Selasa, 21 April 2015

disiplin

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
   Disiplin bagi peserta didik adalah hal yang rumit dipelajari, sebab merupakan hal yang kompleks dan banyak kaitannya, yaitu berkaitan dengan pengetahuan, sikap dan perilaku. Kebenaran, kejujuran, tanggung jawab, kebebasan, rasa kasih sayang, tolong- menolong dan sebagainya adalah beberapa aturan disiplin kemasyarakatan yang harus dipelajari atau diketahui, disikapi dan ditegakkan oleh para siswa.
Peserta didik belajar beberapa hal tentang sopan- santun dengan cara mendengarkan,tetapi mereka lebih suka mengingat dan bertindak dengan kata- kata dan gagasan mereka sendiri. Dari sini peserta didik akan belajar lebih cepat apabila mereka terlibat dalam menyusun tata tertib mereka itu. Walaupun demikian, guru harus mengarahkan dan menentukan tindakan- tindakan apa yang akan diambil bila tata tertib dilanggar, sehingga disiplin tetap dapat ditegakkan.
Terpeliharanya disiplin tidak lepas dari terpenuhinya kepentingan atau kebutuhan para pihak. Peserta didik memiliki banyak kepentingan, guru memiliki banyak kepentingan,demikian juga sekolah. Permasalahannya adalah bagaimana kepentingan- kepentingan dari tiap-tiap pihak itu dapat terpenuhi dan dapat diselaraskan agar tidak terjadi bentrokan.
Tidak terpenuhinya kepentingan atau kebutuhan oleh tiap pihak akan mengganggu tatanan hidup dalam berinteraksi atau berproses, misalnya adalm proses pembelajaran. Di samping itu, para guru atau sekolah perlu mencermati kepentingan atau kebutuhan dalam memahami sumber- sumber pelanggaran disiplin. Dengan diketahuinya sumber gangguan disiplin, diketahui pula secara teoretis cara penanggulangannya.
Disiplin yang baik adalah terjelmanya aktivitas yang mampu mengatur diri hingga terciptanya pribadi dan potensi sosial berdasarkan pengalaman- pengalamannya sendiri. Pemeliharaan disiplin dewasa ini pada dasarnya adalah bagaimana membantu anak, mengembangkan disiplin dan menerima peraturan- peraturan tata tertib yang ada untuk tegaknya disiplin.

1.2. Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian disiplin?
2.      Mengapa pembinaan disiplin dan pembinaan perilaku pada anak sangat penting?
3.      Bagaimana teknik pembinaan dan penerapan disiplin kelas?
4.      Bagaimana pemeliharaan dan peningkatan perilaku disiplin anak?

1.3.Tujuan Masalah
1.      Mengetahui pengertian disiplin
2.      Mengetahui pentingnya pembinaan disiplin dan perilaku anak
3.      Mengetahui teknik pembinaan dan penerapan disiplin kelas
4.      Mengetahui pemeliharaan dan peningkatan perilaku disiplin



















BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian disiplin menurut beberapa ahli

1.      Menurut James Drever dari sisi psikologis, disiplin adalah kemampuan mengendalikan perilaku yang berasal dari dalam diri seseorang sesuai dengan hal-hal yang telah di atur dari luar atau norma yang sudah ada. Dengan kata lain, disiplin dari segi psikologis merupakan perilaku seseorang yang muncul dan mampu menyesuaikan diri dengan aturan yang telah ditetapkan.

2.      Menurut Pratt Fairshild dari sisi sosiologi, disiplin terdiri dari dua bagian, yaitu disiplin dari dalam diri dan juga disiplin sosial. Keduanya saling berhubungan satu sama lain, sehingga seseorang yang mempunyai sikap disiplin merupakan orang-orang yang dapat mengarahkan perilaku dan perbuatannya berdasarkan patokan atau batasan tingkah laku tertentu yang diterima dalam kelompok atau lingkup sosial masing-masing. Pengaturan tingkah laku tersebut bisa diperoleh melalui jalur pendidikan dan pembelajaran.

3.      Menurut John Macquarrie dari segi etika, disiplin adalah suatu kemauan dan perbuatan seseorang dalam mematuhi seluruh peraturan yang telah terangkai dengan tujuan tertentu.

Berdasarkan ketiga pengertian disiplin menurut para ahli di atas, bisa disimpulkan bahwa dari sudut pandang manapun, disiplin merupakan sikap yang wajib ada dalam diri semua individu. Mengapa? Karena disiplin adalah dasar perilaku seseorang yang sangat berpengaruh besar terhadap segala hal, baik urusan pribadi maupun kepentingan bersama. Untuk mempunyai tingkat kedisiplinan yang tinggi dalam mengerjakan sesuatu, dibutuhkan latihan dengan kesadaran dari dalam diri akan pentingnya sikap disiplin sehingga menjadi suatu landasan bukan hanya pada saat berkerja, tetapi juga dalam berperilaku sehari-hari.

Dalam dunia pendidikan displin sangat penting bagi peserta didik. Disiplin dapat dikatakan sebagai alat pendidikan bagi anak, sebab hanya dengan disiplin anak dapat membentuk sikap teratur dan mentaati norma, aturan yang ada, untuk itu disiplin harus dibudayakan pada peserta didik sejak usia dini.

Disiplin berkaitan juga dengan motivasi, karena dengan disiplin anak terdorong untuk melakukan perbuatan-perbuatan tertentu. Disiplin pula diartikan sebagai control karena dalam penerapan disiplin banyak berpegang pada aturan-aturan untuk menilai perilaku anak.Dalam tindakan control ini akan dilihat apakah perilaku anak sesuai             dengan  pedoman, aturan yang ditetapkan penanaman disiplin anak dilatih untuk mengontrol diri dalam berperilaku agar sesuai aturan-aturan yang telah ditetapkan. Dengan adanya latihan menjadikan timbulnya disiplin diri sendiri.Inti dari disiplin bagi peserta didik  bertujuan jangka pendek dari disiplin adalah membuat anak supaya terlatih dan terkontrol, dengan mengajarkan bentuk-bentuk tingkah laku yang pantas atau tidak pantas atau yang masih asing bagi mereka sedang tujuan jangka panjang dari disiplin adalah untuk perkembangan dan pengendalian diri sendiri dan pengarahan diri sendiri (self control and self direction) yaitu dalam hal mana anak dapat mengarahkan dirinya sendiri.









B.     Pentingnya pembinaan disiplin dan perilaku anak

Kemampuan anak untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya, merupakan modal dasar yang sangat penting bagi kehidupan yang sukses di masa depan. Berkaitan dengan hal ini, peran guru membantu anak menyesuaikan diri dengan lingkungannya sehingga anak merasa bahagia dan mampu menerima dirinya (self acceptance).

Pembiasaan disiplin pada diri anak penting karena dengan berdisiplin dapat memantapkan peran sosial anak. Rua (2003) mengemukakan bahwa rahasia keberhasilan adalah kedisiplinan. Orang yang terlatih disiplin akan lebih besar kemungkinannya meraih keberhasilan ketimbang orang yang tidak disiplin. Tujuan dari disiplin adalah membentuk perilaku anak, yang sesuai dengan peran yang ditentukan lingkungan atau kelompok sosialnya. Untuk itu dalam penanaman disiplin ini perlu peran orang tua di rumah maupun guru di sekolah.

Di rumah orang tua dan anggota keluarga lainnya merupakan model yang
ditiru anak dalam pembentukan disiplin diri. Selain itu arahan-arahan dan bimbingan orang tua merupakan pedoman anak bertingkah laku agar dapat melakukan penyesuaian diri di lingkungannya.

Begitu pula halnya di sekolah, seluruh personil sekolah adalah model bagi
anak, sedangkan arahan dan bimbingan serta aturan-aturan di sekolah umumnya dan aturan guru dalam kelas khususnya dapat membentuk perilaku anak dan mantapnya pembentukan perannya dalam lingkungannya.






C.    Teknik pembinaan dan penerapan disiplin kelas

A.    Pembinaan disiplin kelas
Ada tiga macam teknik yang sudah dikenal dalam pembinaan disiplin yaitu teknik otoriter, permisif, dan demokratis. Teknik ini dibedakan berdasar-kan bagaimana aturan diterapkan pada anak.

1.      Teknik otoriter
Dalam teknik ini disiplin ditegakkan secara kaku. Penerapan hukuman pada anak bertujuan untuk memperkuat kepatuhan anak akan aturan-aturan yang telah ditetapkan. Bila anak melakukan pelanggaran terhadap aturan tesebut, maka anak akan dihukum. Dalam penerapan tehnik ini hanya sedikit atau bahkan tidak ada sama sekali penguatan positif seperti senyuman, pujian, bila anak bertingkah laku sesuai dengan aturan.
Pengekangan pada anak sangat menonjol sekali terlihat dalam penerapan disiplin dengan teknik otoriter ini. Pengekangan terkesan kaku sekali, tapi kadang kala bisa juga terkesan tidak terlalu kaku. Dalam pengekangan yang kaku, anak harus berperilaku sesuai dengan sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan, dan anak tidak diperbolehkan membuat membuat keputusan sendiri. Guru punya otoritas yang sangat tinggi dalam menetapkan perilaku yang harus ditampilkan, walaupun anak sering tidak paham mengapa harus berperilaku seperti itu. Dalam hal ini anak tidak diberikan kesempatan untuk belajar bagaimana mengendalikan perilaku mereka sendiri.
Pada disiplin otoriter yang tidak terlalu kaku, pengekakangan pada anak agak kurang ditonjolkan, namun pengaturan terhadap perilaku anak tetap ada. Satu kelebihan dari teknik ini adalah guru mencoba memahami keinginan-keinginan anak. Namun kadang-kadang terlihat adanya larangan-larangan tidak masuk akal masih digunakan guru untuk mengendalikan perilaku anak.
Penerapan teknik disiplin ini dapat menjadikan anak berperilaku yang diinginkan, patuh, tenang menjadi anak yang manis, tapi anak secara diam-diam menaruh rasa tidak puas terhadap tokoh otoritasnya yang memberikan aturan-aturan kepada anak dalam berperilaku. Kepribadian anak menjadi kaku, tidak luwes dan sulit melakukan penyesuaian diri dengan kelompoknya. Anak dalam setiap tindakannya dibayangi oleh perasan takut berbuat salah, karena kesalahan dan pelanggaran dari aturan yang ditetapkan akan berakibat hukuman. Namun jika kesalahan dan pelanggaran terlanjur dilakukan, maka untuk melindungi diri anak akan berbohong, bahkan anak bisa tumbuh menjadi seorang yang licik dalam segala tindak tanduknya.
Dalam penerapan teknik ini guru harus mempunyai kewibawaan dan otoritas terhadap anak, yang menunjukkan bahwa ia mempunyai kelebihan dan kekuasaan terhadap anak yang dihadapinya. Teknik ini jika diterapkan pada anak dalam kelas terkadang dapat menimbulkan kekacauan, kecuali kalau guru mempunyai kemampuan yang cukup dalam mengelola menguasai kelas. Untuk itu guru harus bersikap tegas dan punya banyak pengalaman dan pengetahuan tentang apa-apa yang harus dilakukan anak sesuai dengan kebutuhan dan perkembangannya.

2.      Teknik permisif
Teknik permisif ini merupakan lawan dari teknik otoriter. Pada teknik ini guru memberikan kebebasan kepada anak dalam mengembangkan perilakunya. Dalam hal ini campur tangan guru yang berlebihan dianggap suatu hambatan bagi anak dalam menentukan segala tindakannya dalam berperilaku.
Teknik ini tidak mengarahkan anak untuk berperilaku yang sesuai dengan aturan dan kebiasaan yang ada dalam kelompoknya. Anak diperbolehkan untuk melakukan apa saja. Pola pengasuhan yang serba membolehkan ini dapat menimbulkan kesulitan bagi anak untuk memutuskan sesuatu karena tidak ada patokan sama sekali dalam berperilaku. Pemahaman anakyang masih rendah dan minimnya pengalaman dan pengetahuan mereka membuat mereka bingung untuk berperilaku yang pantas. Hal ini mengakibatkan tumbuhnya rasa cemas, dan takutyangberlebihan. Sebaliknya anak akan menjadi agresif, karena sedikit sekali
pengawasan yang diberikan guru pada anak, sehingga anak merasa tidak takut dan melakukan tindakan berdasarkan kemauan sendiri.



3.      Teknik demokratis
Penerapan teknik disiplin demokratis menekankan pada pemberian kesempatan pada anak untuk tumbuh dan berkembang secara wajar. Dasar pemikiran dari teknik ini adalah mengembangkan kendali tingkah laku sehingga anak mampu melakukan hal yang benar tanpa harus diawasi dengan ketat. Dalam penerapan teknik ini anak berhak untuk mengeluarkan pendapat, usul, dan inisitif, namun dalam penentuan keputusan anak akan dibantu oleh guru. Untuk itu guru sering memberikan menggunakan penjelasan, diskusi dan mengemukakan alasan-alasan dalam mengajarkan anak berperilaku.

Teknik disiplin demokratis dapat mengembangan kendali diri pada anak, sehingga membuat anak merasa puas. Anak biasanya menjadi seorang yang dapat diajakbekerja sama, mandiri, percaya diri, kreatif, dan ramah.

Dalam penerapan teknik disiplin ini guru bisa saja berpindah dari satu teknik ke teknik yang lain. Di sinilah letak kearifan guru dalam menanamkan disiplin.

Ketiga teknik di atas mempunyai kelebihan dan kekurangannya, jadi tidak ada teknik mana yang lebih baik dibandingkan dengan teknik lainnya. Namun demikian banyak orang cenderung berpendapat bahwa dalam menanamkan disiplin pada anak pendekatan demokratis yang paling baik. Alasannya adalah:

1.      karena anak diajak berbincang-bincang, bertukar pikiran dan beradu argumentasi,
2.      norma kedisipinan dapat dikaji ulang,
3.      tidak ada hukuman,
4.      dapat membina penyesuaian pribadi dan sosial yang baik, dan
5.      mengajarkan orang untuk bekerjasama, mengendalikan diri dengan tenang dan bersikap ra-mah pada orang lain,
6.      guru atau orang tua mempunyai hubungan dengan anak yang hangat dan bersahabat, sehingga menjalin kerjasama, dan
7.      dapat memuaskan anak, terutama yang usia pubertas, mulai dewasa, sebab anak merasa diberi kepercayaan dan peluang untuk meng-atur tingkah lakunya (Santoso, 2002).
B.     Penerapan Disiplin Kelas

Pembinaan perilaku untuk anak usia sekolah dasar dilakukan melalui pembiasaan perilaku,baik diprogram guru maupun secara spontan, yang dimulai sebelum kegiatan pembelajaran berlangsung dan sampai berakhirnya pembelajaran. Dengan kata lain, penerapan disiplin kelas harus dilakukan guru sebelum pembelajaran dimulai, dalam kegiatan pembelajaran berlangsung, selama istirahat/makan/bermain dan sesudah pelajaran berakhir.
1.      Mengucapkan salam bila bertemu dengan orang lain
Pada waktu mengucapkan salam diharapkan perilaku anak, antara lain:
1.      sopan dan santun,
2.      menunjukkan reaksi dan emosi yang wajar,
3.      berani dan mempunyai rasa ingin tahu yang besar,
4.      meng-hormati orang lain,
5.      menciptakan suasana keakraban,
6.      melatih keberanian, dan
7.      mengembangkan sosialisasi.

2.      Berdoa sebelum dan sesudah kegiatan
Pada waktu berdoa diharapkan anak berperilaku, antara lain:
1.        memusatkan perhatian dalam jangka waktu tertentu,
2.        berlatih untuk selalu tertib dan patuh pada peraturan,
3.        rapi dalam bertindak,
4.        berani dan mempunyi rasa ingin tahu yang besar,
5.        bersikap tertib, dan tenang dalam berdoa, dan
6.        mematuhi peraturan/tata tertib.
3.      Dalam kegiatan pembelajaran
Dalam kegiatan pembelajaran, diharapkan anak berperilaku:
1.        rapi dalam bertindak, berpakaian dan bekerja,
2.        berlatih untuk selalu tertib dan patuh pada peraturan,
3.        berani dan mempunyai rasa ingin tahu yang besar,
4.        merasa puas atas prestasi yang dicapai dan ingin terus meningkatkan,
5.        bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan,
6.        menjaga kebersihan lingkungan,
7.        mengendalikan emosi,
8.        menjaga keamanan diri,
9.        sopan, dan
10.    tenggang rasa terhadap keadaan orang lain .

4.      Waktu Istirahat/Makan/Bermain
Pada waktu istirahat/makan/bermain diharapkan anak berperilaku:
1. berdoa sebelum dan sesudah kegiatan,
2. tolong- menolong sesama teman,
3. rapi dalam bertindak, berpakaian dan bekerja,
4.  mengurus diri sendiri,
5.  tenggang rasa terhadap keadaan orang lain,
6.  sabar menunggu giliran,
7.  dapat membedakan milik sendiri dan orang lain,
8.  meminta tolong dengan baik,
9.  mengucapkan terima kasih dengan baik,
10.  membuang sampah pada tempatnya,
11.  menyimpan alat permainan
setelah digunakan,
12.  menjaga keamanan diri,
13.  mencuci tangan sebelum dan sesudah makan,
14.  mau dan dapat makan sendiri,
15.  mau membersihkan dan merapikan tempat makan,
16.  tidak berebut mainan,
17.  menjaga kebersihan dan kesehatan.

5.      Waktu pembelajaran berakhir (pulang)
Pada waktu pembelajaran berakhir, diharapkan anak berperilaku;
1.      memberikan hormat kepada guru yang akan meninggalkan kelas,
2.      berdoa sesudah selesainya kegiatan pembelajaran,
3.      meneliti tempat duduknya agar tidak ada barang yang ketinggalan, dan
4.      antri ke luar kelas (Depdikbud, 1998).

D.    Pemeliharaan dan peningkatan perilaku disiplin anak

Upaya pemeliharaan dan peningkatan perilaku disiplin pada anak adalah dengan cara memberikan hukuman dan hadiah yang dapat memotivasi konsistensi perilaku disiplin pada anak .misalnya ketika anak sudah berprilaku disiplin terhadap dirinya sendiri dalam kehidupan sehari-hari seperti mengatur jadwal belajar dan bermain,mematuhi peraturan di sekolah dan bertanggung jawab terhadap kewajibannya sebagai seorang anak dan pelajar, sebagai orang tua maupun guru sebaiknya memberikan hadiah kepada anak misalnya berupa pujian atau hadiah yang bersifat mendidik  agar anak merasa termotivasi untuk terus berprilaku disiplin.



BAB III
PENUTUP


3.1  Kesimpulan
Disiplin yang baik adalah terjelmanya aktivitas yang mampu mengatur diri hingga terciptanya pribadi dan potensi sosial berdasarkan pengalaman- pengalamannya sendiri. Pemeliharaan disiplin dewasa ini pada dasarnya adalah bagaimana membantu anak, mengembangkan disiplin dan menerima peraturan- peraturan tata tertib yang ada untuk tegaknya disiplin.
Perilaku disiplin mampu membuat peserta didik berperstasi di sekolah dan bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri.

3.2  saran
















Daftar pustaka
















Tidak ada komentar:

Posting Komentar