan meanrik perhatian siswa karena itu merupakan isyarat akan berakhirnya pelajaran.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perhatian dari aspek  individu ialah antrara lain sebagai berikut ini.
1.      Minat, yaitu seberapa besar individu merasa suka atau tidak suka kepada suatu rangsangan. Sesuatu yang diminati akan lebih menarik perhatian.
2.      Kondisi fisik atau kesehatan, yaitu bahwa perhatian akan lebih baik dalam kondisi fisik yang baik. Misalnya, memperhatikan suatu lukisan akan lebih sukar pada waktu sakit mata.
3.      Keletihan, yaitu bahwa dalam keadaan letih, seseorang akan sukar memberikan perhatian kepada suatu perangsang.
4.      Motivasi, yaitu orang yang memiliki motivasi yang besar terhadap suatu aktivitas, akan lebih banyak memberikan perhatian dibandingkan dengan orang yang rendah motivasinya.
5.      Kebutuhan perhatian, yaitu orang yang merasa perlu untuk memperhatikan sesuatu, akan dengan sendirinya banyak memberikan perhatian lebih banyak.
6.      Harapan, yaitu perkiraan sesorang terhadap suatu tujuannya akan mendorong orang itu untuk dapat lebih banyak memberikan perhatian.
7.      Karakteristik kepribadian, yaitu sifat-sifat pribadi seseorang akan mempengaruhi kualitas perhatiannya terhadap sesuatu. Termasuk ke dalam aspek kepribadian ini misalnya bakat, pengalaman, perangai kecerdasan, kebiasaan, dsb.
Dalam proses pembelajaran yang paling penting adalah bagaimana mengatur perhatian itu karena sesungguhnya kemampuan manusia itu terbatas. Yang dapat dilakukan yaitu meningkatkan atau memusatkan perhatian kepada suatu rangsangan yang dianggap penting dan mengurangi perhatian kepada rangsangan yang dipandang kurang diperlukan. Hal itu dapat dilakukan dengan apa yang disebut “inhibisi” yaitu memgurangi atau meningkatkan perhatian ke suatu rangsangan dang mengalihkannya ke rangsangan lain yang dipandang lebih penting dan utama
            Memori jangka pendek merupakan wadah tempat informasi di proses untuk memperoleh makna. Sebagaimana dijelaskan pada uraian terdahulu, informasi di asumsikan masuk ke memori jangka  jangka pendek begitu diterima dalam memori sensori. Seperti halnya kapasitas dan durasi. Manusia memiliki keterbatasan dalam kapastitas dan durasi.manusia memiliki keterbatasan untuk menyimpan sejumah informasi dalam waktu bersamaan. Menurut hasil penelitian manusia hanya memiliki kapasitas menyimpan maksimal tujuh satuan informasi dalam satu waktu, misalnya mengingat tujuh angka nomor telepon ,tujuh nama orang,dsb. Untuk mengingat lebih mudah ,ketujuh informasi itu digunakan strategi “chungking” atau pengelompokan yaitu dengan membagi menjadi beberapa potongan atau kelompok. Misalnya untuk mengingat angka 4786543dijadikan potongan seperti 478-6453 atau 47-86-453. Keterbatasan dalam memori jagka pendek adalah durasi atau lamanya informasi tersimpan dala pusat kesadaran.
            Dalam perkembangan Selanjutnya istilah short-tern memory atau memori jangka pendek telah diganti dengan sebutan “working memory” atau memori kerja. Memori kerja lebih menekankan aktifitas yang berlangsung dalam proses memori jangka pendek yaitu adanya “executive control system” atau system pengendali pelaksana yaitu system yang mengatur dan mengendalikan proses penerimaan dan penyimpanan informasi,baik berupa informasi visual maupun auditif. Dalam kaitan dengan pembelajaran baddeley mengembangkan aopa yang disebut “cognitive load theory” atau teori muatan kognitif sebagai model memori kerja untuk memahami pembelajaran. Teori menytakan bahwa pembelajaran mengalami hambatan karena keterbatasan kapasitas pemrosesan. Makin tinggi muatan kognitif yang harus dipelajari makin keras pembelajaran aktivitas yang dituntut. Sejumlah hasil penelitian telah memberikan pertimbangan sejumlah cara untuk mengurangi beban kognitif yaitu dengan membuat rancangan materi pembelajaran yang lebih baik dan menerapkan metode atau strategi pembelajaran yang efektif .
            Para ahli pada bidang cognitive meurosciance telah melakukan studi untuk mengkaji aspek biologis dan neurologis yang terkait dengan proses memori dan kognisi. Cognitive neuroscientist memfokusskan pada kajian struktur dan  cara kerja otak, sementara cognitive scientist memfokuskan pada struktur dan kerja pikiran.
F.     Implikasi untuk pengajaran
            Kajian mengenai pemrosesan informasi,baik secara teoretik maupun hasil penelitian memberikan bimbingan dan arahan perhatian dalam penerapan pada bidang pembelajaran,seperti berikut ini :
1.      Pemrosesan informasi terhambat dengan “leher botol” dalam memori sensori dan memori jangka pendek. Mengingat keterbatasan dalam kapasitasdan durasi, baik pada memori sensori maupun jangka pendek, maka siswa harus dibimbing dalam memilih dan memustakakan perhatian pada informasi yang penting dan esensial dalam pembelajarannya.
2.      Otomatisitas memfasilitasi pembelajaran dengan mengurangi keterbatasan sumber-sumber. Proses otomatis memberikan peluang bagi siswa untuk menggunakan sumber-sumber kognitif lebih sedikit dalam meyelesaikan tugas pembelajaran. Guru harus selalu ingat dan siswa harus selalu diingatkan bahwa otomatisasi akan terjadi melalui latihan yang baik dan teratur.
3.      Persepsi dan perhatian dibimbing oleh pengetahuan yang telah dimiliki. Siswa harus terus didorong untuk senantiasa menggunakan pengetahuan yang telah dimiliki dalam proses pembelajaran.
4.      Persepsi dan perhatian merupakan proses yang fleksibel. Guru harus senantiasa membimbing siswa dalam pembelajaran agar mereka mampu mengelola proses pembelajaran dan secara bertahap menjadi pembelajar yang mandiri.
5.      Keterbatasan sumber fan data dapat menghambat pembelajaran. Guru harus mengembangkan berbagai strategi pembelajaran agar siswa mampu mengatasi keterbatasan sumber dan data informasi.
6.      Setiap siswa harus didorong untuk mampu mengelola sumber-sumber belajar. Siswa harus dibimbing menjadi pembelajar yang mampu mengelola diri sendiri dan sumber sumber yang ada, dengan berbagai strategi pembelajaran dengan menggunakan berbagai alat teknologi informasi dan komunikasi.
7.      Pemrosesan informasi akan lebih mudah apabila informasi yang harus dipelajari diditribusikan dalam memori kerja.Dengan menggunakan memori kerja,siswa dapat memeroleh informasi secara visual dan auditif secara saling melengkapi. Untuk itu, perlu penerapan berbagai strategi dan isntrumen pendukung pembelajaran yang baik.

G.    Ringkasan
1.      fokus utama psikologi kognitif adalah mengkaji proses mental perilaku individu dalam memeroleh informasi dan pengetahuan yang bersumber dari lingkungan . pendekatan teori dan model pemrosesan informasi dengan menggunakan metafora computer sebagai alat yang berfungsi menerima,mengolah,menyimpan,dan meghasilkan informasi.
2.      model dasar pemrosesan informasi memiliki tujuh unsur utama yang saling terkait secara dinamis dala proses interaksi dengan lingkungan ketuuh unsur tersebut adalah: (1) lingkungan yang memberikan rangsangan, (2) alat indera yang berfungsi untuk menerima rangsangan (3) memori sensori untuk penyimpanan rangsangan. (4) persepsi untuk pemberian makna terhadap rangsangan yang diterima, (5) memori jangka pendek untuk menyimpan persepsi, (6) penyandian atau penyimpanan persepsi, dan (7) pengungkapan atau mengingat persepsi pada saat diperlukan.
3.      system pemilikan informasi atau pengetahuan dalam memori diawali dengan tahapan penerimaan dan pengenalan pola,dilanjutkan dengan proses pemberian makna,untuk kemudian proses penyimpanan.
4.      pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya akan mempengaruhi proses persepsi,pengenalan pola,dan pemberian makna, hal ini berarti bahwa proses persepsi banyak ditentukan oleh pengetahuan sebelumnya,disamping itu persepsi dipengaruhi pula oleh konteks informasi yang diperoleh.
5.      memori baik memori jagka pendek maupun memori jangka panjang mempunyai peran yang besar dalam keseluruhan proses kognitif. Dalam memori ini semua rangsangan yang telah di proses menjadi persepsi akan disimpan untuk digunkan apabila dipelukan melalui proses pengungkapan atau mengingat.
6.      perhatian sebagai bentuk pemusatan aktivitas mental terhadap suatu objek ranngsangan memengaruhi keefektifan pembentukan persepsi pada pusat kesadaran. Kualitas perhatian dipengaruhi oleh factor kulaitas rangsangan dan factor pribadi individu.
7.      proses pembelajaran dapat menggunakan konsep maka pemrosesan informasi sebagai kerangka landasan dalam mengembangkan model pembelajaran yang efektif.

2.2.Memori Jangka Panjang
A.    Memori jangka panjang
Bagan model yang telah ditemukan di awal, memberikan gambaran bagaimana informasi masuk ke memori dan kemudian disimpan dan diungkapkan. diatas telah dikemukakan mengenai memori sensori dan memori jangka pendek atau memori kerja. Berikut akan dikemukakan mengenai bagian ketiga model yaitu “long-term memory” atau memori jangka panjang. Apabila kita bicara mengenai memori sensori dan memori kerja maka kita secara khas mengkaji peristiwa yang dialami terkini dalam kesadaran. Akan tetapi, memori jangka panjang merupakan memori yang melingkupi kurun waktu jangka panjang dalam hitungan hari, minggu, bulan, bahkan tahun. Memori jangka panjang merupakan penyimpanan yang bersifat relatif permanan dalam kurun waktu panjang berupa informasi dan pengetahuan secara akumulatif dari masa ke masa. Untuk menjaga kepermanenan informasi, latihan, dan  pengulangan amat diperlukan agar keutuhan memori tetap terjaga. Dengan prinsip pembelajaran bersifat konstruktif, yang menjelaskan bahwa pengetahuan kreasikan secara kesinambungan dengan berbasis hasil pembelajaran sebelumnya. Oleh karena itu, maka memori jangka panjang memegang peranan yang amat penting dalam keseluruhan proses pembelajaran.
Para ahli dalam psikologi kognitif telah mengembangkan pengkategorian pengetahuan dalam memori jangka panjang yang terdiri atas tiga kategori. Ketiga kategori itu ialah pertama declarative knowledge atau pengetahuan deklatif, yaitu pengetahuan faktual yang berupa “know2ing how” atau mengetahui “apa” atau fakta, misalnya pengetahuan bahwa danau toba dan pulau samosir berada disumatera, surabaya sebagai ibu kota jawatimur, dan sebagai berikut. Kedua, adalah procedural knowledge atau pengetahuan prosedural, yang berupa “know how” atau pengetahuan yang memberikan informasi mengenai prosedur sesuai aktivitas, misalnya cara mengemudi mobil, cara mengeperasikan komputer, cara menghidupkan televisi, dan sebagai berikut. Setelah anak yang belajar bagaiman membuka pintu, menyikat gigi, membuka buku, dan sebagai berikut. Merupakan contoh anak yang mampu menunjukkan pengetahuan kondisional yang berupa “ knowing when and why” yaitu pengetahuan dalam menggunakan pengetahuan deklaratif dan prosedural dengan tepat. Bagan dibawah ini menjelaskan tentang kerangka pengkatagorian pennetahuan dalam memori jangka panjang ( dikutip dari buku Roger H. Bruning, Gregory J. Schraw, Monica M. Norby;(2011),”Cognitive Psychology and Instruction”)


 

















            Bagan tersebut merupakan kerangka berpikir dan bertindak dalam membangun proses pembelajaran secara efektif, karena proses pembelajaran akan melibatkan semau kategori pengetahuan tersebut dalam memiliki keterkaitan satu denga yang lainnya.
            Dalam kategori pengetahuan deklaratif, Tulving (1972;2002) lebih jauah telah membedakan antara memori bagi pengetahuan secara umum yang disebut “semantic memory” atau memori semantik. Dan memori pengalam pribadi disebut “episodic memory” atau memori episodik. Memori semantik merujuk pada memori konsep dan prinsip secara umum dan keterkaitan satu dengan yang lain nya. Memori semantik mengandung informasi yang berlaku secara umum, misalnya fakta bahwa gula itu manis, garam itu asin, bumi bulat, dan sebai berikut. Selain itu, dalam memori sematik meliputi pengetahuan tentang kata dan konsep yang telah diorganisasikan. Memori episodik merujuk pada penyimpanan dan pengungkapan pengalaman-pengalaman masa lalu yang menyenangkan.
            Memori jangka panjang juga membedakan anatar memori eksplisit dan memori implisit. Memori eksplisit adalah memori pengalaman masa lalu yang tersimpan dan masih disadari keberadaannnya, sedangkan memori implisit adlah memori yang sudah tidak disadari  tetapi masih berpengaruh terhadap perilaku seperti memasang tali sepatu, mengemudi mobil, menggunakan sendok garfu dan pisau waktu makan, mengangkat telepon.
B.     Blok Bangunan Kognisi
Satu tantangan dalam proses kognisi adalah menemukan satuan yang paling bermakna untuk memberikan gambaran tindakan kognitif yang dilakukan dengan menempatkannya dalam blok-blok tertentu pada kawasan memori jangka panjang.menurut para ahli psikologi kognitif, dalam memori jangka panjang ada lima blok bangunan untuk menyimpan informasi atau pengetahuan. Kelima blok itu adalah sebagai berikut ini.
1.      Konsep
Salah satu hal yang membingungkan kita dlam menyusun informasi yaitu membentuk kategori agar informasi dapat ditata dengan baik. Bahasa pada umumnya merupakan refleksi sauatu kategori. Misalnya kata kakek, burung, demokrasi, biru, gajah. Merupakan satu kategori yang memberikan makna bagi kita. Konsep adalah struktur mental yang memberikan representasi kategori yang berkmkana. Objek atau peristiwa tertentu dikelompokkan bersama berdasarkan kebersamaan ciri yang diamati sesuai dengan kategori. Kesamaan yang dimiliki dalam setiap objek atau peristiwa disebut atribut, dan penampilan yang esensial untuk mendefinisikan konsep di sebut defining attributes. Pembelajaran mengenai suatu konsep mengharuskan menemukan pendefinisikan atribut dan menemukan aturan-aturan yang menghubungkan satu atribut dengan atribut dengan yang lainnya. Dengan demikan, dapat dinyatakan bahwa konsep, merupakan satu blok yang berda pada kawasan memori jangka panjang, tempat menyimpan informasi atau pengetahuan.


2.      Proposisi
            Proposisi adalah satuan makna terkecil yang menampilkan satu pernyataan secara tegas. Proposisi lebih kompleks dibandingkan dengan konsep yang termasuk di dalamnya, yang konsep adalah kategori relatif yang bersifat elementer, sedangkan proposisi merupakan satu pernyataan mental berkenaan dengan pengalaman yang teramati dan berkenan dengan pengalaman yang teramati dan berkenen dengan hubungan antar konsep. Sebagai contoh, misalnya pernyataan “Burung dapat terbang di angkasa”, merupakan sebuah proposisi yaitu suatu pernyataan tentang suatu penomena, dan di dlalmnya terkandung konsep “burung”, “terbang”, dan “angkasa”/ dalam proses pembelajaran siswa, harus dibantu dlam  membuat proposisi yang benar sesuai dengan kenyataan objek atau peristiwa yang di amati.
3.      Skemata
Skemata (jamak) atau skemata (tunggal) adalah kerangka mental yang kita gunakan untuk menata pengetahuan yang tersimpan dalam memori jangka panjang. Para ahli pada bidang psikologi kognitif menyatakan bahwa pebgfetahuan ditata menjadi representasi yang kompleks yang disebut skemata atau skemata yang berfungsi mengendalikan encoding (penyandian, ( stroge (penyimpanan), dan retrival (pengungkapan) informasi. Dengan skema, maka informasi atau pengetahuan akan mudah lebih diterima dan disandikan untuk disimpan secara teratur dan sistematis sehingga memudahkan da dalam pengungkapan manakal di perlukan.

4.      Produksi
Apabial konsep, proposisi, dan skemata meruapakan suatu cara yang digunakan untuk merespresentasikan pengetahuan deklatif, maka produksi merupakan cara untuk merepresentasikan pengetahuan prosedur. Produksi, dpata di artikan sebagai satu kondisi atau persyaratan aturan tindakan “apabila/makna” yang menyatakan satu tindakan harus dilaksanakan kondisi atau persyaratan yang harus di penuhi untuk suatu tindakan yanng harus di lakukan. Berikut ini contohkan tentang seperangkat perintah dan tindakan yang harus dilakukan untuk membuka kunci pontu mobil :
Produksi A :Jika pintu mibil terkunci, maka masukan kunci dalam lubang kunci,
Produksi B :Jika kunci dimasukan kedalam lubang kunci, maka putarkan kunci,
Produksi C : Jika pinti tidak terkunci, maka kembalikan kunci ke posisi vertikal,
Produksi D : jika kunci vertiakal, maka tarilakah kunci.
5.      Scripts (Naskah)
Seperti hal nya produksi seperti di kemukakan di atas, scripts atau naskah merupakan kerangka kerja mental yang digunakan untuk pengetahuan prosedural. Secara singkat dapat dijelaskan, skrip (naskah) adalah skema yang merepresentasikan suatu peristiwa. Dalam menggunakan skrip kita merusaha memperhitungkan untuk memahami peristiwa-peristiwa di tempat umum seperti pergi ke restoran atau dedung bioskop. Apabila tindkan kita dilakukan berulang ulang maka kemudian hal itu akan tersimpan dalam skrip sebagai struktur mental. Dalam struktur mental ini tidak hanya berupa urutan tindakan tetapi juga karakteristik pelaku dan objek dalam tahanan itu. Di restoran misalnya, secara khas orang masuk, duduk, memesan, makanan, makan membayar tagiahan, dan pergi ke luar. Begitu pula dalam aktivitas lain nya seperti naik kerata api, menonton film bioskop, menghadiri resepsi pernikahan.

C.    Implikasi bagi pembelajar
                  Pembahasan mengenai memori jangka panjang memiliki beberapa implikasi bagi pembelajaran sebagai berikut ini.
1.      Perlu dipahami bahwa titik berangkat pembelajaran adalah apa yang telah di ketahui siswa sebelumnya. Pembelajaran merupakan suatu proses konstruktif yang berarti bahwa proses pembelajaran harus senantiasa memiliki keterkaitan antara pengetahuan yang telah dimiliki siswa dengan pengetahuan baru. Guru harus memulai pembelajaran dengan mengenal pengetahuan yang telah dimiliki oleh siswa.
2.      Siswa perlu dibantu mengaktifkan pengetahuan terkini. Siswa memiliki pengetahuan yang relevan, sebagai satu hal, dan menggunakannya dalam pembelajaran yang baru, sebagai hal yang berikutnya. Guru harus memberikan dukungan agar siswa mengaktifkan pengetahuan yang relevan dalam proses pembelajaran baru.
3.      Siswa perlu dibantu menata informasi baru menjadi suatu yang bermakna. Guru harus membimbing siswa dalam menata semua informasi dan pengetahuan yang telah dimiliki dengan strategi “chunking” atau pengelompokakn sesuai dengan jenis dan fungsinya.
4.      Siswa perlu dibantu dalam memprosedurkan pengetahuan mereka dan mengaitkan kepada pengetahuan yang mensyaratkan. Tantangan yang dihadapi oleh guru adalah berusaha membuat pengetahuan yang dimiliki siswa menjadi suatu yang bermanfaat bagi dirinya. Oleh karena itu, guru harus membimbing siswa agar pengetahuan deklaratif dapat dikembangkan dan dipraktikkan sesuai dengan persyaratan. Misalnya, ketika siswa mengetahui tahapan penyelesaian suatu soal matematika (pengetahuan yang prosedural) dan memahami bila dan dimana hal itu digunakan, (pengetahuan kondisional), pengetahuan ini dapat diterapkan secara tepat dan diandalkan dalam melintasi setiap situasi. Guru dapat membantu siswa mengembangkan pengetahuan kerja (working knowledge) dengan memberikan pengalaman kepada siswa menggunakan informasi untuk memecahkan masalah dan menterpadukan keterampilan mereka dalam penampilan yang kompleks.
5.      Memberikan kesempatan kepada siswa menggunakan sandi verbal dan imajinal. Hampir sebagai besar transaksi informasi dilakukan secara verbal melalui percakapan, mendengarkan, membaca, dan menulis. Sedikit sekali guru di dalam kelas memnerikan rangsangan melalui nonverbal seperti gambar, sentuhan, aktivitas, observasi, dan imajinasi. Rangsangan nonverbal merupakan kekuatan besar dalam membantu memeroleh dan mengingat informasi yang di perlukan oleh siswa dlam pembelajaran.

D.    Ringkasan
1.      Memori jangka panjang merupakan penyimpanan yang bersifat relatif permanen dalam kurun waktu panjang berupa informasi dang pengetahuan secara akumulatif dari masa ke masa.
2.      Informasi dang pengetahuan yang tersimpan di memori jangka panjang dikelompokkan dala tiga kategori yaitu: (1) pengetahuan deklaratif yang terdiri atas memori semantik dan memori episodik; (2) pengetahuan procedural; dan (3) pengetahuan kondisional.
3.      Dalam memori jangka panjang ada lima blok bangunan untuk menyimpan informasi atau pengetahuan, yaitu konsep, preposisi, skema/skemata, produksi, dan skrip atau naskah.
4.      Memori jangka panjang mempunyai implikasi praktis dalam pembelajaran khususnya yang berkaitan dengan: (a) pengetahuan awal siswa, (b) pengaktifan pengetahuan terkini, (c) penataan informasi baru, (d) memprosedurkan pengetahuan, dan (e) pemberian kesempatan kepada siswa untuk menggunakan sandi verbal dan sandi imajinal.




BAB III
PENUTUP

3.1.Kesimpulan
System pemilikan informasi atau pengetahuan dalam memori diawali dengan tahapan penerimaan dan pengenalan pola,dilanjutkan dengan proses pemberian makna,untuk kemudian proses penyimpanan. Memori jangka pendek merupakan wadah tempat informasi di proses untuk memperoleh makna. Seperti halnya kapasitas dan durasi. Manusia memiliki keterbatasan dalam kapastitas dan durasi.manusia memiliki keterbatasan untuk menyimpan sejumah informasi dalam waktu bersamaan. Memori jangka panjang merupakan penyimpanan yang bersifat relatif permanen dalam kurun waktu panjang berupa informasi dang pengetahuan secara akumulatif dari masa ke masa.
















DAFTAR PUSTAKA
Surya. M. (2016). Strategi Kognitif Dalam Pembelajaran. Bandung : Alfabeta