BAB
1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Disiplin bagi peserta didik adalah hal yang rumit
dipelajari, sebab merupakan hal yang kompleks dan banyak kaitannya, yaitu
berkaitan dengan pengetahuan, sikap dan perilaku. Kebenaran, kejujuran,
tanggung jawab, kebebasan, rasa kasih sayang, tolong- menolong dan sebagainya
adalah beberapa aturan disiplin kemasyarakatan yang harus dipelajari atau
diketahui, disikapi dan ditegakkan oleh para siswa.
Peserta didik belajar beberapa hal
tentang sopan- santun dengan cara mendengarkan,tetapi mereka lebih suka
mengingat dan bertindak dengan kata- kata dan gagasan mereka sendiri. Dari sini
peserta didik akan belajar lebih cepat apabila mereka terlibat dalam menyusun
tata tertib mereka itu. Walaupun demikian, guru harus mengarahkan dan
menentukan tindakan- tindakan apa yang akan diambil bila tata tertib dilanggar,
sehingga disiplin tetap dapat ditegakkan.
Terpeliharanya disiplin tidak lepas
dari terpenuhinya kepentingan atau kebutuhan para
pihak. Peserta didik memiliki banyak kepentingan, guru
memiliki banyak kepentingan,demikian juga sekolah. Permasalahannya adalah
bagaimana kepentingan- kepentingan dari tiap-tiap pihak itu dapat terpenuhi dan
dapat diselaraskan agar tidak terjadi bentrokan.
Tidak terpenuhinya kepentingan atau
kebutuhan oleh tiap pihak akan mengganggu tatanan hidup dalam berinteraksi atau
berproses, misalnya adalm proses pembelajaran. Di samping itu, para guru atau
sekolah perlu mencermati kepentingan atau kebutuhan dalam memahami sumber-
sumber pelanggaran disiplin. Dengan diketahuinya sumber gangguan disiplin,
diketahui pula secara teoretis cara penanggulangannya.
Disiplin yang baik adalah
terjelmanya aktivitas yang mampu mengatur diri hingga terciptanya pribadi dan
potensi sosial berdasarkan pengalaman- pengalamannya sendiri. Pemeliharaan
disiplin dewasa ini pada dasarnya adalah bagaimana membantu anak, mengembangkan
disiplin dan menerima peraturan- peraturan tata tertib yang ada untuk tegaknya
disiplin.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa
pengertian disiplin?
2. Mengapa
pembinaan disiplin dan pembinaan perilaku pada anak sangat penting?
3. Bagaimana
teknik pembinaan dan penerapan disiplin kelas?
4. Bagaimana
pemeliharaan dan peningkatan perilaku disiplin anak?
1.3.Tujuan
Masalah
1. Mengetahui
pengertian disiplin
2. Mengetahui
pentingnya pembinaan disiplin dan perilaku anak
3. Mengetahui
teknik pembinaan dan penerapan disiplin kelas
4. Mengetahui
pemeliharaan dan peningkatan perilaku disiplin
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
disiplin menurut beberapa ahli
1.
Menurut
James Drever dari sisi psikologis, disiplin adalah kemampuan mengendalikan
perilaku yang berasal dari dalam diri seseorang sesuai dengan hal-hal yang
telah di atur dari luar atau norma yang sudah ada. Dengan kata lain, disiplin
dari segi psikologis merupakan perilaku seseorang yang muncul dan mampu
menyesuaikan diri dengan aturan yang telah ditetapkan.
2.
Menurut
Pratt Fairshild dari sisi sosiologi, disiplin terdiri dari dua bagian, yaitu
disiplin dari dalam diri dan juga disiplin sosial. Keduanya saling berhubungan
satu sama lain, sehingga seseorang yang mempunyai sikap disiplin merupakan
orang-orang yang dapat mengarahkan perilaku dan perbuatannya berdasarkan
patokan atau batasan tingkah laku tertentu yang diterima dalam kelompok atau
lingkup sosial masing-masing. Pengaturan tingkah laku tersebut bisa diperoleh
melalui jalur pendidikan dan pembelajaran.
3.
Menurut
John Macquarrie dari segi etika, disiplin adalah suatu kemauan dan perbuatan
seseorang dalam mematuhi seluruh peraturan yang telah terangkai dengan tujuan
tertentu.
Berdasarkan ketiga pengertian disiplin menurut para ahli di atas, bisa disimpulkan bahwa dari
sudut pandang manapun, disiplin merupakan sikap yang wajib ada dalam diri semua
individu. Mengapa? Karena disiplin adalah dasar perilaku seseorang yang sangat
berpengaruh besar terhadap segala hal, baik urusan pribadi maupun kepentingan
bersama. Untuk mempunyai tingkat kedisiplinan yang tinggi dalam mengerjakan
sesuatu, dibutuhkan latihan dengan kesadaran dari dalam diri akan pentingnya
sikap disiplin sehingga menjadi suatu landasan bukan hanya pada saat berkerja,
tetapi juga dalam berperilaku sehari-hari.
Dalam
dunia pendidikan displin sangat penting bagi peserta didik. Disiplin dapat
dikatakan sebagai alat pendidikan bagi anak, sebab hanya dengan disiplin anak
dapat membentuk sikap teratur dan mentaati norma, aturan yang ada, untuk itu
disiplin harus dibudayakan pada peserta didik sejak usia dini.
Disiplin
berkaitan juga dengan motivasi, karena dengan disiplin anak terdorong untuk
melakukan perbuatan-perbuatan tertentu. Disiplin pula diartikan sebagai
control karena dalam penerapan disiplin banyak berpegang pada aturan-aturan
untuk menilai perilaku anak.Dalam tindakan control ini akan dilihat apakah
perilaku anak sesuai dengan pedoman,
aturan yang ditetapkan penanaman disiplin anak dilatih untuk mengontrol
diri dalam berperilaku agar sesuai aturan-aturan yang telah ditetapkan. Dengan
adanya latihan menjadikan timbulnya disiplin diri sendiri.Inti dari disiplin bagi peserta didik bertujuan
jangka pendek dari disiplin adalah membuat anak supaya terlatih dan terkontrol,
dengan mengajarkan bentuk-bentuk tingkah laku yang pantas atau tidak pantas
atau yang masih asing bagi mereka sedang tujuan jangka panjang dari disiplin
adalah untuk perkembangan dan pengendalian diri sendiri dan pengarahan diri
sendiri (self control and self direction) yaitu dalam hal mana anak
dapat mengarahkan dirinya sendiri.
B.
Pentingnya
pembinaan disiplin dan perilaku anak
Kemampuan anak untuk menyesuaikan diri
dengan lingkungannya, merupakan modal dasar yang sangat penting bagi
kehidupan yang sukses di masa depan. Berkaitan dengan hal ini, peran guru
membantu anak menyesuaikan diri dengan lingkungannya sehingga anak merasa
bahagia dan mampu menerima dirinya (self acceptance).
Pembiasaan disiplin pada diri anak
penting karena dengan berdisiplin dapat memantapkan peran sosial anak. Rua
(2003) mengemukakan bahwa rahasia keberhasilan adalah kedisiplinan. Orang yang
terlatih disiplin akan lebih besar kemungkinannya meraih keberhasilan ketimbang
orang yang tidak disiplin. Tujuan dari disiplin adalah membentuk perilaku anak,
yang sesuai dengan peran yang ditentukan lingkungan atau kelompok sosialnya.
Untuk itu dalam penanaman disiplin ini perlu peran orang tua di rumah maupun
guru di sekolah.
Di rumah orang tua dan anggota keluarga
lainnya merupakan model yang
ditiru
anak dalam pembentukan disiplin diri. Selain itu arahan-arahan dan bimbingan
orang tua merupakan pedoman anak bertingkah laku agar dapat melakukan
penyesuaian diri di lingkungannya.
Begitu pula halnya di sekolah, seluruh
personil sekolah adalah model bagi
anak,
sedangkan arahan dan bimbingan serta aturan-aturan di sekolah umumnya dan
aturan guru dalam kelas khususnya dapat membentuk perilaku anak dan mantapnya
pembentukan perannya dalam lingkungannya.
C.
Teknik
pembinaan dan penerapan disiplin kelas
A.
Pembinaan
disiplin kelas
Ada
tiga macam teknik yang sudah dikenal dalam pembinaan disiplin yaitu teknik
otoriter, permisif, dan demokratis. Teknik ini dibedakan berdasar-kan bagaimana
aturan diterapkan pada anak.
1.
Teknik
otoriter
Dalam
teknik ini disiplin ditegakkan secara kaku. Penerapan hukuman pada anak
bertujuan untuk memperkuat kepatuhan anak akan aturan-aturan yang telah
ditetapkan. Bila anak melakukan pelanggaran terhadap aturan tesebut, maka anak
akan dihukum. Dalam penerapan tehnik ini hanya sedikit atau bahkan tidak ada
sama sekali penguatan positif seperti senyuman, pujian, bila anak bertingkah
laku sesuai dengan aturan.
Pengekangan
pada anak sangat menonjol sekali terlihat dalam penerapan disiplin dengan
teknik otoriter ini. Pengekangan terkesan kaku sekali, tapi kadang kala bisa
juga terkesan tidak terlalu kaku. Dalam pengekangan yang kaku, anak harus
berperilaku sesuai dengan sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan, dan anak
tidak diperbolehkan membuat membuat keputusan sendiri. Guru punya otoritas yang
sangat tinggi dalam menetapkan perilaku yang harus ditampilkan, walaupun anak
sering tidak paham mengapa harus berperilaku seperti itu. Dalam hal ini anak
tidak diberikan kesempatan untuk belajar bagaimana mengendalikan perilaku
mereka sendiri.
Pada
disiplin otoriter yang tidak terlalu kaku, pengekakangan pada anak agak kurang
ditonjolkan, namun pengaturan terhadap perilaku anak tetap ada. Satu kelebihan
dari teknik ini adalah guru mencoba memahami keinginan-keinginan anak. Namun
kadang-kadang terlihat adanya larangan-larangan tidak masuk akal masih
digunakan guru untuk mengendalikan perilaku anak.
Penerapan
teknik disiplin ini dapat menjadikan anak berperilaku yang diinginkan, patuh,
tenang menjadi anak yang manis, tapi anak secara diam-diam menaruh rasa tidak
puas terhadap tokoh otoritasnya yang memberikan aturan-aturan kepada anak dalam
berperilaku. Kepribadian anak menjadi kaku, tidak luwes dan sulit melakukan
penyesuaian diri dengan kelompoknya. Anak dalam setiap tindakannya dibayangi
oleh perasan takut berbuat salah, karena kesalahan dan pelanggaran dari aturan
yang ditetapkan akan berakibat hukuman. Namun jika kesalahan dan pelanggaran
terlanjur dilakukan, maka untuk melindungi diri anak akan berbohong, bahkan
anak bisa tumbuh menjadi seorang yang licik dalam segala tindak tanduknya.
Dalam
penerapan teknik ini guru harus mempunyai kewibawaan dan otoritas terhadap
anak, yang menunjukkan bahwa ia mempunyai kelebihan dan kekuasaan terhadap anak
yang dihadapinya. Teknik ini jika diterapkan pada anak dalam kelas terkadang
dapat menimbulkan kekacauan, kecuali kalau guru mempunyai kemampuan yang cukup
dalam mengelola menguasai kelas. Untuk itu guru harus bersikap tegas dan punya
banyak pengalaman dan pengetahuan tentang apa-apa yang harus dilakukan anak
sesuai dengan kebutuhan dan perkembangannya.
2.
Teknik
permisif
Teknik
permisif ini merupakan lawan dari teknik otoriter. Pada teknik ini guru
memberikan kebebasan kepada anak dalam mengembangkan perilakunya. Dalam hal ini
campur tangan guru yang berlebihan dianggap suatu hambatan bagi anak dalam
menentukan segala tindakannya dalam berperilaku.
Teknik
ini tidak mengarahkan anak untuk berperilaku yang sesuai dengan aturan dan
kebiasaan yang ada dalam kelompoknya. Anak diperbolehkan untuk melakukan apa
saja. Pola pengasuhan yang serba membolehkan ini dapat menimbulkan kesulitan
bagi anak untuk memutuskan sesuatu karena tidak ada patokan sama sekali dalam
berperilaku. Pemahaman anakyang masih rendah dan minimnya pengalaman dan
pengetahuan mereka membuat mereka bingung untuk berperilaku yang pantas. Hal
ini mengakibatkan tumbuhnya rasa cemas, dan takutyangberlebihan. Sebaliknya
anak akan menjadi agresif, karena sedikit sekali
pengawasan
yang diberikan guru pada anak, sehingga anak merasa tidak takut dan melakukan
tindakan berdasarkan kemauan sendiri.
3.
Teknik
demokratis
Penerapan
teknik disiplin demokratis menekankan pada pemberian kesempatan pada anak untuk
tumbuh dan berkembang secara wajar. Dasar pemikiran dari teknik ini adalah
mengembangkan kendali tingkah laku sehingga anak mampu melakukan hal yang benar
tanpa harus diawasi dengan ketat. Dalam penerapan teknik ini anak berhak untuk
mengeluarkan pendapat, usul, dan inisitif, namun dalam penentuan keputusan anak
akan dibantu oleh guru. Untuk itu guru sering memberikan menggunakan
penjelasan, diskusi dan mengemukakan alasan-alasan dalam mengajarkan anak
berperilaku.
Teknik
disiplin demokratis dapat mengembangan kendali diri pada anak, sehingga membuat
anak merasa puas. Anak biasanya menjadi seorang yang dapat diajakbekerja sama,
mandiri, percaya diri, kreatif, dan ramah.
Dalam
penerapan teknik disiplin ini guru bisa saja berpindah dari satu teknik ke
teknik yang lain. Di sinilah letak kearifan guru dalam menanamkan disiplin.
Ketiga
teknik di atas mempunyai kelebihan dan kekurangannya, jadi tidak ada teknik
mana yang lebih baik dibandingkan dengan teknik lainnya. Namun demikian banyak
orang cenderung berpendapat bahwa dalam menanamkan disiplin pada anak
pendekatan demokratis yang paling baik. Alasannya adalah:
1. karena
anak diajak berbincang-bincang, bertukar pikiran dan beradu argumentasi,
2. norma
kedisipinan dapat dikaji ulang,
3. tidak
ada hukuman,
4. dapat
membina penyesuaian pribadi dan sosial yang baik, dan
5. mengajarkan
orang untuk bekerjasama, mengendalikan diri dengan tenang dan bersikap ra-mah
pada orang lain,
6. guru
atau orang tua mempunyai hubungan dengan anak yang hangat dan bersahabat,
sehingga menjalin kerjasama, dan
7. dapat
memuaskan anak, terutama yang usia pubertas, mulai dewasa, sebab anak merasa
diberi kepercayaan dan peluang untuk meng-atur tingkah lakunya (Santoso, 2002).
B.
Penerapan Disiplin Kelas
Pembinaan
perilaku untuk anak usia sekolah dasar dilakukan melalui pembiasaan
perilaku,baik diprogram guru maupun secara spontan, yang dimulai sebelum
kegiatan pembelajaran berlangsung dan sampai berakhirnya pembelajaran. Dengan
kata lain, penerapan disiplin kelas harus dilakukan guru sebelum pembelajaran
dimulai, dalam kegiatan pembelajaran berlangsung, selama
istirahat/makan/bermain dan sesudah pelajaran berakhir.
1.
Mengucapkan
salam bila bertemu dengan orang lain
Pada waktu
mengucapkan salam diharapkan perilaku anak, antara lain:
1. sopan
dan santun,
2. menunjukkan
reaksi dan emosi yang wajar,
3. berani
dan mempunyai rasa ingin tahu yang besar,
4. meng-hormati
orang lain,
5. menciptakan
suasana keakraban,
6. melatih
keberanian, dan
7. mengembangkan
sosialisasi.
2.
Berdoa
sebelum dan sesudah kegiatan
Pada waktu
berdoa diharapkan anak berperilaku, antara lain:
1.
memusatkan perhatian dalam jangka waktu
tertentu,
2.
berlatih untuk selalu tertib dan patuh
pada peraturan,
3.
rapi dalam bertindak,
4.
berani dan mempunyi rasa ingin tahu yang
besar,
5.
bersikap tertib, dan tenang dalam
berdoa, dan
6.
mematuhi peraturan/tata tertib.
3.
Dalam
kegiatan pembelajaran
Dalam kegiatan
pembelajaran, diharapkan anak berperilaku:
1.
rapi dalam bertindak, berpakaian dan
bekerja,
2.
berlatih untuk selalu tertib dan patuh
pada peraturan,
3.
berani dan mempunyai rasa ingin tahu
yang besar,
4.
merasa puas atas prestasi yang dicapai
dan ingin terus meningkatkan,
5.
bertanggung jawab terhadap tugas yang
diberikan,
6.
menjaga kebersihan lingkungan,
7.
mengendalikan emosi,
8.
menjaga keamanan diri,
9.
sopan, dan
10. tenggang
rasa terhadap keadaan orang lain .
4.
Waktu
Istirahat/Makan/Bermain
Pada waktu
istirahat/makan/bermain diharapkan anak berperilaku:
1. berdoa
sebelum dan sesudah kegiatan,
2. tolong-
menolong sesama teman,
3. rapi dalam
bertindak, berpakaian dan bekerja,
4. mengurus diri sendiri,
5. tenggang rasa terhadap keadaan orang lain,
6. sabar menunggu giliran,
7. dapat membedakan milik sendiri dan orang lain,
8. meminta tolong dengan baik,
9. mengucapkan terima kasih dengan baik,
10. membuang sampah pada tempatnya,
11. menyimpan alat permainan
setelah
digunakan,
12. menjaga keamanan diri,
13. mencuci tangan sebelum dan sesudah makan,
14. mau dan dapat makan sendiri,
15. mau membersihkan dan merapikan tempat makan,
16. tidak berebut mainan,
17. menjaga kebersihan dan kesehatan.
5.
Waktu
pembelajaran berakhir (pulang)
Pada waktu
pembelajaran berakhir, diharapkan anak berperilaku;
1. memberikan
hormat kepada guru yang akan meninggalkan kelas,
2. berdoa
sesudah selesainya kegiatan pembelajaran,
3. meneliti
tempat duduknya agar tidak ada barang yang ketinggalan, dan
4. antri
ke luar kelas (Depdikbud, 1998).
D.
Pemeliharaan
dan peningkatan perilaku disiplin anak
Upaya
pemeliharaan dan peningkatan perilaku disiplin pada anak adalah dengan cara
memberikan hukuman dan hadiah yang dapat memotivasi konsistensi perilaku
disiplin pada anak .misalnya ketika anak sudah berprilaku disiplin terhadap
dirinya sendiri dalam kehidupan sehari-hari seperti mengatur jadwal belajar dan
bermain,mematuhi peraturan di sekolah dan bertanggung jawab terhadap
kewajibannya sebagai seorang anak dan pelajar, sebagai orang tua maupun guru
sebaiknya memberikan hadiah kepada anak misalnya berupa pujian atau hadiah yang
bersifat mendidik agar anak merasa
termotivasi untuk terus berprilaku disiplin.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Disiplin
yang baik adalah terjelmanya aktivitas yang mampu mengatur diri hingga
terciptanya pribadi dan potensi sosial berdasarkan pengalaman- pengalamannya
sendiri. Pemeliharaan disiplin dewasa ini pada dasarnya adalah bagaimana
membantu anak, mengembangkan disiplin dan menerima peraturan- peraturan tata
tertib yang ada untuk tegaknya disiplin.
Perilaku
disiplin mampu membuat peserta didik berperstasi di sekolah dan bertanggung
jawab terhadap dirinya sendiri.
3.2 saran
Daftar
pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar