MAKALAH AGAMA
MEMBENARKAN IBADAH

NAMA : FIKA
NUR FIKRIYAH
: LENI AGUSTINI
: TRIAS DINI APRILIANA
UNIVERSITAS
ISLAM 45 BEKASI
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PGSD (
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR )
BEKASI
2013
Kata Pengantar
Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya kami mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Agama Islam.
Agama sebagai sistem kepercayaan dalam kehidupan umat manusia dapat dikaji melalui berbagai sudut pandang. Islam sebagai agama yang telah berkembang selama empat belas abad lebih menyimpan banyak masalah yang perlu diteliti, baik itu menyangkut ajaran dan pemikiran keagamaan maupun realitas sosial, politik, ekonomi dan budaya.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan. Dan kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang kami hadapi teratasi.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang ‘Membenarkan Ibadah’ bagi umat manusia. Makalah ini di sajikan berdasarkan rangkuman dari hasil pengamatan yang bersumber dari berbagai informasi, referensi, buku tentang islam dan berita.
Semoga
makalah ini dapat bermanfaat dan memberikan wawasan yang lebih luas. Kami sadar
bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, kepada
dosen pembimbing kami meminta masukannya demi perbaikan
pembuatan makalah kami di
masa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari
para pembaca.
Bekasi, 02 Desember 2013
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ............................................................................................................. i
Daftar Isi
........................................................................................................................ ii
BAB I : PENDAHULUAN
.......................................................................................... 1
Latar
Belakang ................................................................................................. 1
BAB II : PEMBAHASAN ........................................................................................... 2
A. Pengertian Ibadah …………...................................................................... 2
B. Macam-macam Ibadan dan keluasan cakupannya …………................. 3
C. Paham-paham
yang salah tentang pembatasan ibadah ………….......... 5
D. Syarat diterimanya ibadah
......................................................................... 6
E. Prinsip-prinsip
Ibadah …………………………………………………… 7
F. Amal ibadah
yang paling utama ………………………………………… 7
G. Salah kaprah
tentang ibadah ……………………………………………. 9
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………….. 12
BAB I
PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Seringkali dan banyak di antara kita yang menganggap ibadah itu hanyalah
sekedar menjalankan rutinitas dari hal-hal yang dianggap kewajiban, seperti
sholat dan puasa. Sayangnya, kita lupa bahwa ibadah tidak mungkin lepas dari
pencapaian kepada Tauhid terlebih dahulu. Mengapa ? keduanya berkaitan erat,
karena mustahil kita mencapai tauhid tanpa memahami konsep ibadah dengan
sebenar-benarnya. Dalam syarah Al-Wajibat dijelaskan bahwa “Ibadah secara
bahasa berarti perendahan diri, ketundukan dan kepatuhan.” (Tanbihaat
Mukhtasharah, hal. 28).
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan: “IBADAH adalah
suatu istilah yang mencakup segala sesuatu yang dicintai Allah dan
diridhai-Nya, baik berupa perkataan maupun perbuatan, yang tersembunyi (batin)
maupun yang nampak (lahir).
Dari definisi singkat tersebut, maka secara umum ibadah seperti yang
kita ketahui di antaranya yaitu mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa
pada bulan ramadhan (maupun puasa-puasa sunnah lainnya), dan melaksanakan haji.
Selain ibadah pokok tersebut, hal-hal yang sering kita anggap sepele pun
sebenarnya bernilai ibadah dan pahalanya tidak dapat diremehkan begitu saja,
misalnya :
·
Menjaga lisan dari perbuatan dosa, misalnya dengan
tidak berdusta dan mengumbar fitnah, mencaci, menghina atau pun melontarkan
perkataan yang bisa menyakiti hati.
·
Menjaga kehormatan diri dan keluarga serta sahabat.
·
Mampu dan bersedia menunaikan amanah dengan
sebaik-baiknya dengan penuh tanggung jawab.
·
Berbakti dan hormat kepada kedua orang tua atau orang
yang lebih tua dari kita.
·
Menyambung tali silaturahim dan kekerabatan.
·
Menepati janji.
·
Memerintahkan atau setidaknya menyampaikan amar ma’ruf
nahi munkar.
·
Menjaga hubungan baik dengan tetangga.
·
Menyantuni anak yatim, fakir miskin, ibnu sabil (orang
yang kehabisan bekal di perjalanan).
·
Menyayangi hewan dan tumbuh-tumbuhan di sekitar tempat
tinggal kita.
·
Memanjatkan do’a, berdzikir, mengingat Allah kapan dan
dimanapun kita berada.
·
Membaca Al Qur’an.
·
Mendengarkan ceramah, dan lain sebagainya termasuk
bagian dari ibadah.
Begitu pula rasa cinta kepada Allah dan Rasul-Nya, takut kepada Allah,
inabah (kembali taat) kepada-Nya, memurnikan agama (amal ketaatan) hanya
untuk-Nya, bersabar terhadap keputusan (takdir)-Nya, bersyukur atas
nikmat-nikmat-Nya, merasa ridha terhadap qadha/takdir-Nya, tawakal kepada-Nya,
mengharapkan rahmat (kasih sayang)-Nya, merasa takut dari siksa-Nya dan lain
sebagainya itu semua juga termasuk bagian dari ibadah kepada Allah” (Al
‘Ubudiyah, cet. Maktabah Darul Balagh hal. 6).
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI IBADAH / PENGERTIAN IBADAH
Kata Ibadah berasal dari bahasa Arab : 'abada,
ya`budu, ibadah yang artinya
penyembahan, pemujaan, pengabdian, kepatuhan, ketundukan, dan ketaan makhluk
kepada Khaliknya. Didalam Al Qur`an, kata ibadah berarti : patuh (at-tha`ah), tunduk (al-khudu`), mengkut, menurut, dan do`a.
Ibadah dalam arti taat diungkapkan dalam Q.S Yasin ayat 60 yang artinya :
"Bukankah aku telah memerintahkan kepadamu hai Bani Adam supaya kamu tidak menyembah setan ? Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu" (Q.S Yasin (36): 60).
Ibadah dalam arti taat diungkapkan dalam Q.S Yasin ayat 60 yang artinya :
"Bukankah aku telah memerintahkan kepadamu hai Bani Adam supaya kamu tidak menyembah setan ? Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu" (Q.S Yasin (36): 60).
Dalam pengertian yang sangat luas, ibadah adalah segala sesuatu yang
dicintai dan diridhoi Allah, baik berupa perkataan maunpun perbuatan. Imam
Al-Ghazali menyatakan bahwa hakikat ibadah adalah mengikuti(mutaba`ah) apa
yang telah dicontohkan Nabi Muhammad Saw serta patuh dan taat kepada semua
perintah dan larangan Allah. Menurut ulama
Tauhid, ibadah ialah mengesakan Allah dengan sungguh-sungguh dan merendahkan
diri serta menundukkan jiwa setunduk-tunduknya kepada Allah. Dasarnya adalah
firman Allah dalam Q.S an-Nisa` ayat 36 yang artinya :
"Sembahlah Allah dan jangalah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun" (Q.S an-Nisa` (4): 36).
"Sembahlah Allah dan jangalah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun" (Q.S an-Nisa` (4): 36).
Adapun menurut ulama fiqih, ibadah adalah semua bentuk pekerjaan yang
bertujuan memperoleh ridho Allah dan mendambakan pahala dari-Nya di akhirat.
Ibadah dari segi pelaksanaannya dapat dibagi dalam 3 bentuk, yakni sebagai berikut:
1. Ibadah Jasmaniah Rohaniah, yaitu perpaduan ibadah antara jasmani dan rohani misalnya shalat dan puasa.
2. Ibadah Rohaniah dan maliah, yaitu perpaduan ibadah rohaniah dan harta seperti zakat.
3. Ibadah Jasmani, Rohaniah, dan Maliah yakni ibadah yang menyatukan ketiganya contohnya seperti ibadah Haji.
Ibadah dari segi pelaksanaannya dapat dibagi dalam 3 bentuk, yakni sebagai berikut:
1. Ibadah Jasmaniah Rohaniah, yaitu perpaduan ibadah antara jasmani dan rohani misalnya shalat dan puasa.
2. Ibadah Rohaniah dan maliah, yaitu perpaduan ibadah rohaniah dan harta seperti zakat.
3. Ibadah Jasmani, Rohaniah, dan Maliah yakni ibadah yang menyatukan ketiganya contohnya seperti ibadah Haji.
Ibadah (عبادة) secara etimologi berarti merendahkan diri serta
tunduk. Di dalam syara’, ibadah mempunyai banyak definisi, tetapi makna dan
maksudnya satu. Definisi ibadah itu antara lain :
1.
Ibadah ialah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-perintah-Nya
(yang digariskan) melalui lisan para Rasul-Nya,
2.
Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah , yaitu tingkatan ketundukan yang
paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah (kecintaan) yang paling tinggi,
3.
Ibadah ialah sebutan yang mencakup seluruh
apa yang dicintai dan diridhai Allah, baik berupa ucapan atau perbuatan, yang
dzahir maupun bathin. Ini adalah definisi ibadah yang paling
lengkap.
Ibadah itu terbagi menjadi ibadah hati dan lisan :
·
Ibadah
qalbiah (yang berkaitan dengan hati)
Ø Rasa khauf (takut)
Ø Raja (mengharap)
Ø Mahabbah (cinta)
Ø Tawakal (ketergantungan)
Ø Raghbah (senang)
Ø Rahbah (takut)
·
Ibadah
badaniyah qalbiyah (fisik dan hati)
Ø
Shalat
Ø
Zakat
Ø
jihad
Ibadah
inilah yang menjadi tujuan penciptaan manusia,
Allah
berfirman,
“Dan Aku
tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. Aku
tidak menghendaki rizki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya
mereka memberi Aku makan. Sesungguhnya Allah, Dia-lah Maha Pemberi rizki yang
mempunyai kekuatan lagi Sangat Kokoh.” (QS. Adz-Dzariyat: 56-58)
Allah
memberitahukan, hikmah penciptaan jin dan manusia adalah agar mereka
melaksanakan ibadah kepada Allah
. Dan Allah Maha Kaya, tidak membutuhkan ibadah mereka, akan tetapi merekalah
yang membutuhkan-Nya. Karena ketergantungan mereka kepada Allah , maka mereka
menyembah-Nya sesuai dengan aturan syari’at-Nya. Maka siapa yang menolak
beribadah kepada Allah , ia adalah sombong. Siapa yang menyembah-Nya tetapi
dengan selain apa yang disyari’atkan-Nya maka ia adalah mubtadi’ (pelaku
bid’ah). Dan siapa yang hanya menyembah-Nya dan dengan syari’at-Nya, maka dia
adalah mukmin muwahhid (yang mengesakan Allah ).
تعريف العبادة
فأجاب -رحمه الله
العبادة: هي اسم جامع لكل ما يحبه الله ويرضاه، من
الأقوال والأعمال الباطنة والظاهرة، فالصلاة والزكاة والصيام والحج، وصدق
الحديث وأداء الأمانة، وبر الوالدين وصلة الأرحام، والوفاء بالعهود، والأمر
بالمعروف والنهي عن المنكر، والجهاد للكفار والمنافقين، والإحسان للجار واليتيم
والمسكين وابن السبيل والمملوك من الآدميين والبهائم، والدعاء والذكر والقراءة،
وأمثال ذلك من العبادة، وكذلك حب الله ورسوله، وخشية الله والإنابة إليه، وإخلاص
الدين له، والصبر لحكمه، والشكر لنعمه، والرضا بقضائه، والتوكل عليه، والرجاء
لرحمته، والخوف من عذابه، وأمثال ذلك هي من العبادة لله
B. MACAM-MACAM IBADAH DAN KELUASAN
CAKUPANNYA
Praktek ibadah sangatlah beragam, tergantung dari
sudut mana kita meninjaunya..
1. Dilihat dari segi umum dan khusus,
maka ibadah dibagi dua macam:
Ø Ibadah Khoshoh adalah ibadah
yang ketentuannya telah ditetapkan dalam nash (dalil/dasar hukum) yang jelas,
yaitu sholat, zakat, puasa, dan haji;
Ø Ibadah Ammah adalah semua perilaku
baik yang dilakukan semata-mata karena Allah SWT seperti bekerja, makan, minum,
dan tidur sebab semua itu untuk menjaga kelangsungan hidup dan kesehatan
jasmani supaya dapat mengabdi kepada-Nya.
2.
Ditinjau
dari kepentingan perseorangan atau masyarakat, ibadah ada dua macam:
Ø Ibadah wajib
(fardhu) seperti sholat dan puasa;
Ø Ibadah
ijtima’i, seperti zakat dan haji.
3. Dilihat dari cara
pelaksanaannya, ibadah dibagi menjadi tiga:
Ø Ibadah
jasmaniyah dan ruhiyah (sholat dan puasa)
Ø Ibadah
ruhiyah dan amaliyah (zakat)
Ø Ibadah
jasmaniyah, ruhiyah, dan amaliyah (pergi haji)
4. Ditinjau dari segi
bentuk dan sifatnya, ibadah dibagi menjadi:
Ø Ibadah yang
berupa pekerjaan tertentu dengan perkataan dan perbuatan, seperti sholat,
zakat, puasa, dan haji;
Ø Ibadah yang
berupa ucapan, seperti membaca Al-Qur’an, berdoa, dan berdzikir;
Ø Ibadah yang
berupa perbuatan yang tidak ditentukan bentuknya, seperti membela diri,
menolong orang lain, mengurus jenazah, dan jihad;
Ø Ibadah yang
berupa menahan diri, seperti ihrom, berpuasa, dan i’tikaf (duduk di masjid);
dan
Ø Ibadah yang
sifatnya menggugurkan hak, seperti membebaskan utang, atau membebaskan utang
orang lain.
Apapun macam ibadah yang akan kita
lakukan, yang pasti selalu menghadapi godaan baik yang berasal dari hawa nafsu
kita sendiri maupun dari setan baik dari golongan jin dan manusia, antara lain:
·
Perasaan malas yang luar biasa, entah
karena ingin menyelesaikan pekerjaan dengan segera, atau karena kelelahan.
·
Terhalang pekerjaan yang menumpuk.
Dalam hal ini ada memang oknum yang menghalang-halangi kita beribadah. Misalnya
dengan mendesak agar tugas itu harus kita selesaikan secepatnya. Sehingga kita
abaikan sholat Dhuhur atau Ashar. Orang yang menghalangi orang lain beribadah
mendapat mendapat siksaan dunia akhirat. Dan siapakah yang lebih aniaya
(selain) dari orang- orangyang menghalangi menyebut nama Allah dalam
masjid-masjid dan berusaha untuk merobohkannya? Mereka itu tidak sepatutnya
masukke dalamnya (masjid Allah), kecuali dengan rasa takut. Mereka di dunia
mendpaat kehinaan dan di akhirat mendapat azab yang besar. (QS.
2/Al-Baqoroh: 114)
Jadi, ibadah mencakup seluruh tingkah laku seorang
mukmin jika perbuatan itu diniatkan sebagai qurbah (pendekatan diri kepada
Allah ) atau apa-apa yang membantu qurbah itu.Bahkan adat kebiasaan yang dibolehkan secara syari’at (mubah) dapat
bernilai ibadah jika diniatkan sebagai bekal untuk taat kepada-Nya. Seperti
tidur, makan, minum, jual-beli, bekerja mencari nafkah, nikah dan sebagainya.
Berbagai kebiasaan tersebut jika disertai niat baik (benar) maka menjadi
bernilai ibadah yang berhak mendapatkan pahala. Karenanya, tidaklah ibadah itu
terbatas pada syi’ar-syi’ar yang biasa dikenal semata.
C. PAHAM-PAHAM YANG SALAH TENTANG PEMBATASAN
IBADAH
Ibadah adalah perkara tauqifiyah. Artinya tidak ada
suatu bentuk ibadah pun yang disyari’atkan kecuali berdasarkan Al-Qur’an dan
As-Sunnah. Apa yang tidak disyari’atkan
berarti bid’ah mardudah (bid’ah yang ditolak), sebagaimana sabda Nabi :
مَنْ عَمِلَ
عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
“Barang
siapa melaksanakan suatu amalan tidak atas perintah kami, maka ia ditolak.” (HR. Bukhari no. 2697, Muslim
no. 1718)
Maksudnya,
amalnya ditolak dan tidak diterima, bahkan ia berdosa karenanya. Sebab amal
tersebut adalah maksiat, bukan taat.
Kemudian
manhaj (jalan) yang benar dalam melaksanakan ibadah yang disyari’atkan adalah
sikap pertengahan. Tidak meremehkan dan malas, serta tidak dengan sikap ekstrim
dan melampaui batas. Allah berfirman kepada Nabi-Nya ,
“Maka
tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan
(juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui
batas.”
(QS. Hud:
112)
Ayat
Al-Qur’an ini adalah garis petunjuk bagi langkah manhaj yang benar dalam
pelaksanaan ibadah. Yaitu dengan ber-istiqomah dalam melaksanakan ibadah pada
jalan tengah, tidak kurang atau lebih, sesuai dengan petunjuk syari’at
(sebagaimana yang diperintahkan). Kemudian pada akhir ayat, Allah
menegaskan lagi dengan firman-Nya,
“Dan janganlah kamu melampaui batas.”
Ø Tughyan adalah melampaui batas dengan
bersikap terlalu keras dan memaksakan kehendak serta megada-ada. Ia lebih
dikenal dengan ghuluw.
Ketika
Rasulullah mengetahui bahwa tiga orang dari sahabatnya melakukan
ghuluw dalam ibadah, dimana seorang dari mereka berkata, “Saya akan terus
berpuasa dan tidak berbuka”, yang kedua berkata, “Saya akan shalat terus
dan tidak tidur”, lalu yang ketiga berkata, “Saya tidak akan menikahi wanita”,
maka beliau bersabda, “Adapun saya, maka saya berpuasa dan berbuka, saya
shalat dan saya tidur, dan saya menikahi perempuan. Maka barang siapa tidak
menyukai jejakku maka dia bukan dari (bagian atau golongan)-ku.” (HR. Bukhari
no. 4675 dan Muslim no. 2487)
Ada 2
golongan yang saling bertentangan dalam soal ibadah :
Ø Golongan pertama: Yang mengurangi makna ibadah serta
meremehkan pelaksanaannya. Mereka meniadakan berbagai macam ibadah dan hanya
melaksanakan ibadah-ibadah yang terbatas pada syi’ar-syi’ar tertentu dan
sedikit, yang hanya diadakan di masjid-masjid saja. Menurut mereka tidak
ada ibadah di rumah, di kantor, di toko, di bidang sosial, juga tidak dalam
peradilan kasus sengketa dan dalam perkara-perkara kehidupan lainnya.
Memang
masjid mempunyai keistimewaan dan harus dipergunakan dalam shalat fardhu lima
waktu. Akan tetapi ibadah mencakup seluruh aspek kehidupan muslim, baik di
masjid maupun di luar masjid.
Ø Golongan kedua: Yang bersikap berlebih-lebihan
dalam praktek ibadah sampai pada batas ekstrim, yang sunnah sampai mereka
angkat menjadi wajib, sebagaimana yang mubah (boleh) mereka angkat menjadi
haram. Mereka menghukumi sesat dan salah orang yang menyalahi jalan (manhaj)
mereka, serta menyalahkan pemahaman-pemahaman lainnya.
Padahal
sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Nabi Muhammad dan seburuk-buruk
perkara adalah yang bid’ah.
D. SYARAT DITERIMANYA IBADAH
Agar bisa
diterima, ibadah disyaratkan harus benar. Dan ibadah itu tidak benar kecuali
dengan ada syarat :
Ø Ikhlas
karena Allah semata, bebas dari syirik besar dan kecil,
Ø Sesuai
dengan tuntunan Rasulullah .
Syarat
pertama adalah merupakan konsekuensi dari syahadat laa ilaaha illallah, karena
ia mengharuskan ikhlas beribadah hanya untuk Allah dan jauh dari syirik
kepada-Nya.
Sedangkan
syarat yang kedua adalah konsekuensi dari syahadat Muhammad Rasulullah, karena
ia menuntut wajibnya taat kepada Rasul, mengikuti syari’atnya dan meninggalkan
bid’ah atau ibadah-ibadah yang diada-adakan. Allah berfirman,
“(Tidak
demikian) bahkan barang siapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia
berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada
kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS. Al-Baqarah: 112)
Dalam ayat
diatas disebutkan “menyerahkan diri” (aslama wajhahu) artinya memurnikan ibadah
kepada Allah . Dan “berbuat kebajikan” (wahuwa muhsin) artinya mengikuti
Rasul-Nya .
Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan, “Inti agama ada dua pokok
yaitu kita tidak menyembah kecuali kepada Allah , dan kita tidak menyembah
kecuali dengan apa yang dia syari’atkan, tidak dengan bid’ah. Sebagaimana Allah
berfirman,
“Barang
siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaknya ia mengerjakan amal
yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada
Tuhannya.” (QS.
Al-Kahfi: 110).
Yang demikian adalah manifestasi (perwujudan)
dari dua kalimat syahadat Laa ilaaha illallah dan Muhammad Rasulullah.
Pada yang
pertama, kita tidak menyembah kecuali kepada-Nya. Pada yang kedua bahwasannya
Muhammad adalah utusan-Nya yang menyampaikan ajaran-Nya. Maka kita wajib
membenarkan dan mempercayai beritanya serta mentaati perintahnya. Beliau
telah menjelaskan bagaimana cara kita beribadah kepada Allah , dan beliau
melarang kita dari hal-hal baru atau bid’ah. Beliau mengatakan bahwa bid’ah itu
sesat” (Al-Ubudiyah, hal 103; ada dalam Majmu’ah Tauhid, hal. 645)
E.
PRINSIP-PRINSIP IBADAH
Ada beberapa prinsip dalam ibadah yaitu sebagai berikut :
1. Ada perintah
Adanya perintah merupakan syarat sahnya suatu ibadah. Tanpa perintah, ibadah merupakan sesuatu yang terlarang, dalam sebuah kaidah diungkapkan:
"Asal mula ibadah itu terlarang, hingga ada ketentuan yang memerintahkannya"
2. Tidak mempersulit (`Adamul Haraj)
Prinsip ini didasarkan kepada firman Allah yang artinya :
"Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu" (Q.S al-Baqarah (2): 185).
Ada beberapa prinsip dalam ibadah yaitu sebagai berikut :
1. Ada perintah
Adanya perintah merupakan syarat sahnya suatu ibadah. Tanpa perintah, ibadah merupakan sesuatu yang terlarang, dalam sebuah kaidah diungkapkan:
"Asal mula ibadah itu terlarang, hingga ada ketentuan yang memerintahkannya"
2. Tidak mempersulit (`Adamul Haraj)
Prinsip ini didasarkan kepada firman Allah yang artinya :
"Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu" (Q.S al-Baqarah (2): 185).
3. Menyedikitkan beban (Qilatuttaklif)
Prinsip ini didasarkan kepada firman Allah yang artinya :
"Allah tidak membebani seseorang melainkan atas dasar kemampuannya" (Q.S al-Baqarah (2): 286).
4. Ibadah hanya ditujukan kepada Allah Swt
Prinsip ini merupakan konsekuensi pengakuan atas kemahaesaan Allah Swt, yang dimanifestasikan sesorang muslim dengan kata-kata (kalimat tauhid) La ilaha Illallah.
5. Ibadah tanpa perantara
Ibadah harus dilakukan oleh seorang hamba Allah tanpa melalui perantara, baik berupa benda, binatang, tumbuh-tumbuhan, maupun manusia. Adanya perantara dalam beribadah bertentangan dengan prinsip tauhid dan beribadah hanya kepada Allah semata. Hal ini dimaksudkan agar ibadah seseorang hamba benar-benar murni dan jauh dari perbuatan syirik.
6. Ibadah dilakukan secara ikhlas
Ikhlas artinya murni, tulus, tidak ada maksud dan tujuan lain selain hanya kepada Allah. Ikhlas dalam beribadah berarti beribadah tanpa merasa terpaksa, melainkan benar-benar murni untuk menunaikan perintah Allah Swt.
7. Keseimbangan Jasmani dan Rohani
Sesuai dengan kodratnya bahwa manusia itu makhluk Allah yang terdiri atas jasmani dan rohani, maka ibadah mempunyai prinsip adanya keseimbangan diantara keduanya, Tidak hanya mengejar satu hal lalu meninggalkan yang lainnya, atau sebaliknya, akan tetapi keseimbangan antara keduanyalah yang harus dikerjakan.
Prinsip ini didasarkan kepada firman Allah yang artinya :
"Allah tidak membebani seseorang melainkan atas dasar kemampuannya" (Q.S al-Baqarah (2): 286).
4. Ibadah hanya ditujukan kepada Allah Swt
Prinsip ini merupakan konsekuensi pengakuan atas kemahaesaan Allah Swt, yang dimanifestasikan sesorang muslim dengan kata-kata (kalimat tauhid) La ilaha Illallah.
5. Ibadah tanpa perantara
Ibadah harus dilakukan oleh seorang hamba Allah tanpa melalui perantara, baik berupa benda, binatang, tumbuh-tumbuhan, maupun manusia. Adanya perantara dalam beribadah bertentangan dengan prinsip tauhid dan beribadah hanya kepada Allah semata. Hal ini dimaksudkan agar ibadah seseorang hamba benar-benar murni dan jauh dari perbuatan syirik.
6. Ibadah dilakukan secara ikhlas
Ikhlas artinya murni, tulus, tidak ada maksud dan tujuan lain selain hanya kepada Allah. Ikhlas dalam beribadah berarti beribadah tanpa merasa terpaksa, melainkan benar-benar murni untuk menunaikan perintah Allah Swt.
7. Keseimbangan Jasmani dan Rohani
Sesuai dengan kodratnya bahwa manusia itu makhluk Allah yang terdiri atas jasmani dan rohani, maka ibadah mempunyai prinsip adanya keseimbangan diantara keduanya, Tidak hanya mengejar satu hal lalu meninggalkan yang lainnya, atau sebaliknya, akan tetapi keseimbangan antara keduanyalah yang harus dikerjakan.
F.
AMAL IBADAH YANG PALING UTAMA
Keutamaan amal ibadah ditentukan oleh empat hal utama ini:
1.
Memperhatikan waktunya.
Misalnya, ibadah yang paling utama di bulan
Ramadhan adalah qiyamullail. Berdasarkan sabda Rasulullah Saw: "Siapa yang
mengisi malam bulan Ramadhan dengan keimanan dan ibadah, niscaya baginya
diampunkan dosa-dosanya yang telah lewat."
2. Memperhatikan Tempat.
Ada beberapa tempat , yang jika dilakukan ibadah
di situ, akan mendapatkan pahala dan keutamaan yang lebih besar dibandingkan
jika dilakukan di tempat lain. Seperti shalat di Masjidil Haram, setara dengan
seratus ribu shalat di tempat lainnya. Shalat di Masjid Nabawi, setara dengan
seribu shalat di tempat lainnya. Dan shalat di Masjid Aqsha, setara dengan lima
ratus kali shalat di tempat lainnya.Shalat yang paling utama dilakukan di
masjid adalah shalat wajib. Sementara untuk shalat sunnah,yang paling utama
adalah jika dillakukan di rumah. Berdasarkan sabda Nabi Saw:
"Shalat yang paling utama bagi seseorang
adalah di rumahnya, kecuali shalat wajib."
Dzikir dan berdoa di Shafa dan Marwa lebih utama
dari shalat. Thawaf bagi orang yang baru datang dari luar Mekkah lebih utama
dari shalat, dan sebaliknya bagi orang Mekkah sendiri. Do'a saat masuk rumah
atau keluar dari rumah lebih diutamakan daripada membaca Al Qur'an.
3. Memperhatikan
Jenis Ibadah.
Jenis shalat lebih utama dari jenis membaca Al
Qur'an. Jenis membaca Al Qur'an lebih dibandingkan jenis dzikir. Jenis dzikir
lebih utama dibandingkan jenis do'a. jenis jihad lebih utama dari jenis ibadah
hajji. Bahkan di antara satu jenis ibadah sendiri ada perbedaan keutamaan
antara satu macam dengan macam yang lain. Misalnya: "Puasa (sunnah) yang paling utama adalah puasa nabi Daud,
yaitu berpuasa satu hari dan berbuka satu hari". Dan "Shadaqah yang
paling utama adalah shadaqah bagi sanak keluarga yang membenci kita." Dan
"Syuhada yang paling utama adalah yang darahnya ditumpahkan musuh, dan
kendaraannya dirusak musuh". Dan "Dzikir yang paling utama adalah: la
ilaha illah Allah, dan doanya yang paling utama adalah: alhamdulillah."
Dan "Jihad yang paling utama adalah membela kebenaran di hadapan penguasa
yang lalim."
4.
Memperhatikan Situasi dan Kondisi.
Rasulullah Saw bersabda:
"Jika Allah SWT kagum melihat seorang hamba,
niscaya hamba itu tidak akan dihisab." Kemudian beliau mengabarkan tentang
sipat orang-orang yang membuat Allah SWT tertawa. Beliau bersabda:
"Tiga kelompok manusia yang dicintai dan
dikagumi oleh Allah SWT dan diberikan kabar gembira oleh-Nya adalah: ...,
seseorang yang mempunyai isteri cantik dan peraduan yang nyaman nan indah,
kemudian ia bangun di waktu malam untuk beribadah. Terhadap orang tersebut
Allah SWT berkomentar: "dia meninggalkan syahwatnya untuk beribadah
kepada-Ku, padahal jika ia mau ia dapat terus menikmati tidurnya." Dan
orang yang sedang berada dalam perjalanan bersama rombongan, kemudian ia tidak
tidur malam kecuali sedikit, dan ia isi akhir malamnya dengan ibadah, baik
dalam kesulitan maupun dalam kesenangan."
G. SALAH KAPRAH TENTANG IBADAH
Allah swt sudah menyatakan bahwa DIA menciptakan manusia dan jin untuk
beribadah kepada-Nya. “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (Adz Dzaariyat(51):56).
Merujuk pada ayat di atas ternyata ada salah kaprah yg luar biasa (terutama pada kaum muslim di Indonesia) mengenai ibadah.
Ø
Pertama, mereka mengira ibadah
hanya seputar sholat, puasa, mengaji, dan naik haji. Padahal kita sudah tahu
mengenai prinsip ibadah secara horizontal dan vertikal. Dengan kata lain,
ibadah tidak hanya berhubungan dengan Allah swt (vertikal) yg meliputi rukun Islam,
termasuk mengaji, dzikir, namun juga ibadah yg dilakukan dengan
interaksi/berhubungan dengan manusia. Antara lain sedekah,
bahkan karena sedekah seseorang
bisa meraih predikat haji mabrur meski
yang bersangkutan tidak naik haji, bahkan tersenyum (yg ikhlas, tentunya) sudah
menjadi sedekah, sebagaimana hadits berikut:
“Senyum kalian bagi saudaranya adalah
sedekah” (HR Tirmizi dan Abu
Dzar). Termasuk ibadah kepada sesama manusia adalah menunjukkan jalan kepada
orang yg tersesat, bahkan menyingkirkan duri termasuk juga ibadah, sebagaimana
hadits berikut:
“Senyummu kepada saudaramu merupakan sedekah,
engkau memerintahkan yang ma’ruf dan melarang dari kemungkaran juga sedekah,
engkau menunjukkan jalan kepada orang yang tersesat juga sedekah, engkau
menuntun orang yang berpenglihatan kabur juga sedekah, menyingkirkan batu,
duri, dan tulang dari jalan merupakan sedekah, dan engkau menuangkan air dari
embermu ke ember saudaramu juga sedekah.” (HR. At-Tirmizi no. 1956 dan
dinyatakan hasan oleh Al-Albani dalam Ash-Shahihah no. 517)
Allah sendiri menyuruh kita untuk
memberi makan orang miskin (sebagai salah satu cara untuk beribadah),
“Tahukah kamu (orang) yang mendustakan hari
pembalasan? Itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan
memberi makan orang miskin. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat,
(yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya. Orang-orang yang berbuat riya’
dan enggan (menolong dengan) barang berguna.” (QS Al Maa’uun(107):1-7)
Bahkan dari ayat di atas, memberi makan orang
miskin tidak saja sebagai salah satu cara beribadah, namun juga sebagai bukti
bahwa kita tidak termasuk orang yg mendustakan agama (Islam)!
Ø
Kedua, dengan ibadah maka hidup
akan berubah! Untuk kasus ini yg mesti diperhatikan ibadah
tidak begitu saja akan mengubah hidup anda, apabila anda tidah
berusaha/ikhtiar
o
“Apabila telah ditunaikan sembahyang, maka
bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah
banyak-banyak supaya kamu beruntung.” (Al
Jumu’ah(62):10)
o
“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan
sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka
sendiri.” (Ar Ra’d(13):11)
Ø Ketiga,
menyayangi dan mengasihi hewan/tumbuhan bukan ibadah , ada sebagian orang yang
berpikir hal semacam itu merupakan ibadah , sebenarnya menyayangi dam mengasihi
hewan adalah kewajiban kita sebagai manusia , merawat tumbuhan juga merupakan
tugas kita . jadi jangan jadikannya ibadah .
Kesimpulan:
ibadah tidak hanya dilakukan secara vertikal, namun juga secara horizontal. Allah
sendiri sudah berfirman dalam beberapa surat:
o
“Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji
dari Bani Israel (yaitu): Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat
baiklah kepada ibu bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang
miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah salat
dan tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali
sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling.” (Al Baqarah(2):83)
o
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu
mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang
ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang
dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan
membangga-banggakan diri,” (An
Nisa(4):36)
Ibadah yg dilakukan hanya ibadah vertikal maka dia tidak sempurna ibadahnya,
karena itu berarti dia termasuk orang yg anti sosial (tidak peduli dengan
lingkungannya). Sementara orang yg hanya beribadah secara horizontal namun
tidak pernah sholat, puasa, maka dia juga termasuk orang yg merugi karena jika
dia tidak sholat maka amalan2 baik lainnya tidak akan dipedulikan.Bahkan dalam hadits qudsi disebutkan Allah berfirman,
”Tidak Aku akan memperhatikan hak hamba-Ku, sebelum ia menunaikan hak-Ku.”(HR.Thabrani)
·
Yang dimaksud dengan hak Allah di sini adalah:
- menuaikan ibadah (secara vertikal).
- hanya mempercayai Allah sebagai satu-satunya dzat yg wajib disembah (tidak syirik).
- menuaikan ibadah (secara vertikal).
- hanya mempercayai Allah sebagai satu-satunya dzat yg wajib disembah (tidak syirik).
DAFTAR PUSTAKA
20 November 2013 http://kaahil.wordpress.com/2012/08/25/lengkap-definisi-makna-pengertianarti-ibadah-yang-benar-dalam-islam-definisi-ibadah-menurut-syaikhul-islam-ibnu-taimiyyah-macam-macam-ibadah-syarat-syarat-diterimanya-ibadah-pilar-pilar/
( Definisi ibadah )
20 November 2013 http://pustaka.abatasa.co.id/pustaka/detail/fiqih/ibadah/921/macam---macam-ibadah.html
( Macam-macam ibadah )
20 November 2013 http://www.lam-alif.com/showthread.php/3191-Prinsip-prinsip-Ibadah-dalam-Islam
(Pengertian dan prinsip-prinsip ibadah )
20 November 2013 http://media.isnet.org/islam/gapai/IbadahUtama.html
( Amal ibadah yg utama )20 November 2013 http://tausyiah275.wordpress.com/2013/04/06/salah-kaprah-tentang-ibadah/ (salah kaprah ibadah )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar