BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut Agus Suprijono (2010:46)
Model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan
pembelajaran dikelas maupun tutorial. Menurut Arends, model pembelajaran
mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk didalamnya tujuan-tujuan
pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran,
dan pengelolaan kelas. Melalui model pembelajaran guru dapat membantu peserta
didik mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berfikir, dan
mengekspresikan ide. Model pembelajaran berfungsi pula sebagai pedoman bagi
para perancang pembelajaran dan para guru dalam merencanakan aktivitas belajar
mengajar. Dalam proses belajar banyak model pembelajaran yang dipilih sesuai
dengan materi yang disampaikan oleh guru.
Model pembelajaran konvensional
merupakan model pembelajaran yang biasa diterapkan guru dalam melaksanakan
proses pembelajaran (Ridwan, 2008). Model pembelajaran konvensial masih
mengalami krisis paradigma. Krisis yang dimaksud adalah seharusnya telah
berlangsung model kontruktivisme di mana Pemerintah telah berusaha menciptakan
suatu model pembelajaran yang inovatif yang dituangkan dalam peraturan menteri
nomor 41 tahun 2007, namun hal ini belum dijalankan sepenuhnya oleh guru.
Di era globalisasi saat ini pembelajaran
yang digunakan adalah suatu suatu model pembelajaran yang menuntut siswa
berperan lebih aktif, dimana dalam model pembelajaran ini alat bantu teknologi
ICT dan sarana penunjang lainnya sangat
berperan dalam membantu kesuksesan proses belajar mengajar. Didalam
model pembelajaran ini peran aktif dari siswa haruslah lebih dominan didalam
segala aspek kegiatan didalam kelas dan guru berfungsi sebagai fasilitator
dengan segala kecakapan yang dimilikinya tentu saja penguasaan teknologi
ICT menjadi hal yang sangat mendasar untuk dikuasai.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah yang
dimaksud pola atau model pembelajaran konvensional?
2. Apakah
kelebihan dan kekurangan pola pembelajaran konvensional?
3. Apakah yang
dimaksud pola atau model pembelajaran berbantuan media?
1.3 Tujuan
1. Untuk
mengetahui bagaimana menggunakan pola pembelajaran konvensional dan pola
pembelajaran berbantuan media didalam kelas
2. Untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah media pembelajaran di Sekolah Dasar
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pola Pembelajaran Konvensional
Di dalam kamus besar Bahasa Indonesia
(1995:523), dinyatakan bahwa “konvensional adalah tradisional”, selanjutnya
tradisional diartikan sebagai “sikapdan cara berpikir serta bertindak yang
selalu berpegang teguh pada norma dan adat kebiasaan yang ada secara turun
temurun”. Oleh karena itu, model konvensional dapat juga disebut sebagai model
tradisional. Dari pengertian di atas disimpulkan bahwa model konvensional
adalah suatu pembelajaran yang mana dalam proses belajar mengajar dilakukan
dengan cara yang lama, yaitu dalam penyampaian pelajaran pengajar masih
mengandalkan ceramah.
Model
pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru
dalam proses belajar mengajar di kelas. Pada pola pembelajaran konvensional,
kegiatan proses belajar mengajar lebih sering diarahkan pada aliran informasi
dari guru ke siswa. Dalam model pembelajaran konvensional, guru di sekolah
umumnya memfokuskan diri pada upaya penuangan pengetahuan kepada para siswa tanpa
memperhatikan prakonsepsi (prior knowledge) siswa atau gagasan-gagasan
yang telah ada dalam diri siswa sebelum mereka belajar secara formal di
sekolah. Sekarang ini, salah satu penyebab universal atas masih
rendahnya hasil belajar biologi yang dicapai siswa adalah terjadinya
miskonsepsi pada siswa. Prakonsepsi (prior knowledge) siswa yang pada
umumnya bersifat miskonsepsi secara terus-menerus akan dapat mengganggu
pembentukan konsepsi ilmiah.
Kegiatan mengajar dalam pembelajaran
konvensional cenderung diarahkan pada aliran informasi dari guru ke siswa,
serta penggunaan metode ceramah terlihat sangat dominan. Pola mengajar
kelihatan baku, yakni menjelaskan sambil menulis di papan tulis serta diselingi
tanya jawab, sementara itu peserta didik memperhatikan penjelasan guru sambil
mencatat di buku tulis. Siswa dipandang
sebagai individu pasif yang tugasnya hanya mendengarkan, mencatat, dan
menghafal. Pembelajaran yang terjadi pada model konvensional berpusat pada
guru, dan tidak terjadi interaksi yang baik antara siswa dengan siswa. Sehingga
pembelajaran konvensional lebih cenderung pada pelajaran yang bersifat hapalan
yang mentolerir respon-respon yang bersifat konvergen, menekankan informasi
konsep, latihan soal, serta penilaiannya masih bersifat tradisional dengan paper
and pencil test yang hanya menuntut pada satu jawaban yang benar. Hal
tersebut berimplikasi langsung pada proses pembelajaran di kelas yaitu pada
situasi kelas akan menjadi pasif karena interaksi hanya berlangsung satu arah
serta guru kurang memperhatikan dan memanfaatkan dan potensi-potensi siswa
serta gagasan mereka sebagai daya nalar (Widiana, 2006).
Adapun prinsip kelompok
belajar dalam pembelajaran konvensional adalah sebagai berikut (Trianto, 2007).
1.
Akuntabilitas individual sering
diabaikan sehingga tugas-tugas sering diborong oleh salah satu anggota
kelompok, sedangkan anggota kelompok lainnya hanya “mendompleng” keberhasilan
“pemborong”.
2.
Kelompok belajar biasanya homogen.
3.
Pemimpin kelompok sering ditentukan oleh
guru atau kelompok dibiarkan untuk memilih pemimpinnya dengan cara
masing-masing.
4.
Keterampilan sosial sering tidak secara
langsung diajarkan.
5.
Pemantauan melalui observasi dan
intervensi sering tidak dilakukan oleh guru pada saat belajar kelompok sedang
berlangsung.
6.
Guru sering tidak memperhatikan proses
kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar.
7.
Penekanan sering hanya pada penyelesaian
tugas.
Pengajaran dengan model ini dipandang efektif,
dalam hal sebagai berikut (Sunartomb, 2009).
1.
Berbagi informasi yang tidak mudah
ditemukan di tempat lain.
2.
Menyampaikan informasi dengan cepat.
3.
Membangkitkan minat akan informasi.
4.
Mengajari siswa yang cara belajar
terbaiknya dengan mendengarkan.
Namun
demikian, pendekatan pembelajaran tersebut mempunyai beberapa kelemahan dan
kelebihan yaitu sebagai berikut:
Kelemahan
1. Tidak
semua siswa memiliki cara belajar terbaik dengan mendengarkan.
2. Sering
terjadi kesulitan untuk menjaga agar siswa tetap tertarik dengan apa yang
dipelajari.
3. Pendekatan
tersebut cenderung tidak memerlukan pemikiran yang kritis.
4. Pendekatan
tersebut mengasumsikan bahwa cara belajar siswa itu sama dan tidak bersifat
pribadi.
Kelebihan
1. Efisien.
2. Tidak
mahal, karena hanya menggunakan sedikit bahan ajar.
3. Mudah
disesuaikan dengan keadaan peserta didik.
Tahapan-tahapan
dalam model pembelajaran konvensional adalah sebagai berikut.
1. Kegiatan
pendahuluan pembelajaran, guru mengkonsentrasikan siswa pada materi yang akan
dipelajari dengan memberikan apersepsi. Peran siswa pada tahap ini adalah
mendengarkan penjelasan guru.
2. Kegiatan
inti pembelajaran, terdapat proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
Proses tersebut diterapkan guru dengan memberikan informasi kepada siswa. Peran
siswa pada tahap ini adalah menyimak informasi yang diberikan guru. Terkadang
siswa membentuk kelompok untuk melaksanakan praktikum dan mendiskusikan hasil
praktikum.
3. Kegiatan
penutup pembelajaran, guru mengajak siswa untuk menyimpulkan hasil pembelajaran
dan memberikan tes. Peran siswa pada tahap ini adalah menyimpulkan hasil
pembelajaran dan menjawab tes yang diberikan guru. Berdasarkan pemaparan di
atas maka dapat dikatakan bahwa model pembelajaran konvensional adalah model
pembelajaran yang biasa dilakukan di kelas, namun masih terdapat kekeliruan
dalam pengimplementasiannya. Guru masih dominan dalam proses pembelajaran dan
cenderung memberikan pelayanan yang sama untuk semua siswa. Hal inilah yang
menjadi landasan dasar penghambat prestasi belajar yang dicapai oleh
masing-masing siswa.
2.2 Pola Pembelajaran Berbantuan Media
Pembelajaran
dengan pola bermedia semata-mata disandarkan pada media. Media pembelajaran
yang biasanya berupa modul disusun oleh guru secara tersistematis, dan
terpogram untuk kemudian dijadikan panduan bagi peserta didik dalam menempuh
program pembelajaran tertentu dalam waktu tertentu. Pola pembelajaran semacam
ini sering dikenal dengan pola pembelajaran modul. Pola demikian ini tentunya
menuntut kesadaran yang tinggi dan kedewasaan yang cukup bagi peserta didik.
Jika tidak maka tujuan pembelajaran dipastikan tidak akan dapat dicapai secara
maksimal, karena peran guru/pendidik/dosen lebih banyak digantikan oleh media.
Guru/pendidik/dosen tidak mengintervensi dan juga tidak berhubungan secara
langsung dalam pembelajaran yang diikuti oleh peserta didik. Jika digambarkan
pola pembelajaran bermedia ini kurang lebih sebagai berikut:
Tujuan → Penetapan
isi dan metode → Media
→ Siswa
Pada pola pembelajaran bermedia guru
tidak lagi berperan sebagai satu-satunya sumber informasi bagi kegiatan
pembelajaran para siswa. Akan tetapi siswa dapat memperoleh informasi dari
berbagai media. Saat ini dan di masa yang akan datang, guru tidaklah hanya
sebagai pengajar tetapi dia harus mampu berperan sebagai director of learning
yaitu sebagai pengelola belajar yang memfasilitasi kegiatan belajar siswa
melalui pemanfaatan dan pengoptimalan berbagai sumber belajar.
Pembelajaran Abad 21, adalah suatu
suatu model pembelajaran yang menuntut siswa berperan lebih aktif, dimana dalam
model pembelajaran ini alat bantu teknologi ICT dan sarana penunjang lainnya sangat
berperan dalam membantu kesuksesan proses belajar mengajar.
Didalam model pembelajaran ini peran
aktif dari siswa haruslah lebih dominan didalam segala aspek kegiatan didalam
kelas dan guru berfungsi sebagai fasilitator dengan segala kecakapan yang
dimilikinya tentu saja penguasaan teknologi ICT menjadi hal yang sangat
mendasar untuk dikuasai.
Kemampuan guru untuk mengembangkan
kegiatan pembelajaran yang mampu mengembangkan kecakapan-kecakapan di abad
ke-21 untuk siswanya menjadi tuntutan yang tidak bisa dielakkan lagi. Untuk
mendapatkan pendidikan yang berkualitas di abad 21 agaknya sederhana saja rumusnya, yakni guru jangan
mengajar asal-asalan. Sangat mustahil kalau guru-guru yang demikian dapat
bertindak atas nama peningkatan kualitas, berfungsi sebagai konselor, motivator
dan fasilitator bagi murid-murid. Mustahil pula seorang guru akan ikut
berpartisipasi sempurna dalam pendidikan kalau ia sendiri belum menampakkan,
kualitas diri. Untuk itu kita mengharapkan agar guru-guru bersikap tulus dalam
meningkatkan kualitas pendidikan dan diri sendiri.
Untuk itu maka, sekolah abad 21 harus mengintegrasikan teknologi (laptop,
notebook, ipad, smartboard, termasuk internet) ke dalam seluruh proses
pembelajarannya. Sekolah abad 21 harus menyediakan suatu lingkungan
pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk mengembangkan sikap ingin tahunya,
mengajarkan keterampilan-keterampilan yang bermanfaat untuk kehidupan siswa di
masa depan dan memungkinkan mereka untuk mempraktekan kemampuan untuk bekerja
secara kolaboratif di dalam tim untuk mencari tahu, memecahkan masalah, membuat
dan mengkomunikasikan hasil pekerjaan mereka melalui wadah dan bentuk yang
paling sesuai dengan kondisi dan kapasitas anak abad 21 yang digital-based.
Adapun peranan media pembelajaran yaitu, Pada saat
mengajar, para guru sering dihadapkan pada persoalan-persoalan yang berkaitan
dengan bagaimana cara mempermudah belajar siswa. Guru atau instruktur perlu
memberi kemudahan atau fasilitasi dalam menyampaikan informasi. Sebaliknya,
siswa atau pebelajar yang memperoleh kemudahan dalam menerima informasi akan
belajar lebih bergairah dan termotivasi. Dalam usaha membantu siswa untuk
memperoleh kemudahan belajarnya, ada banyak unsur atau elemen yang harus
diperhatikan. Unsur-unsur itu adalah tujuan yang ingin dicapai, karakteristik
siswa, isi bahan yang dipelajari, cara atau metode atau strategi yang
digunakan, alat ukur atau evaluasi, serta balikan. Walaupun, semua unsur telah
diseleksi pada dasarnya kita kembali pada apa tujuan yang ingin dicapai. Dan
tujuan itu sendirilah yang akhirnya menjadi tumpuan akhir aktivitas
pembelajaran. Sebagaimana dikemukakan di atas bahwa banyak unsur yang
berpengaruh untuk mempermudah siswa dalam memperoleh pengetahuan atau
informasi. Salah satu unsur itu adalah media pembelajaran. Pentingnya kehadiran
media pembelajaran tentunya sangat tergantung pada tujuan dan isi atau
substansi pembelajaran itu sendiri. Kehadiran media dalam pembelajaran juga
ditentukan oleh cara pandang atau paradigma kita terhadap sistem pembelajaran.
Media memiliki berbagai peran dalam aktivitas pembelajaran. Selama ini,
pembelajaran mungkin lebih banyak tergantung pada keberadaan guru. Dalam
situasi demikian, media mungkin tidak banyak digunakan oleh guru. Atau, apabila
digunakan media hanya sebatas sebagai “alat bantu” pembelajaran. Pandangan demikian
ini mengisyaratkan tidak adanya upaya pemberdayaan media dalam proses
pembelajaran. Media pembelajaran yang dirancang secara memadai dapat
meningkatkan dan memajukan belajar dan memberikan dukungan pada pembelajaran
yang berbasis guru dan tingkat keefektifan media pembelajaran tergantung pada
guru itu sendiri. Media juga berfungsi secara efektif dalam konteks
pembelajaran yang berlangsung tanpa menuntut kehadiran guru. Media sering dalam
bentuk “kemasan” untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam situasi seperti ini,
tujuan telah ditetapkan, petunjuk atau pedoman kerja untuk mencapai tujuan
telah diberikan, bahan-bahan atau material telah disusun dengan rapih, dan alat
ukur atau evaluasi juga disertakan. Bahan belajar dalam pembelajaran model ini
disebut juga sebagai, “self contained materials.” Bahan belajar ini berperan
juga sebagai media. Media pembelajaran yang mempersyaratkan situasi seperti di
atas dapat berwujud modul, paket belajar, kaset dan perangkat lunak komputer
yang dipakai oleh siswa (pebelajar) atau peserta pelatihan. Dalam kondisi ini,
guru atau instruktur berfungsi sebagai fasilitator pembelajaran.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Model
konvensional adalah suatu pembelajaran yang mana dalam proses belajar mengajar
dilakukan dengan cara yang lama, yaitu dalam penyampaian pelajaran
pengajar masih mengandalkan ceramah. Pada pola
pembelajaran konvensional, kegiatan proses belajar mengajar lebih sering
diarahkan pada aliran informasi dari guru ke siswa. Dalam model pembelajaran
konvensional, guru di sekolah umumnya memfokuskan diri pada upaya penuangan
pengetahuan kepada para siswa tanpa memperhatikan prakonsepsi (prior
knowledge) siswa atau gagasan-gagasan yang telah ada dalam diri siswa
sebelum mereka belajar secara formal di sekolah.
Pada pola pembelajaran bermedia guru
tidak lagi berperan sebagai satu-satunya sumber informasi bagi kegiatan
pembelajaran para siswa. Akan tetapi siswa dapat memperoleh informasi dari
berbagai media. Saat ini dan di masa yang akan datang, guru tidaklah hanya
sebagai pengajar tetapi dia harus mampu berperan sebagai director of learning
yaitu sebagai pengelola belajar yang memfasilitasi kegiatan belajar siswa melalui
pemanfaatan dan pengoptimalan berbagai sumber belajar.
DAFTAR
PUSTAKA
Perkenalkan, saya dari tim kumpulbagi. Saya ingin tau, apakah kiranya anda berencana untuk mengoleksi files menggunakan hosting yang baru?
BalasHapusJika ya, silahkan kunjungi website ini www.kbagi.com untuk info selengkapnya.
Di sana anda bisa dengan bebas share dan mendowload foto-foto keluarga dan trip, music, video, filem dll dalam jumlah dan waktu yang tidak terbatas, setelah registrasi terlebih dahulu. Gratis :)