Senin, 11 April 2016

MAKALAH STRATEGI KOGNITIF PEMROSESAN INFOR MASI DAN MEMORI JANGKA PANJANG



BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang
Fokus utama psikologi kognitif adalah mengkaji proses mental perilaku individu dalam memeroleh informasi dan pengetahuan yang bersumber dari lingkungan. Pendekatan teori dan model pemrosesan informasi dengan menggunakan metafora komputer sebagai alat yang berfungsi menerima, mengolah, menyimpan, dan menghasilkan informasi. Pada manusia dengan otak sebagai perangkat keras paling sentral dengan unsur fisik lainnya, manusia mampu menerima, mengolah, menyimpan, dan ,menghasilkan pengetahuan yang amat diperlukan untuk membangun perilaku dalam interaksi dengan lingkungan kehidupan. Ilmu pengetahuan telah menemukan bahwa otak dapat menyimpan informasi, setara dengan 2,5 juta megabita, cukup untuk menyimpan data digital tiga juta jam siaran televisi. 80% isi otak adalah air (dalam majalah Tempo edisi 14-29 januari 2013). Dengan kehebatan otak itulah manusia seolah-olah merupakan komputer yang super canggih sehingga mampu menerima dan mengolah informasi dan mampu mengembangkannya menjadi ilmu pengetahuan yang menjadi sumber bagi kesejahteraan hidup umat manusia.
1.2.Rumusan masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan pemrosesan informasi?
2.      Apa yang dimaksud dengan memori jangka pendek dan memori jangka panjang?
3.      Apa saja implikasi untuk pengajaran?
1.3.Tujuan masalah
1.      Menjelaskan tentang pemrosesan informasi,
2.      Menjelaskan tentang memori jangka pendek dan memori jangka panjang,
3.      Menjelaskan tentang impliksinya bagi pengajaran

BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Pemrosesan informasi

A.    Model dasar
Sebagaimana telah di kemukakan dalam pembahasan terdahulu bahwa psikologi kognitif berkembang sebagai reaksi terhadap psikologi behaviorisme yang terlalu menekankan aspek eksternal dan kurang memperhatikan aspek internal khususnya proses mental kognisi  dan perkembangannya. Fokus utama psikologi kognitif adalah mengkaji proses mental perilaku individu dalam memeroleh informasi dan pengetahuan yang bersumber dari lingkungan. Pendekatan teori dan model pemrosesan informasi dengan menggunakan metafora komputer sebagai alat yang berfungsi menerima, mengolah, menyimpan, dan menghasilkan informasi. Pada manusia dengan otak sebagai perangkat keras paling sentral dengan unsur fisik lainnya, manusia mampu menerima, mengolah, menyimpan, dan ,menghasilkan pengetahuan yang amat diperlukan untuk membangun perilaku dalam interaksi dengan lingkungan kehidupan. Ilmu pengetahuan telah menemukan bahwa otak dapat menyimpan informasi, setara dengan 2,5 juta megabita, cukup untuk menyimpan data digital tiga juta jam siaran televisi. 80% isi otak adalah air (dalam majalah Tempo edisi 14-29 januari 2013). Dengan kehebatan otak itulah manusia seolah-olah merupakan komputer yang super canggih sehingga mampu menerima dan mengolah informasi dan mampu mengembangkannya menjadi ilmu pengetahuan yang menjadi sumber bagi kesejahteraan hidup umat manusia.
            Para pengembang psikologi kognitif menggunakan model dasar teori pemrosesan informasi dengan komputer sebagai metafora. Model dasar teori pemrosesan informasi sebagaimana dikemukakan oleh Roger H. Brunning, Gregory J.Schraw, Monica M. Norby; (2011) dalam bukunya “Cognitive Psichology and Instruction”, digambarkan sebagai berikut.
Right Arrow: PENGUNGKAPAN 












Bagian tersebut memberikan gambaran mekanisme pemrosesan informasi yang berlangsung dalam aktivitas mental pada pusat kesadaran atau otak. Prosesnya berlangsung dengan tahapan berikut:
1.      Lingkungan dengan berbagai sifat-sifatnya memberikan stimulus (rangsangan) dalam berbagai variasi seperti: ukuran, bentuk, warna, suara, rasa, bau, suhu, tekanan, dsb. dengan variasi derajat dan intensitas tertentu.
2.      Rangsangan sesuai dengan bentuk dan sifatnya diterima oleh sensori atau alat indra sesuai dengan stimulus atau rangsangannya, misalnya kalau bentuk dan warna diterima oleh mata, suara atau bunyi diterima oleh telinga, bau diterima oleh hidung, rasa diterima oleh lidah, dsb.
3.      Hasil penginderaan itu kemudian disimpan sementara dalam bentuk sensory memory atau memory alat indra.
4.      Hasil penerimaan alat indera dalam memori sensori kemudian diberikan tafsiran atau makna yang disebut persepsi atau tanggapan sesuai dengan persepsi atau pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya.
5.      Persepsi kemudian disimpan dalam short term memory atau memori jangka pendek, yaitu penyimpanan sementara yang diperkuat dengan aktivitas rehearsal atau latihan atau pengulangan sehingga memperkuat memori.
6.      Melalui proses encoding atau penyandian, persepsi kemudian dikirim dan disimpan di memori jangka panjang dan bersifat permanen dalam bentuk pengetahuan untuk digunakan dlam jangka panjang.
7.      Tahapan selanjutnya adalah retrieval atau pengungkapan kembali persepsi yang tersimpan pada memori jangka panjang pada saat diperlukan sesuai dengan tuntutan atau tugas tertentu. Tahapan ini juga disebut sebagai proses mengingat.
Dalam perkembangan terkini pemrosesn informasi telah mengalami tambahan perubahan dengan tetap pada pola dasar model. Tambahan tersebut adalah pertama sebutan “short-term memory” atau memori jangka pendek diganti dengan “working memory” atau memory kerja. Kedua adalah adanya saluran penghubung antara memori jangka pendek dan memori jangka mpanjang. Ketiga adalah metakognisi yaitu pengetahuan tentang proses yang terjadi dalam diri sendiri yang berfungsi membimbing aliran informasi melalui tiga sistem memori yang lebih rendah.
Ada beberapa asumsi yang harus diperetimbangkan dalam teori pemrosesan informasi, yaitu sebagai berikut ini.
1.      Sistem-sistem memori terpisah secara fungsional tetapi memiliki keterkaitan fungsional.
2.      Perhatian itu terbatas sehingga tidak semua rangsangan dapat diterima secara optimal.
3.      Proses kognitif bersifat otomatis dan terkendali sehingga mampu mengatur penerimaan informasi dan penyimpanannya.
4.      Pemrosesan informasi bukan sekedar penerimaan rangsangan fisik tetapi lebih berupa pemaknaan  berdasarkan pengetahuan terdahulu dan konteksnya.

Penggunaan model sebagaimana dikemukakan diatas sangat berguna baik bagi peneliti maupun para pendidik dalam tiga hal yaitu:
1.      Dalam memberikan pemahaman terhadap peran-peran yang spesifik dari komponen-komponen memori
2.      Dapat digunakan untuk mengkaji teori dan hasil-hasil penelitian, dan
3.      Dalam hal membuat pemahaman mengenai struktur memori.
B.     Memori sensori dan persepsi
Model dasar sebagaimana dikemukakan di atas, merupakan gambaran sebagai satu koleksi sistem pemikiran. Memori sensori adalah suatu sistem yang secara ringkas menyimpan rangsangannya dalam register sensori (catatan alat indera) sehingga analisis perseptual dapat terjadi sebelum hilangnya informasi. Tahap awal dalam proses ini adalah persepsi yang membuat kita untuk mendeteksi rangsangan perseptual dengan memberikan perhatian kepada rangsangan perseptual dengan memberikan perhatian kepada rangsangan itu. Tahapan selanjutnya adalah “pattern recognition” atau pengenalan pola, yang membuiat kita untuk dikenal kemudian dikirimkan ke memori jangka pendek untuk pemrosesan selanjutnya. Proses ini menjawab tiga pertanyaan pokok yaitu: Bagaimanakah kita menerima rangsangan, bagaimanakah kita mengenal rangsangan itu dan bagaimanakah kita mengalokasikan perhatian selama proses persepsi? Selanjutnya, yang terjadi dalam persepsi adalah diawali dengan adanya sejumlah rangsangan pada lingkungan yang telah terdeteksi melalui pendengaran atau penglihatan atau penginderaan lainnya. Rangsangan ini kemudian dipindahkan dan dipegang dalam proses yang disebut “storage” atau penyimpanan. Kemudian dilanjutkan dengan proses “pattern recognition” atau pengenalan pola. Langkah kemudian adalah proses “assignment of meaning” atau tugas pemaknaan yaitu membuat keputusan tentang pemberian makna terhadap rangsangan menerpadukan sejumlah pengetahuan yang telah ada atau dimiliki.
            Sudah hal yang mengagumkan dalam sistem kognitif adalah bahwa sistem dapat menyimpan sementara informasi lingkungan setelah rangsangan lingkungan berlalu atau tidak tampak. Semua itu karena adanya apa yang disebut “ asensory register” atau pencatat sensori yaitu kemampuan alat indera untuk menyimpan sementara informasi lingkungan terutama pendengaran (audio) dan penglihatan (visual).

C.    Peran pengetahuan dan konteks dalam persepsi
Pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya akan memengaruhi proses persepsi, pengenalan pola, dan pemberian makna. Mengetahui apa yang kita amati melalui penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan, atau pengecapan tergantung pada pengetahuan yang telah dimiliki. Misalnya, orang yang sudah memiliki pengetahuan tentang permainan catur akan berbeda dalam persepsinya terhadap permainan catur, dibandingkan dengan orang yangb tidak memiliki pengetahuan tentang permainan catur. Contoh lain, persepsi terhadap pelaksanaan ibadah haji akan berbeda antara orang yang belum memiliki pengetahuan tentang ibadah haji, dibandingkan dengan orang yang telah mengalami ibadah haji. Persepsi seorang sarjana pertanian akan berbeda dengan yang bukan sarjana pertanian terhadap fenomena pertumbuhan tanaman. Selain itu, pengetahuan juga memengaruhi bagaimana kita mencarai sesuatu untuk diamati atau dipelajari. Misalnya, seorang yang memiliki pengetahuan yang luas tentang memasak akan lebih mengetahui alat-0alat atau bahan apa yang harus dicari untuk menyiapkan satu jenis makanan tertentu. Seorang mahasiswa yang telah memiliki pengetahuan yang cukup luas dalam bidang tertentu akan lebih mudah menetapkan sumber-sumber bacaan yang harus dicari. Dengan demikian, jelaslah bahwa pengetahuan yang telah dimiliki membuat terjadinya persepsi dan membuimbing proses mendapatkan persepsi informasi baru.
            Disamping pengetahuan yang telah dimiliki, persepsi juga dipengaruhi oleh konteks informasi itu. Misalnya, kata rumah belum memberikan persepsi yang jelas, tetapi ketika kata rumah dikaitkan dengan konteks lain akan terjadi persepsi yang berbeda. Misalnya, kata “rumah” dalam konteks rumah makan, rumah sakit, rumah tahanan, rumah jabatan, rumah tangga, dsb. agar lebih jelas, perhatikan persepsi terhadap kata “mata” dan “hati” dlam pernyataan berikut ini.
            “sejak matahari terbit di pagi hari hingga terbenam sore hari, pak Hari pergi ke tokonya yang menjual kacamata sebagai mata pencaharian utamanya. Hari senin yang lalu, seharian ia pergi menengok anak semata wayangnya yang sudah tiga hari dirawat di rumah sakit karena dioperasi mata kakinya yang mengalami patah tulang ketika terjatuh didekat mata air yang tidak jauh dari rumahnya. Dengan berlinangan air mata ia menemui anaknya dan kebetulan ia bertemu dengan kenalannya yang juga sebagai dokter mata.
            Kata “mata” dan “hari dipersepsikan dengan makna yang berbeda tergantung konteksnya. Perhatikan juga nomor mobil “B-10-LA” akan dibaca :BIOLA” kerena gka 1 dn 0 mempunyai konteks kesamaan dengan huiruf I dn O. Contoh lain misalnya kata “api” akan dipersepsiksn berbeda dalam konteks “kereta api”dan “korek api”. Masih banyak lagi contoh lain yang menunjukan bahwa suatu rangsangan akan dipersepsi tergantung konteksnya.

D.    Perhatian
Perhatian mempunyai keterkaitan yang erat dengan pengamatan. Keefektifan pengamatan akan banyak ditentukan oleh tinggi rendahnya perhatian individu terhadap rangsangan. Secara umum perhatian dapat diartikan sebagai peningkatan aktivitas mental terhadap suatu rangsangan tertentu. Perhatian dapat lebih memusatkan pengamatan individu kepada suatu rangsangan sehingga memberikan hasil yang lebih efektif. Setiap individu mempunyai cara memberikan perhatian yang berbeda. Ada individu yang memiliki perhatian terpancar, yaitu kemampuan memberikan perhatian kepada berbagai hal atau rangsangan sekaligus dalam waktu bersamaan. Akan tetapi ada pula individu yang memiliki perhatian terpusat, yaitu individu yang memiliki kemampuan memberikan perhatian secara khusus kepada hal atau rangsangan tertentu.

            Perhatian banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor pada rangsangan maupun faktor individu. Hal-hal yang mempengaruhi perhatian dari faktor rangsangan ialah sebagai berikut ini.
1.      Intensitas atau kekuatan rangsangan. Suatu rangsangan yang memiliki intensitas atau kekuatan yang lebih tinggi akan lebih menarik perhatian dibandingkan dengan rangsangan yang lebih rendah intensitasnys.
2.      Attractiveness, atau daya tarik, yaitu rangsangan yang sangat berbeda dengan rangsangan lain pada lingkungannya sehingga mempunyai kekuatan untuk menarik perhatian, misalnya orang yang berbaju merah sendirian berada ditengah bersama dengan orang-orang yang berbaju putih, akan lebih menarik perhatian.
3.      Perubahan atau pergantian, yaitu rangsangan yang selalu berubah atau berganti akan lebih menarik perhatian. Misalnya, suara guru yang berganti-ganti akan lebih menarik perhatian siswa
4.      Keteraturan, yaitu rangsangan yang datang berulang-ulang secara teratur, misalnya jadwal siaran radio, TV, dsb. menarik perhatian dibandingkan dengan yang tidak teratur
5.      Suara yang tinggi, yaitu suara yang memiliki getaran yang tinggi sehingga berbeda rangsangan di lingkungannya.
6.      Rangsangan yang terbiasa, yaitu rangsangan yang sudah terbiasa dihadapi sehari-hari seperti nama sendiri, nama ibu atau bapak, dsb. misalnya, kalau ada pengumuman yang menyebut nama seseorang, maka akan menarik perhatian yang bersangkutan.
7.      Isyarat atau tanda, yaitu suatu rangsangan yang merupakan tanda terhadap sesuatu rangsangan atau aktivitas. Misalnya, guru yang menengok jam, akan meanrik perhatian siswa karena itu merupakan isyarat akan berakhirnya pelajaran.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perhatian dari aspek  individu ialah antrara lain sebagai berikut ini.
1.      Minat, yaitu seberapa besar individu merasa suka atau tidak suka kepada suatu rangsangan. Sesuatu yang diminati akan lebih menarik perhatian.
2.      Kondisi fisik atau kesehatan, yaitu bahwa perhatian akan lebih baik dalam kondisi fisik yang baik. Misalnya, memperhatikan suatu lukisan akan lebih sukar pada waktu sakit mata.
3.      Keletihan, yaitu bahwa dalam keadaan letih, seseorang akan sukar memberikan perhatian kepada suatu perangsang.
4.      Motivasi, yaitu orang yang memiliki motivasi yang besar terhadap suatu aktivitas, akan lebih banyak memberikan perhatian dibandingkan dengan orang yang rendah motivasinya.
5.      Kebutuhan perhatian, yaitu orang yang merasa perlu untuk memperhatikan sesuatu, akan dengan sendirinya banyak memberikan perhatian lebih banyak.
6.      Harapan, yaitu perkiraan sesorang terhadap suatu tujuannya akan mendorong orang itu untuk dapat lebih banyak memberikan perhatian.
7.      Karakteristik kepribadian, yaitu sifat-sifat pribadi seseorang akan mempengaruhi kualitas perhatiannya terhadap sesuatu. Termasuk ke dalam aspek kepribadian ini misalnya bakat, pengalaman, perangai kecerdasan, kebiasaan, dsb.
Dalam proses pembelajaran yang paling penting adalah bagaimana mengatur perhatian itu karena sesungguhnya kemampuan manusia itu terbatas. Yang dapat dilakukan yaitu meningkatkan atau memusatkan perhatian kepada suatu rangsangan yang dianggap penting dan mengurangi perhatian kepada rangsangan yang dipandang kurang diperlukan. Hal itu dapat dilakukan dengan apa yang disebut “inhibisi” yaitu memgurangi atau meningkatkan perhatian ke suatu rangsangan dang mengalihkannya ke rangsangan lain yang dipandang lebih penting dan utama
            Memori jangka pendek merupakan wadah tempat informasi di proses untuk memperoleh makna. Sebagaimana dijelaskan pada uraian terdahulu, informasi di asumsikan masuk ke memori jangka  jangka pendek begitu diterima dalam memori sensori. Seperti halnya kapasitas dan durasi. Manusia memiliki keterbatasan dalam kapastitas dan durasi.manusia memiliki keterbatasan untuk menyimpan sejumah informasi dalam waktu bersamaan. Menurut hasil penelitian manusia hanya memiliki kapasitas menyimpan maksimal tujuh satuan informasi dalam satu waktu, misalnya mengingat tujuh angka nomor telepon ,tujuh nama orang,dsb. Untuk mengingat lebih mudah ,ketujuh informasi itu digunakan strategi “chungking” atau pengelompokan yaitu dengan membagi menjadi beberapa potongan atau kelompok. Misalnya untuk mengingat angka 4786543dijadikan potongan seperti 478-6453 atau 47-86-453. Keterbatasan dalam memori jagka pendek adalah durasi atau lamanya informasi tersimpan dala pusat kesadaran.
            Dalam perkembangan Selanjutnya istilah short-tern memory atau memori jangka pendek telah diganti dengan sebutan “working memory” atau memori kerja. Memori kerja lebih menekankan aktifitas yang berlangsung dalam proses memori jangka pendek yaitu adanya “executive control system” atau system pengendali pelaksana yaitu system yang mengatur dan mengendalikan proses penerimaan dan penyimpanan informasi,baik berupa informasi visual maupun auditif. Dalam kaitan dengan pembelajaran baddeley mengembangkan aopa yang disebut “cognitive load theory” atau teori muatan kognitif sebagai model memori kerja untuk memahami pembelajaran. Teori menytakan bahwa pembelajaran mengalami hambatan karena keterbatasan kapasitas pemrosesan. Makin tinggi muatan kognitif yang harus dipelajari makin keras pembelajaran aktivitas yang dituntut. Sejumlah hasil penelitian telah memberikan pertimbangan sejumlah cara untuk mengurangi beban kognitif yaitu dengan membuat rancangan materi pembelajaran yang lebih baik dan menerapkan metode atau strategi pembelajaran yang efektif .
            Para ahli pada bidang cognitive meurosciance telah melakukan studi untuk mengkaji aspek biologis dan neurologis yang terkait dengan proses memori dan kognisi. Cognitive neuroscientist memfokusskan pada kajian struktur dan  cara kerja otak, sementara cognitive scientist memfokuskan pada struktur dan kerja pikiran.
F.     Implikasi untuk pengajaran
            Kajian mengenai pemrosesan informasi,baik secara teoretik maupun hasil penelitian memberikan bimbingan dan arahan perhatian dalam penerapan pada bidang pembelajaran,seperti berikut ini :
1.      Pemrosesan informasi terhambat dengan “leher botol” dalam memori sensori dan memori jangka pendek. Mengingat keterbatasan dalam kapasitasdan durasi, baik pada memori sensori maupun jangka pendek, maka siswa harus dibimbing dalam memilih dan memustakakan perhatian pada informasi yang penting dan esensial dalam pembelajarannya.
2.      Otomatisitas memfasilitasi pembelajaran dengan mengurangi keterbatasan sumber-sumber. Proses otomatis memberikan peluang bagi siswa untuk menggunakan sumber-sumber kognitif lebih sedikit dalam meyelesaikan tugas pembelajaran. Guru harus selalu ingat dan siswa harus selalu diingatkan bahwa otomatisasi akan terjadi melalui latihan yang baik dan teratur.
3.      Persepsi dan perhatian dibimbing oleh pengetahuan yang telah dimiliki. Siswa harus terus didorong untuk senantiasa menggunakan pengetahuan yang telah dimiliki dalam proses pembelajaran.
4.      Persepsi dan perhatian merupakan proses yang fleksibel. Guru harus senantiasa membimbing siswa dalam pembelajaran agar mereka mampu mengelola proses pembelajaran dan secara bertahap menjadi pembelajar yang mandiri.
5.      Keterbatasan sumber fan data dapat menghambat pembelajaran. Guru harus mengembangkan berbagai strategi pembelajaran agar siswa mampu mengatasi keterbatasan sumber dan data informasi.
6.      Setiap siswa harus didorong untuk mampu mengelola sumber-sumber belajar. Siswa harus dibimbing menjadi pembelajar yang mampu mengelola diri sendiri dan sumber sumber yang ada, dengan berbagai strategi pembelajaran dengan menggunakan berbagai alat teknologi informasi dan komunikasi.
7.      Pemrosesan informasi akan lebih mudah apabila informasi yang harus dipelajari diditribusikan dalam memori kerja.Dengan menggunakan memori kerja,siswa dapat memeroleh informasi secara visual dan auditif secara saling melengkapi. Untuk itu, perlu penerapan berbagai strategi dan isntrumen pendukung pembelajaran yang baik.

G.    Ringkasan
1.      fokus utama psikologi kognitif adalah mengkaji proses mental perilaku individu dalam memeroleh informasi dan pengetahuan yang bersumber dari lingkungan . pendekatan teori dan model pemrosesan informasi dengan menggunakan metafora computer sebagai alat yang berfungsi menerima,mengolah,menyimpan,dan meghasilkan informasi.
2.      model dasar pemrosesan informasi memiliki tujuh unsur utama yang saling terkait secara dinamis dala proses interaksi dengan lingkungan ketuuh unsur tersebut adalah: (1) lingkungan yang memberikan rangsangan, (2) alat indera yang berfungsi untuk menerima rangsangan (3) memori sensori untuk penyimpanan rangsangan. (4) persepsi untuk pemberian makna terhadap rangsangan yang diterima, (5) memori jangka pendek untuk menyimpan persepsi, (6) penyandian atau penyimpanan persepsi, dan (7) pengungkapan atau mengingat persepsi pada saat diperlukan.
3.      system pemilikan informasi atau pengetahuan dalam memori diawali dengan tahapan penerimaan dan pengenalan pola,dilanjutkan dengan proses pemberian makna,untuk kemudian proses penyimpanan.
4.      pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya akan mempengaruhi proses persepsi,pengenalan pola,dan pemberian makna, hal ini berarti bahwa proses persepsi banyak ditentukan oleh pengetahuan sebelumnya,disamping itu persepsi dipengaruhi pula oleh konteks informasi yang diperoleh.
5.      memori baik memori jagka pendek maupun memori jangka panjang mempunyai peran yang besar dalam keseluruhan proses kognitif. Dalam memori ini semua rangsangan yang telah di proses menjadi persepsi akan disimpan untuk digunkan apabila dipelukan melalui proses pengungkapan atau mengingat.
6.      perhatian sebagai bentuk pemusatan aktivitas mental terhadap suatu objek ranngsangan memengaruhi keefektifan pembentukan persepsi pada pusat kesadaran. Kualitas perhatian dipengaruhi oleh factor kulaitas rangsangan dan factor pribadi individu.
7.      proses pembelajaran dapat menggunakan konsep maka pemrosesan informasi sebagai kerangka landasan dalam mengembangkan model pembelajaran yang efektif.

2.2.Memori Jangka Panjang
A.    Memori jangka panjang
Bagan model yang telah ditemukan di awal, memberikan gambaran bagaimana informasi masuk ke memori dan kemudian disimpan dan diungkapkan. diatas telah dikemukakan mengenai memori sensori dan memori jangka pendek atau memori kerja. Berikut akan dikemukakan mengenai bagian ketiga model yaitu “long-term memory” atau memori jangka panjang. Apabila kita bicara mengenai memori sensori dan memori kerja maka kita secara khas mengkaji peristiwa yang dialami terkini dalam kesadaran. Akan tetapi, memori jangka panjang merupakan memori yang melingkupi kurun waktu jangka panjang dalam hitungan hari, minggu, bulan, bahkan tahun. Memori jangka panjang merupakan penyimpanan yang bersifat relatif permanan dalam kurun waktu panjang berupa informasi dan pengetahuan secara akumulatif dari masa ke masa. Untuk menjaga kepermanenan informasi, latihan, dan  pengulangan amat diperlukan agar keutuhan memori tetap terjaga. Dengan prinsip pembelajaran bersifat konstruktif, yang menjelaskan bahwa pengetahuan kreasikan secara kesinambungan dengan berbasis hasil pembelajaran sebelumnya. Oleh karena itu, maka memori jangka panjang memegang peranan yang amat penting dalam keseluruhan proses pembelajaran.
Para ahli dalam psikologi kognitif telah mengembangkan pengkategorian pengetahuan dalam memori jangka panjang yang terdiri atas tiga kategori. Ketiga kategori itu ialah pertama declarative knowledge atau pengetahuan deklatif, yaitu pengetahuan faktual yang berupa “know2ing how” atau mengetahui “apa” atau fakta, misalnya pengetahuan bahwa danau toba dan pulau samosir berada disumatera, surabaya sebagai ibu kota jawatimur, dan sebagai berikut. Kedua, adalah procedural knowledge atau pengetahuan prosedural, yang berupa “know how” atau pengetahuan yang memberikan informasi mengenai prosedur sesuai aktivitas, misalnya cara mengemudi mobil, cara mengeperasikan komputer, cara menghidupkan televisi, dan sebagai berikut. Setelah anak yang belajar bagaiman membuka pintu, menyikat gigi, membuka buku, dan sebagai berikut. Merupakan contoh anak yang mampu menunjukkan pengetahuan kondisional yang berupa “ knowing when and why” yaitu pengetahuan dalam menggunakan pengetahuan deklaratif dan prosedural dengan tepat. Bagan dibawah ini menjelaskan tentang kerangka pengkatagorian pennetahuan dalam memori jangka panjang ( dikutip dari buku Roger H. Bruning, Gregory J. Schraw, Monica M. Norby;(2011),”Cognitive Psychology and Instruction”)


 

















            Bagan tersebut merupakan kerangka berpikir dan bertindak dalam membangun proses pembelajaran secara efektif, karena proses pembelajaran akan melibatkan semau kategori pengetahuan tersebut dalam memiliki keterkaitan satu denga yang lainnya.
            Dalam kategori pengetahuan deklaratif, Tulving (1972;2002) lebih jauah telah membedakan antara memori bagi pengetahuan secara umum yang disebut “semantic memory” atau memori semantik. Dan memori pengalam pribadi disebut “episodic memory” atau memori episodik. Memori semantik merujuk pada memori konsep dan prinsip secara umum dan keterkaitan satu dengan yang lain nya. Memori semantik mengandung informasi yang berlaku secara umum, misalnya fakta bahwa gula itu manis, garam itu asin, bumi bulat, dan sebai berikut. Selain itu, dalam memori sematik meliputi pengetahuan tentang kata dan konsep yang telah diorganisasikan. Memori episodik merujuk pada penyimpanan dan pengungkapan pengalaman-pengalaman masa lalu yang menyenangkan.
            Memori jangka panjang juga membedakan anatar memori eksplisit dan memori implisit. Memori eksplisit adalah memori pengalaman masa lalu yang tersimpan dan masih disadari keberadaannnya, sedangkan memori implisit adlah memori yang sudah tidak disadari  tetapi masih berpengaruh terhadap perilaku seperti memasang tali sepatu, mengemudi mobil, menggunakan sendok garfu dan pisau waktu makan, mengangkat telepon.
B.     Blok Bangunan Kognisi
Satu tantangan dalam proses kognisi adalah menemukan satuan yang paling bermakna untuk memberikan gambaran tindakan kognitif yang dilakukan dengan menempatkannya dalam blok-blok tertentu pada kawasan memori jangka panjang.menurut para ahli psikologi kognitif, dalam memori jangka panjang ada lima blok bangunan untuk menyimpan informasi atau pengetahuan. Kelima blok itu adalah sebagai berikut ini.
1.      Konsep
Salah satu hal yang membingungkan kita dlam menyusun informasi yaitu membentuk kategori agar informasi dapat ditata dengan baik. Bahasa pada umumnya merupakan refleksi sauatu kategori. Misalnya kata kakek, burung, demokrasi, biru, gajah. Merupakan satu kategori yang memberikan makna bagi kita. Konsep adalah struktur mental yang memberikan representasi kategori yang berkmkana. Objek atau peristiwa tertentu dikelompokkan bersama berdasarkan kebersamaan ciri yang diamati sesuai dengan kategori. Kesamaan yang dimiliki dalam setiap objek atau peristiwa disebut atribut, dan penampilan yang esensial untuk mendefinisikan konsep di sebut defining attributes. Pembelajaran mengenai suatu konsep mengharuskan menemukan pendefinisikan atribut dan menemukan aturan-aturan yang menghubungkan satu atribut dengan atribut dengan yang lainnya. Dengan demikan, dapat dinyatakan bahwa konsep, merupakan satu blok yang berda pada kawasan memori jangka panjang, tempat menyimpan informasi atau pengetahuan.


2.      Proposisi
            Proposisi adalah satuan makna terkecil yang menampilkan satu pernyataan secara tegas. Proposisi lebih kompleks dibandingkan dengan konsep yang termasuk di dalamnya, yang konsep adalah kategori relatif yang bersifat elementer, sedangkan proposisi merupakan satu pernyataan mental berkenaan dengan pengalaman yang teramati dan berkenan dengan pengalaman yang teramati dan berkenen dengan hubungan antar konsep. Sebagai contoh, misalnya pernyataan “Burung dapat terbang di angkasa”, merupakan sebuah proposisi yaitu suatu pernyataan tentang suatu penomena, dan di dlalmnya terkandung konsep “burung”, “terbang”, dan “angkasa”/ dalam proses pembelajaran siswa, harus dibantu dlam  membuat proposisi yang benar sesuai dengan kenyataan objek atau peristiwa yang di amati.
3.      Skemata
Skemata (jamak) atau skemata (tunggal) adalah kerangka mental yang kita gunakan untuk menata pengetahuan yang tersimpan dalam memori jangka panjang. Para ahli pada bidang psikologi kognitif menyatakan bahwa pebgfetahuan ditata menjadi representasi yang kompleks yang disebut skemata atau skemata yang berfungsi mengendalikan encoding (penyandian, ( stroge (penyimpanan), dan retrival (pengungkapan) informasi. Dengan skema, maka informasi atau pengetahuan akan mudah lebih diterima dan disandikan untuk disimpan secara teratur dan sistematis sehingga memudahkan da dalam pengungkapan manakal di perlukan.

4.      Produksi
Apabial konsep, proposisi, dan skemata meruapakan suatu cara yang digunakan untuk merespresentasikan pengetahuan deklatif, maka produksi merupakan cara untuk merepresentasikan pengetahuan prosedur. Produksi, dpata di artikan sebagai satu kondisi atau persyaratan aturan tindakan “apabila/makna” yang menyatakan satu tindakan harus dilaksanakan kondisi atau persyaratan yang harus di penuhi untuk suatu tindakan yanng harus di lakukan. Berikut ini contohkan tentang seperangkat perintah dan tindakan yang harus dilakukan untuk membuka kunci pontu mobil :
Produksi A :Jika pintu mibil terkunci, maka masukan kunci dalam lubang kunci,
Produksi B :Jika kunci dimasukan kedalam lubang kunci, maka putarkan kunci,
Produksi C : Jika pinti tidak terkunci, maka kembalikan kunci ke posisi vertikal,
Produksi D : jika kunci vertiakal, maka tarilakah kunci.
5.      Scripts (Naskah)
Seperti hal nya produksi seperti di kemukakan di atas, scripts atau naskah merupakan kerangka kerja mental yang digunakan untuk pengetahuan prosedural. Secara singkat dapat dijelaskan, skrip (naskah) adalah skema yang merepresentasikan suatu peristiwa. Dalam menggunakan skrip kita merusaha memperhitungkan untuk memahami peristiwa-peristiwa di tempat umum seperti pergi ke restoran atau dedung bioskop. Apabila tindkan kita dilakukan berulang ulang maka kemudian hal itu akan tersimpan dalam skrip sebagai struktur mental. Dalam struktur mental ini tidak hanya berupa urutan tindakan tetapi juga karakteristik pelaku dan objek dalam tahanan itu. Di restoran misalnya, secara khas orang masuk, duduk, memesan, makanan, makan membayar tagiahan, dan pergi ke luar. Begitu pula dalam aktivitas lain nya seperti naik kerata api, menonton film bioskop, menghadiri resepsi pernikahan.

C.    Implikasi bagi pembelajar
                  Pembahasan mengenai memori jangka panjang memiliki beberapa implikasi bagi pembelajaran sebagai berikut ini.
1.      Perlu dipahami bahwa titik berangkat pembelajaran adalah apa yang telah di ketahui siswa sebelumnya. Pembelajaran merupakan suatu proses konstruktif yang berarti bahwa proses pembelajaran harus senantiasa memiliki keterkaitan antara pengetahuan yang telah dimiliki siswa dengan pengetahuan baru. Guru harus memulai pembelajaran dengan mengenal pengetahuan yang telah dimiliki oleh siswa.
2.      Siswa perlu dibantu mengaktifkan pengetahuan terkini. Siswa memiliki pengetahuan yang relevan, sebagai satu hal, dan menggunakannya dalam pembelajaran yang baru, sebagai hal yang berikutnya. Guru harus memberikan dukungan agar siswa mengaktifkan pengetahuan yang relevan dalam proses pembelajaran baru.
3.      Siswa perlu dibantu menata informasi baru menjadi suatu yang bermakna. Guru harus membimbing siswa dalam menata semua informasi dan pengetahuan yang telah dimiliki dengan strategi “chunking” atau pengelompokakn sesuai dengan jenis dan fungsinya.
4.      Siswa perlu dibantu dalam memprosedurkan pengetahuan mereka dan mengaitkan kepada pengetahuan yang mensyaratkan. Tantangan yang dihadapi oleh guru adalah berusaha membuat pengetahuan yang dimiliki siswa menjadi suatu yang bermanfaat bagi dirinya. Oleh karena itu, guru harus membimbing siswa agar pengetahuan deklaratif dapat dikembangkan dan dipraktikkan sesuai dengan persyaratan. Misalnya, ketika siswa mengetahui tahapan penyelesaian suatu soal matematika (pengetahuan yang prosedural) dan memahami bila dan dimana hal itu digunakan, (pengetahuan kondisional), pengetahuan ini dapat diterapkan secara tepat dan diandalkan dalam melintasi setiap situasi. Guru dapat membantu siswa mengembangkan pengetahuan kerja (working knowledge) dengan memberikan pengalaman kepada siswa menggunakan informasi untuk memecahkan masalah dan menterpadukan keterampilan mereka dalam penampilan yang kompleks.
5.      Memberikan kesempatan kepada siswa menggunakan sandi verbal dan imajinal. Hampir sebagai besar transaksi informasi dilakukan secara verbal melalui percakapan, mendengarkan, membaca, dan menulis. Sedikit sekali guru di dalam kelas memnerikan rangsangan melalui nonverbal seperti gambar, sentuhan, aktivitas, observasi, dan imajinasi. Rangsangan nonverbal merupakan kekuatan besar dalam membantu memeroleh dan mengingat informasi yang di perlukan oleh siswa dlam pembelajaran.

D.    Ringkasan
1.      Memori jangka panjang merupakan penyimpanan yang bersifat relatif permanen dalam kurun waktu panjang berupa informasi dang pengetahuan secara akumulatif dari masa ke masa.
2.      Informasi dang pengetahuan yang tersimpan di memori jangka panjang dikelompokkan dala tiga kategori yaitu: (1) pengetahuan deklaratif yang terdiri atas memori semantik dan memori episodik; (2) pengetahuan procedural; dan (3) pengetahuan kondisional.
3.      Dalam memori jangka panjang ada lima blok bangunan untuk menyimpan informasi atau pengetahuan, yaitu konsep, preposisi, skema/skemata, produksi, dan skrip atau naskah.
4.      Memori jangka panjang mempunyai implikasi praktis dalam pembelajaran khususnya yang berkaitan dengan: (a) pengetahuan awal siswa, (b) pengaktifan pengetahuan terkini, (c) penataan informasi baru, (d) memprosedurkan pengetahuan, dan (e) pemberian kesempatan kepada siswa untuk menggunakan sandi verbal dan sandi imajinal.




BAB III
PENUTUP

3.1.Kesimpulan
System pemilikan informasi atau pengetahuan dalam memori diawali dengan tahapan penerimaan dan pengenalan pola,dilanjutkan dengan proses pemberian makna,untuk kemudian proses penyimpanan. Memori jangka pendek merupakan wadah tempat informasi di proses untuk memperoleh makna. Seperti halnya kapasitas dan durasi. Manusia memiliki keterbatasan dalam kapastitas dan durasi.manusia memiliki keterbatasan untuk menyimpan sejumah informasi dalam waktu bersamaan. Memori jangka panjang merupakan penyimpanan yang bersifat relatif permanen dalam kurun waktu panjang berupa informasi dang pengetahuan secara akumulatif dari masa ke masa.
















DAFTAR PUSTAKA
Surya. M. (2016). Strategi Kognitif Dalam Pembelajaran. Bandung : Alfabeta